Isnin, 24 Disember 2012

AMSTRONG,AZAN DILANGIT,SURAH AZZARIAT,SUARA LEMBAH THUA

..pendaratannya hanya digurun padang pasir'' dibumi ini.....INI KERANA KAMERA YANG MEREKA RAKAM TELAHPUN BERADA DIATAS PERMUKAAN BULAN SEMASA MENUNJUKKAN MEREKA MENDARAT DU BULAN...SIAPA JURU...

Neil Armstrong adalah orang pertama yang mendarat di bulan. Neil pergi ke bulan menggunakan pesawat ruang angkasa USA bernama Apollo, bersama rekannya Buzz Aldrin. Pergi ke bulan merupakan hal yang amat menakjubkan bagi Neil. Saat-saat masa keberhasilannya itu tak pernah ia lupakan.

Sampai akhirnya 30 Tahun berlalu,

Saat itu Neil memutuskan untuk mengambil cuti kepada pihak NASA. Ia menghabiskan lawatannya dengan melancong ke Mesir. Ini kali pertama ia mengunjungi Kairo, atau pertama kalinya ia mengunjungi sebuah negeri Islam dalam rangka melancong mencari hiburan dan mengembalikan kesegaran setelah penat menghadapi rutinitas pekerjaan.

Beralih ke Mesir, akhirnya Neil bersama pelancong lain sampailah ke sebuah hotel yang terletak di tengah kota Kairo. Setelah selesai menguruskan pendaftaran, dia berjalan  menuju biliknya untuk beristirehat setelah letih menempuh perjalanan yang cukup jauh dari Amerika menuju Kairo. Dan ketika dia berbaring di ranjang, tiba-tiba terdengarlah kumandang azan...
''Allahuakbar ''...'' Allahuakbar...''

Ketika mendengar seruan itu, dia berfikir bahawa ini bukan pertama kali ia mendengar seruan seperti ini. Neil berfikir sejenak dimana dia pernah mendengarnya sebelumnya? Neil terus berusaha mengingat, tetapi dia tetap tidak mampu menemukan jawabannya.

Kemudian ia duduk, berdiri dan berjalan menuju kamar kecil, kemudian pergi mengambil makanan ''fast food''(segera) sebelum turun untuk makan malam diruang legar ruangan bawah . Di ruang makan ketika dia sedang menikmati makanannya sambil bersembang bersama  2 orang temannya, kembali terdengar berkumandang azan dari salah satu menara masjid yang banyak tersebar di Kairo, ia pun lantas terdiam, mencuba menyemak dan menghayati lirik-lirik kalimat-kalimat azan yang didengarnya.

Kemudian dia berseru memanggil salah seorang pelayan yang ada di sana dan bertanya dengan bahasa Inggris, “Apakah kamu boleh berbahasa Inggeris?”
Si pelayan menjawab, “Boleh sedikit-sedikit tuan.”
Neil tersenyum dan berkata, “bunyi  apa yang baru tadi  kedengaran di luar seluruh kota ini?”
Pelayan tadi menjawab, “Maaf, saya tidak mengerti maksud tuan.”
Neil berisyarat mengumandangkan azan dengan pelat-pelat inggerisnya, “Allahu akbar... Allahu akbar...”

Pelayan itu kemudian berkata, “Itu panggilan untuk solat, panggilan kepada seluruh kaum muslim untuk pergi ke masjid untuk melaksanakan solat yang dilakukan 5 kali sehari.”

Neil pun mengucapkan terima kasih atas penjelasannya. Kemudian dia meneruskan menikmati makan malamnya dengan duduk diam tanpa berkata apapun. Tiba-tiba ia bangun dan meninggalkan teman-temannya lalu naik menuju biliknya sambil berfikir, “Pasti aku mendengarnya di salah satu filem yang pernah aku tonton”. Sejenak dia berhenti berfikir, “Ataupun mungkin di tempat lain?”katanya didalam hati.

“Ahhhh..!! tidak, bukan di filem, aku mendengarnya dengan telingaku sendiri menggema di udara, tetapi dimana?” Sampai dia beranjak tidur, persoalan ini masih bermain dikepalanya. Ketika fajar menyingsing, Neil terbangun oleh suara azan yang kembali berkumandang membelah angkasa:

''Allahu akbar...''..''Allahu Akbar...''

Dia pun segera bangun, duduk di tepi katil seraya menumpukan segenap perhatiannya untuk mendengarkan suara itu, sehingga dengan berakhirnya azan berkumandang , Neil teringat kembali bayangan 30 tahun silam yang masa itu merupakan masa gemilang dalam hidupnya. Ketika itu dia mengendalikan pesawat luar angkasa milik USA, Apollo, yang merupakan pesawat pertama dalam sejarah yang mampu mendarat di bulan. Tiba-tiba dia sedar bahwa “Ya, di sanalah aku mendengar seruan ini untuk pertama kalinya dalam hidupku.” ungkapnya berseorangan.
Kemudian dia berseru dalam bahasa Inggeris tanpa sedar, “Wahai Allah yang Maha Suci, Ya Allah, benar aku ingat bahwa di sanalah, di permukaan bulan itu aku dengar seruan itu untuk pertama kalinya dalam hidupku, dan di sini, di Kairo, aku mendengarnya di bumi.”

Kemudian dia membaca majalah untuk memejamkan mata untuk kembali tidur, tetapi dia tidak boleh, diambilnya sebuah buku dari dalam begya dan mula membacanya untuk merintang waktu hingga pagi menjelang, dia membaca tetapi fikirannya melayang entah kemana dan dia sama sekali tidak faham isi buku yang dibacanya.
Dalam hati dia berharap untuk mendengar lagi seruan itu. Hingga pagi dia membaca seperti itu dengan harapan akan kembali mendengar suara azan, tetapi seruan yang ditunggu tidak kunjung terdengar.

Akirnya dia bangun dan pergi ke bilikair dan mencuci mukanya, lantas  dengan cepat dia turun ke ruang makan untuk bersarapan. Setelah itu duduk bersama sekelompok pelancong yang sedang bersarapan, sementara itu seluruh pancainderanya dipasang untuk menantikan saat dimana dia akan kembali mendengar  seruan yang mengiang ditelingnya. Dia ingin meyakinkan dirinya sebelum memberitahukan pelancong  yang lain akan hal penting ini.

Kemudian rombongannya pergi melawat memasuki sebuah Muzium Fir’aun dan di saat itu ia kembali mendengar kumandang azan yang mengalun merdu dengan irama yang indah dari sebuah pembesar suara di muzium. Neil meninggalkan rombongannya dan berdiri di samping pembesar suara itu sambil memperhatikan dengan teliti, di pertengahan azan dia berseru memanggil temannya, “ Hei, ke sini, dengarkan seruan ini”.

Teman-temannya datang menghampiri dengan kehairanan. Ketika salah seorang kelihatan akan berbicara, Neil memberi isyarat kepadanya agar diam dan mendengarkan seruan itu. Barulah setelah azan selesai, Neil bertanya kepada mereka, “Apakah kalian mendengarnya?”
“ya”, jawab mereka.

“Tahukah kalian dimana aku pernah mendengarnya sebelum ini? Aku mendengarnya di permukaan bulan pada tahun 1969.”

Berkata rakan karibnya, “Mr. Armstrong, mari kita kesana untuk bicara sebentar.” Kemudian mereka berdua pergi ke salah satu sudut dan mulai bercakap-cakap tentang perasaannya yang aneh.

Tak lama kemudian Neil meninggalkan rombongannya dan mengambil teksi untuk pulang ke hotel, di wajahnya terlihat kemarahan dan emosi yang berkecamuk. “Bagaimana mungkin dia berkata bahwa aku mengada-ada dan aku telah gila?” fikirnya.

Neil berdiri dibiliknya selama 2 jam sambil berbaring di atas ranjang sambil menunggu-nunggu suara azan kembali, dan saat itu terdengarlah azan Ashar.

''Allahu Akbar...''..'' Allahu Akbar...''

Neil bangung turun dari katil, berdiri lalu membuka jendela dan untuk kesekian kalinya memperhatikan seruan itu, kemudian dia berteriak melalui muka jendela, “Tidak, aku belum gila, aku tidak gila, aku bersumpah demi Allah bahwa inilah yang aku dengar di permukaan bulan.”Neil turun ke ruang makan agak terlambat agar tidak bertemu dengan temannya.

Sampailah ketika hari lawatan berakhir, Neil beserta pelancong lain akan pulang ke Amerika. Neil sengaja menghindari semua teman-teman seperjalannya, hingga mereka kembali ke Amerika. Di Amerika Neil berusaha mendalami agama Islam, di saat itu dia mulai tertarik dengan Islam. Akhirnya, beberapa bulan kemudian , Neil mengumumkan keislamannya, dan menlafazkan ''
Asyhadu anlaa ilaaha illallaah...
Wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah'' . 

Dalam suatu wawancara bahwa dia menyatakan masuk Islam kerana dia telah mendengar kumandang azan dengan telinganya sendiri di permukaan bulan. Tetapi tak lama kemudian datanglah sepucuk surat dari NASA, berisi keputusan tentang pemecatannya dari pekerjaannya. Pendek kata, NASA berlepas diri dan tidak mahu membantu astronot yang pertama mendarat di bulan itu, kerana dia menyatakan diri masuk Islam, dan menyangkal tentang terdengarnya azan di permukaan bulan.

Neil Armstrong berseru dalam sebuah majalah mempertanyakan pertanggungjawaban mereka perihal keputusan pemecatannya, “Memang aku kehilangan pekerjaanku, tetapi aku menemukan Allah”..

walau apapun....cerita diatas ini bukanlah satu kesahihan ceritanya kerana semasa waktu jaksa sekolah dulu pun pernah dengar tentang cerita demikian...

@ untuk makluman semua suara azan gelombangnya adalah sangat halus dan boleh menembusi langit,maka tidak hairanlah binatang boleh mendengar suara dari langit,cuma manusia dan jin sahaja yang ditutupi pendengarannya. Dalam sebuah hadis Abu Salamah daripada Jabir yang terdapat dalam Sahih Bukhari dan Muslim. Jabir berkata: “Aku mendengar Rasulullah s.a.w. ketika bersabda mengenai putusnya wahyu, beliau menyebut dalam percakapannya itu, “Sewaktu aku berjalan, aku terdengar suara dari langit. Kemudian aku angkat kepala-ku, tiba-tiba aku ternampak malaikat yang mendatangi aku di gua Hira’ duduk di atas kursi antara langit dan bumi, lalu aku pulang dan aku katakan: Selimutkanlah aku!
Mereka pun menyelimuti aku. Lalu Allah menurunkan ayat,

                                                           يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ .
Hadith ini menggambarkan peristiwa ini terkemudian daripada peristiwa di gua Hira’, atau al-Muddathir adalah surah yang pertama diturunkan setelah terputusnya wahyu. Dapat disimpulkan ayat pertama untuk kenabian ialah Iqra’ dan surah pertama untuk risalah ialah surah al-Muddathir.



KISAH NABI MUSA DAN SUARA LANGIT..

"Wahai Musa." (QS. Thaha: 11)
Musa mengangkat kepalanya dan berkata: "Ya." Allah berkata:
"Sesungguhnya Aku adalah Tuhanmu." (QS. Thaha: 12)
Musa semakin menggigil dan berkata: "Benar wahai Tuhanku."
Allah s.w.t berkata:
"Maka lepaskanlah kedua sepatumu sesungguhnya engkau berada di lembah yang suci yang bernama Thua'." Musa tertunduk dan rukuk sementara tubuhnya tampak gementar dan beliau mulai melepas sandalnya Allah s.w.t berkata:
Maka tinggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa'. " 
(QS. Thaha: 12)

Musa rukuk dan melepas kedua sepatunya. Kemudian Allah s.w.t kembali berkata:
"Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu). Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah solat untuk mengingat Aku. Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang. Aku merahsiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang diusahakan. Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan darinya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu binasa." (QS. Thaha: 13-16)

Musa semakin gementar saat beliau menerima wahyu Ilahi dan saat berdialog dengan Allah s.w.t. Allah s.w.t yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang berkata:"Apakah itu yang ada di tangan kananmu, hai Musa (QS. Thaha: 17)
Bertambahlah kehairanan Nabi Musa. Allah s.w.t adalah Zat yang mengajaknya berbicara dan tentu Dia lebih mengetahui daripada Musa tentang apa yang dipegangnya, lalu mengapa Allah s.w.t bertanya kepadanya jika memang Dia lebih mengetahui darinya. Tak ragu lagi bahawa di sana ada hikmah yang tinggi. Musa menjawab pertanyaan itu dengan suaranya yang tampak mengigil:
"Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya." (QS. Thaha: 18)

Allah berfirman:
"Lemparkanlah ia, hai Musa!" (QS. Thaha: 19)
Musa melemparkan tongkatnya dari tangannya dan rasa hairannya semakin menjadi-jadi. Tiba-tiba Musa dikejutkan ketika melihat tongkat itu menjadi ular yang besar. Ular itu bergerak dengan cepat. Musa tidak mampu lagi menahan rasa takutnya. Musa merasa tubuhnya bergetar kerana rasa takut. Musa membalikkan tubuhnya kerana takut dan ia mulai lari. Belum lama ia lari, belum sampai dua langkah, Allah s.w.t memanggilnya:
"Hai Musa, janganlah kamu takut, sesungguhnya orang yang menjadikan rasul, tidak takut di hadapanku. " (QS. an-Naml: 10)
"Hai Musa datanglah kepada-Ku dan janganlah kamu takut. Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang aman. "
(QS. al- Qashash: 31)

Musa kembali memutar badannya dan berdiri. Tongkat itu tampak bergerak dan ular itu pun tetap bergerak. Allah s.w.t berkata kepada Musa:
"Peganglah ia dan janganlah takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula. "
(QS. Thaha: 21)Musa menghulurkan tangannya ke ular itu dalam keadaan menggigil. Musa belum sempat menyentuhnya sehingga ular itu menjadi tongkat. Demikianlah perintah Allah s.w.t terjadi dengan cepat. Kemudian Allah s.w.t memerintahkan kepadanya:
"Masukanlah tanganmu ke leher bajumu, nescaya ia keluar putih tidak bercacat bukan kerana penyakit, dan dekapkanlah kedua tanganmu (ke dada)mu bila ketakutan. "
(QS. al-Qashash: 32)
Musa meletakkan tangannya di kantongnya lalu ia mengeluarkannya dan tiba-tiba tangan itu bersinar bagaikan bulan. Kembali rasa kagum Musa bertambah. Lalu ia meletakkan tangannya di dadanya sebagaimana diperintahkan Allah s.w.t padanya sehingga rasa takutnya benar-benar hilang.



@ mungkinkah amerika/Nasa takut akan berita kepalsuan mereka pergi kebulan,yang mana sebenarnya '' PENDARATANNYA HANYA DIGURUN PADANG PASIR''pendaratannya hanya digurun padang pasir'' dibumi ini.....INI KERANA KAMERA YANG MEREKA RAKAM TELAHPUN BERADA DIATAS PERMUKAAN BULAN SEMASA MENUNJUKKAN MEREKA MENDARAT DU BULAN...SIAPA JURU KEMERANYA ?? 
SILA LIHAT LINK /RANGKAIAN BIRU DIATAS....


@ mungkin kerana fakta keagamaan dan pengaruh atau penipuan.... amerika dan arab sendiri menafikan keislamannya walaupun dia(neil)kini telah menghembuskan nafasnya pada 25 Ogos 2012 yang lalu....

jika julai 1969 appollo berjaya selamat pergi dan balik.SEPATUTNYA KINI MANUSIA DAH ADA YANG MENETAP DIBULAAN ATAU MANUSIA KERAP PERGI KEBULAN .HINGGA KINI TIADA MANUSIA YANG MENDARAT KEBULAN WALAUPUN TEKNOLOGI ANGKSA  KINI ADALAH JAUH LEBIH CANGGIH JIKA DIBEZAKAN MASA ZAMAN HUJUNG 60-AN  ....jadi benarkah '' pesawat appolo'' dapat membawa manusia pergi dan balik ke bulan ???..Anda sebagai pembaca ada jawapannya...

~WALLAHU'ALAM
~JAKSA KOTARAJA

Tiada ulasan:

Catat Ulasan