Ahad, 5 Ogos 2012

RAMADHAN DALAM KUPASAN LAHIR BATIN

..pertama adalah kegembiraan fana ‘nya hamba dalam kefitrahannya (dan karena itu disebut ifthar), lalu yang kedua adalah fana ‘ul fana’ dalamkebaqa’an-Nya, ketika menemui Tuhannya....


Pertama, bulan ini disebut dengan bulan Ramadhan, yang merupakan salah satu asma ‘ dari sekian asma’ Allah Ta’ala. Bererti, bulan ini adalah awal mula hamba-hamba-Nya memasuki asma’ Allah melalui pancaran cahaya ma’rifatnya. Ma’rifat Asma’, itulah awal dari pengenalan hamba- Nya kepada-Nya, lalu dilanjutkan dengan ma’rifat Sifat, dan terakhir ma’ri fat bi-Nuridz-Dzat (ma’rifat dengan cahaya Dzatullah). @manusia menjalani pengenalan akan tuhanNYA kerana dimasa ini perasaan ''ketuhanan''(manusia adalah hamba) akan lahir tatkala kita berpuasa...ini terbukti walaupun puasa itu dipratik@dilakukan oleh bukan islam sekalipun......bagaimana pula yang memang islam pula??


Penghayatan terhadap ma’rifat itu, tidak akan tercapai manakala hamba Allah tidak mahu mengekang dirinya, keakuannya, hasrat-hasrat nafsunya, egonya, dan kepentingannya, melainkan hamba itu  harus puasa dari segala hal, semata-mata hanya Allah belaka, sebagai tujuan dan sekaligus juga sebagai penyaksian (musyahadahnya) .


Kedua, bulan ini merupakan bulan di mana Kalamullah al-Qur’ an diturunkan dari Lauhul Mahfudz ke Langit Dunia secara global. Kalamullah itulah yang juga merupakan “ kepastian global” atas sejarah  angkasaraya ini. Turunnya al-Qur’an secara global, selaras dengan “Kun”-nya Allah, dan kelak melimpah secara sejarah dalam “Fayakuun”.(meskipun penciptaan al~Quran 22tahun 2 bulan dan 22 hari mengikut pendapat akan tetapi FAYAKUN hanya mengatasi segalanya) Mengapa al-Qur’an diturunkan di bulan suci Ramadlan, karena Kalamullah itu adalah manifestasi(menyatakan) dari sifat-Nya, “Al-Kalim”, di mana pernyataan mewujudkan haruslah mawjud(ujud) pada asma ‘Nya, yaitu Ramadlan itu sendiri.


Ketiga, di bulan ini ada Lailatul Qadr. Malam yang melebihi seribu bulan cahaya. Cahaya bulan itu sendiri merupakan pantulan dari matahari, dan manakala tiada matahari, bulan tak bercahaya, maka terjadi kegelelapan yang dahsyat. Dengan kata lain, Lailatul Qadr merupakan bahawa di mana Cahaya Allah itu mawjud, dalam jiwa-jiwa hambaNya yang beriman. Peredaran cahaya-Nya yang melebihi ribuan cahaya bulan, hanyalah simbol betapa tak terkirakan Cahaya-Nya itu.
@didalam hati insan itu terdapat satu cahaya(nur) yang boleh menjelaskan segala-galanya.maka hendaklah kita berzikir bagi menerangkan hati kita dan memadamkan hati hitam kita.


Mereka yang mempunyai jiwa yang telah fana , dalam “kegelapan malam fana’ul fana”, adalah jiwa mereka yang mampu menyaksikan dalam musyahadah CahayaNya. Karena itu, kefana ‘an itu hanya akan termawjud manakala para hamba itu sentiasa berdzikir, bertaqarrub, bermuqarabah, dan bertaubah dalam arti yang hakiki. Sebab cahayaNya, hanya boleh disongsong oleh Sirrul ‘Abdi, sebagai puncak ketakwaan hamba Allah itu sendiri. Sirrul ‘Abdi adalah hakikat kehambaan yang akhir. Wujudnya adalah persamaan hamba dalam kebaqa ‘an-Nya, sehingga hamba'' tak lagi “ada” , dan yang ada hanyalah ''Yang Maha Ada dalam Abadi-Nya''-(DZATNYA).


Keempat, di bulan ini para hamba mencari dan menunaikan amalan sunat dan wajib dengan sesungguhnya. Sebab pintu-pintu syurga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, syaitan-syaitan dibelenggu. Disebut merdeka dan bebas, karena para hamba dibebaskan diri dari upaya terikat oleh kepentingan duniawi, kepentingan ukhrawi, bahkan kepentingan dari segala hal selain Allah. Sebab, kebebasan itu tidak terwujud secara hakiki manakala hamba masih diperhambakan(hamba nafsu&dunia) oleh selain Allah. Wujudnya adalah cahaya hati yang terang benderang sebagai “Rumah Allah”(NUR ALLAH) dalam jiwanya, sebagaimana disebutkan, dalam sebuah hadits, “Qalbul Mu ‘mini Baitullah” (hati orang yang beriman adalah Rumah Allah).


Kelima, munculnya dua kegembiraan: kegembiraan pertama, adalah ketika mereka yang berpuasa itu melakukan buka puasa (ifthar), dan kegembiraan kedua adalah kegembiraan ketika bertemu Tuhannya. Kegembiraan pertama boleh disebut sebagai kegembiraan lahiriah, dan kegembiraan kedua boleh disebut sebagai kegembiraan batiniah. Atau yang pertama adalah kegembiraan fana ‘nya hamba dalam kefitrahannya (dan karena itu disebut ifthar), lalu yang kedua adalah fana ‘ul fana’ dalamkebaqa’an-Nya, ketika menemui Tuhannya.(yang diharap oleh insan).Dua kegembiraan inilah yang sangat ditunggu-tunggu oleh hamba-hamba Allah. Hamba yang telah berfitrah, sekaligus hamba yang telah menjadi “Cermin Ilahi” dalam liqa’ (bertemu) dengan-Nya.


Mereka yang telah biasa melakukan puasa sunat/wajib sentiasa akan merasakan puasa selama lamanya. Sebab di bulan Ramadlan itulah hamba Allah berada dalam khauf dan raja’ (ketakutan dan harapan), lalu meningkat lagi menjadi dalam qabdl dan basth (ketergenggaman dalam Kuasa Ilahi dan keluasannya dalam rahmatNya), bahkan ada yang mencapai haibah dan uns (dalam lembah Kharisma Ilahi(kecintaan pada ALLAH) sekaligus juga dalam pelukan kemesraan yang tiada tara@tolok bandingnya). Maka puasa, sesungguhnya adalah “perjuangan jiwa” yang disebut sebagai jihadul akbar (perjuangan besar).


Hari ramadhan yang berlalu penuh dengan segala pancaroba serta dugaaan zaman milinium ini pada siang seakan sama malamnya, marilah sambutlah ramadhan dengan penuh keagungan,keberkatan dan kemuliaan kita harungi bersama-sama, agar kita bersembunyi di balik tirai Ilahi dalam puasa yang sungguh-sungguh puasa.......

@masih ada malam yang menunggu akan doa hambaNYA

Tiada ulasan:

Catat Ulasan