(al-Furqaan 28)
Dalam sebuah hadis shahih yang diriwayatkan oleh Ibnu Sirin "Di antara bentuk kezaliman seseorang terhadap saudaranya adalah apabila ia menyebutkan keburukan yang ia ketahui dari saudaranya dan menyembunyikan kebaikan-kebaikannya." Perkara ini bukan sahaja terjadi pada orang luar malah adik-beradik sendiri juga ada yang sanggup memusuhi sesama sendiri sewaktu salah seorangnya ditimpa musibbah, tidak lain kerana DENDAM yang bersarang dapat dimuntahkan secara halus dengan kata simpati, tetapi terus menikam tanpa disedari.. Yang tertimpa musibbah tadi seakan rasa ''dihargai''.. Inilah bila mengambil agama dan hukum mengikut rasa hati dan seronok sendiri.. Dia akan selalu berusaha mengadu domba dan menghamburkan fitnah di antara sesama manusia. Dia juga sering memberikan kesaksian palsu, menyebabkan pertikaian(permusuhan/perbalahan) antara seseorang dan saudaranya, atau antara ayah dan anaknya atau suami isteri, serta selalu berusaha memfitnah dan memburuk-burukkan lagi keadaan serta nama seseorang. Firman Allah SWT: "Dan apabila dikatakan kepada mereka: janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: 'Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan kebaikan.' Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerosakan, tetapi mereka tidak sedar."
(Al-Baqarah: 11-12)
"Wahai para hamba-Ku, sesungguhnya ia hanyalah perbuatan-perbuatan kalian yang aku perhitungkan bagi kalian kemudian AKU cukupkan buat kalian; barangsiapa yang mendapatkan kebaikan, maka hendaklah ia memuji ALLAH dan barangsiapa yang mendapatkan selain itu, maka janganlah ia mencela selain dirinya sendiri.”
(HR Muslim)
(HR Muslim)
Antara muslim satu dan lainnya itu bersaudara. Tak pantas sifat itu ada antara sesama orang beriman. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.”
(QS. Al Hujurat: 10).
"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. dan barangsiapa yang berbuat demikian kerana mencari keredhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar".
(QS an-Nisaa': 114).
Sahabat Abu Dzar pernah memanggil Bilal, “Hai si hitam.” Rasul pun mendengar dan berkata, “Hai, apakah orang putih itu lebih mulia dari mereka yang hitam. Tidak, tidak ada keutamaan dalam diri seseorang kecuali taqwa.” Lantas Abu Dzar sadar dan berkata pada Bilal, “Aku telah mengolokmu dan aku mengaku salah.” “Aku telah memaafkanmu,” kata Bilal. “Tidak, belum, ini wajahku kutaruh di tanah dan injaklah hingga keluar virus kesombongan dariku,” kata Abu Dzar. “Aku telah mengampunimu,” kata Bilal. “Tidak demi Allah hatiku takkan tenang hingga kau menaruh kaki di wajahku ini, hingga penyakit ini hilang,” kata Abu Dzar.
Ada yang punya sifat seperti ini. Padahal ini adalah sifat terlarang, merasa senang akan musibah yang menimpa seorang muslim.
Orang munafik selalu membantah dan tidak redha pada takdir Allah s.w.t. Maka, apabila ditimpa musibah atau ujian, dia mengatakan: "Bagaimana ini. Seandainya saya berbuat begini, nescaya akan menjadi begini." Dia pun selalu mengeluh kepada manusia lain. Hal ini jelas menunjukkan bahawa dia telah mengkufuri dan mengingkari Qadha dan Qadar.
Firman Allah Swt :
Katakanlah: "Siapakah yang dapat melindungi kamu dari kemurkaan Allah jika Dia mahu menimpakan bala bencana kepada kamu, atau (siapakah yang dapat menahan kemurahan Allah) jika Dia hendak memberikan rahmat kepada kamu? " Dan (ingatkanlah) mereka (yang munafik) itu: bahawa mereka tidak akan beroleh sesiapapun - yang lain dari Allah - yang akan menjadi pelindung atau penolong mereka.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.”
(QS. Al Hujurat: 10).
"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. dan barangsiapa yang berbuat demikian kerana mencari keredhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar".
(QS an-Nisaa': 114).
Sahabat Abu Dzar pernah memanggil Bilal, “Hai si hitam.” Rasul pun mendengar dan berkata, “Hai, apakah orang putih itu lebih mulia dari mereka yang hitam. Tidak, tidak ada keutamaan dalam diri seseorang kecuali taqwa.” Lantas Abu Dzar sadar dan berkata pada Bilal, “Aku telah mengolokmu dan aku mengaku salah.” “Aku telah memaafkanmu,” kata Bilal. “Tidak, belum, ini wajahku kutaruh di tanah dan injaklah hingga keluar virus kesombongan dariku,” kata Abu Dzar. “Aku telah mengampunimu,” kata Bilal. “Tidak demi Allah hatiku takkan tenang hingga kau menaruh kaki di wajahku ini, hingga penyakit ini hilang,” kata Abu Dzar.
Ada yang punya sifat seperti ini. Padahal ini adalah sifat terlarang, merasa senang akan musibah yang menimpa seorang muslim.
Orang munafik selalu membantah dan tidak redha pada takdir Allah s.w.t. Maka, apabila ditimpa musibah atau ujian, dia mengatakan: "Bagaimana ini. Seandainya saya berbuat begini, nescaya akan menjadi begini." Dia pun selalu mengeluh kepada manusia lain. Hal ini jelas menunjukkan bahawa dia telah mengkufuri dan mengingkari Qadha dan Qadar.
Firman Allah Swt :
Katakanlah: "Siapakah yang dapat melindungi kamu dari kemurkaan Allah jika Dia mahu menimpakan bala bencana kepada kamu, atau (siapakah yang dapat menahan kemurahan Allah) jika Dia hendak memberikan rahmat kepada kamu? " Dan (ingatkanlah) mereka (yang munafik) itu: bahawa mereka tidak akan beroleh sesiapapun - yang lain dari Allah - yang akan menjadi pelindung atau penolong mereka.
Yang namanya saudara bererti haruslah saling menjalin hubungan, menyayangi dan saling mengunjungi. Jadi bukanlah senang ketika saudara lain mendapatkan musibah.
Allah Ta’ala berfirman pula,
إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آَمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ
“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat.”
(QS. An Nur: 19). Ayat ini berisi adab bagi yang mendengar berita buruk, maka hendaklah yang ia tangkap dihatinya jangan ia sebarkan dan siarkan dengan mudah. Dalam ayat, perbuatan tersebut terlarang dan akan mendapatkan siksa di dunia dan akhirat.
Imam Nawawi dalam Riyadhus Sholihin membawakan ayat di atas untuk menunjukkan larangan menampakkan kebahagiaan ketika seorang muslim mendapatkan musibah. Pendalilannya dari ayat adalah jika seseorang menyebar berita buruk yang dilakukan orang mukmin yang terjerumus dalam dosa mendapatkan ancaman kerugian di dunia dan akhirat, apalagi jika seseorang menampakkan rasa gembira atas musibah muslim lain tanpa sebab apa-apa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تُظْهِرِ الشَّمَاتَةَ لأَخِيكَ فَيَرْحَمُهُ اللَّهُ وَيَبْتَلِيكَ
“Janganlah engkau menampakkan kegembiraan kerana musibah yang menimpa saudaramu. Kerana jika demikian, Allah akan merahmatinya dan malah memberimu musibah.”
(HR. Tarmidzi )
Namun hadis secara umum menyatakan bahawa kehormatan sesama muslim tak boleh diinjak. Bentuknya di sini adalah jika saudara kita ada yang menderita terkena musibah, janganlah kita menampakkan rasa gembira kerana hal itu. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ
“Seseorang dicap buruk jika ia merendahkan saudara muslim yang lain. Sesama muslim itu haram darah, harta dan kehormatannya.” (HR. Muslim no. 2564).
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah menyatakan, “Jika seseorang menjelekkan muslim yang lain, boleh jadi yang dijelekkan itu dirahmati oleh Allah. Kemudian malah orang yang menjelekkan yang terkena musibah. Seperti ini banyak terjadi.” (Riyadhus Sholihin).
"Keistimewaan" orang-orang munafik adalah, mereka sama sekali tidak memahami masalah-masalah agama. Mereka hanya berpandukan dengan akal yang didorong oleh hawa nafsu. Mereka menganggap ringan perkara-perkara yang melawan hukum Allah, menentangNya dengan melakukan pelbagai kederhakaan, kemungkaran secara sembunyi atau terangan dengan ''matlamat menghalalkan cara'' dan berkata '' Allah sahaja tahu tujuanku'' . ketika dia berada di tengah-tengah manusia dia menunjukkan dia adalah ''benar belaka'' dan tiada rasa bersalah atau berdosa terhadap apa yang dikerjakannya.. semua salah dan dosa yang diperlakukan ditujukan kepada orang lain.. dan dikeranakan berdosa disebabkan oleh bukan dirinya
Allah Swt berfirman:
فَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
Maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.
فَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
Maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.
(QS. At Taubah 70)
Dalam Tafsir Al Muyassar disebutkan:
فما كان الله ليظلمهم، ولكن كانوا هم الظالمين لأنفسهم بالتكذيب والمخالفة.
Maka, Allah tidaklah menzalimi mereka, tetapi merekalah yang zalim terhadap diri mereka sendiri dengan mendustakan dan menyelisihi (ajaran Allah Ta’ala).
Firman Allah Swt;Dalam Tafsir Al Muyassar disebutkan:
فما كان الله ليظلمهم، ولكن كانوا هم الظالمين لأنفسهم بالتكذيب والمخالفة.
Maka, Allah tidaklah menzalimi mereka, tetapi merekalah yang zalim terhadap diri mereka sendiri dengan mendustakan dan menyelisihi (ajaran Allah Ta’ala).
وَظَلَّلْنَا عَلَيْكُمُ الْغَمَامَ وَأَنزَلْنَا عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَى كُلُواْ مِن طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَمَا ظَلَمُونَا وَلَـكِن كَانُواْ أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُون
Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu "manna" dan "salwa" . Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu; dan tidaklah mereka menganiaya Kami; akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.
(Surah Al Baqarah ayat 57 )
Firman Allah SWT:
"Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahsia yang Allah tidak redhai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan. "
Mereka membenarkan bahawa Nabi Muhammad SAW adalah Rasul Allah, tetapi di dalam hati mereka, Allah telah mendustakan kesaksian mereka. Sesungguhnya, kesaksian yang nampak benar secara Zahir itulah yang menyebabkan Mereka masuk ke dalam Neraka. Penampilan zahirnya bagus dan mempesona, tetapi di dalam batinnya terselubung niat busuk dan menghancurkan.
Dalam sebuah riwayat, khalifah Umar bin Khatab berwasiat : ”Hitung-hitunglah dirimu sendiri sebelum kamu dihitung, dan timbang-timbanglah diri terlebih dahulu sebelum kamu ditimbang, dan persiapkanlah dirimu untuk menghadapi alam terbuka yang besar (Mahsyar).
~Wallahu'alam
~Jaksa Kotaraja
Tiada ulasan:
Catat Ulasan