Khamis, 26 Julai 2012

KISAH IBLIS BERTEMU DENGAN RASULULLAH




Ketika kami sedang bersama Rasulullah SAW di kediaman seorang sahabat Anshar, tiba - tiba terdengar panggilan seseorang dari luar rumah:

"Wahai penghuni rumah, bolehkah aku masuk? Sebab kalian akan memerlukanku. "

Rasulullah bersabda : "Tahukah kalian siapa yang memanggil?"

Kami menjawab : "Allah dan rasulNya yang lebih tahu."

Beliau melanjutkan, "Itu iblis, laknat Allah bersamanya."

Umar bin Khattab berkata: "Izinkan aku membunuhnya wahai Rasulullah"

Nabi menahannya :" Sabar wahai Umar, bukankah kamu tahu bahwa Allah memberinya kesempatan hingga hari kiamat? Lebih baik bukakan pintu untuknya, sebab dia telah diperintahkan untuk ini, fahamilah apa yang hendak ia katakan dan dengarkan dengan baik."

Ibnu Abbas RA berkata: Pintu lalu dibuka, ternyata dia seperti seorang tua yang cacat satu matanya. Di janggutnya terdapat 7 helai rambut seperti rambut kuda, taringnya terlihat seperti taring babi, bibirnya seperti bibir sapi..

Iblis berkata: "Salam untukmu Muhammad.... Salam untukmu para hadirin..."

Rasulullah SAW lalu menjawab : "Salam hanya milik Allah SWT, sebagai mahluk terlaknat, apa keperluanmu? "

Iblis menjawab : "Wahai Muhammad, aku datang ke sini bukan atas kemahuanku, namun kerana terpaksa."

"Siapa yang memaksamu? "

"Seorang malaikat utusan Allah mendatangiku dan berkata:

"Allah SWT memerintahkanmu untuk mendatangi Muhammad sambil menundukkan diri. Beritahu Muhammad tentang caramu dalam menggoda manusia. Jawablah dengan jujur semua pertanyaannya. Demi kebesaran Allah, andai kau berdusta satu kali saja, maka Allah akan jadikan dirimu debu yang ditiup angin."
"Oleh kerana itu aku sekarang mendatangimu. Tanyalah apa yang hendak kau tanyakan. Jika aku berdusta, aku akan dicaci oleh setiap musuhku. Tidak ada sesuatu pun yang paling besar menimpaku daripada cacian musuh."

ORANG YANG DIBENCI IBLIS
Rasulullah SAW lalu bertanya kepada Iblis: "Kalau kau benar jujur, siapakah manusia yang paling kau benci?"

Iblis segera menjawab: " Kamu, kamu dan orang sepertimu adalah mahkluk Allah yang paling aku benci."

"Siapa selanjutnya? "

"Pemuda yang bertakwa yang memberikan dirinya mengabdi kepada Allah SWT."
"Lalu siapa lagi?"

"Orang Alim dan wara'"

" Lalu siapa lagi?"

"Orang yang selalu bersuci."

"Siapa lagi?"

"Seorang fakir yang sabar dan tak pernah mengeluhkan kesulitannnya kepada orang lain."

"Apa tanda kesabarannya? "

" Wahai Muhammad, jika ia tidak mengeluhkan kesulitannya kepada orang lain selama 3 hari, Allah akan memberi pahala orang - orang yang sabar."

"Selanjutnya apa?"

"Orang kaya yang bersyukur."

"Apa tanda kesyukurannya ?"

"Ia mengambil kekayaannya dari tempatnya, dan mengeluarkannya juga dari tempatnya ."

"Orang seperti apa Abu Bakar menurutmu?"

"Ia tidak pernah menurutiku di masa jahiliyah, apalagi dalam Islam."

"Umar bin Khattab?"

"Demi Allah setiap berjumpa dengannya aku pasti kabur. "

"Usman bin Affan?"

"Aku malu kepada orang yang malaikat pun malu kepadanya ."

"Ali bin Abi Thalib?"

" Aku berharap darinya agar kepalaku selamat, dan berharap ia melepaskanku dan aku melepaskannya. Tetapi ia tak akan mahu melakukan itu." (Ali bin Abi Thalib selau berdzikir terhadap Allah SWT)

AMALAN YANG DAPAT MENYAKITI HATI IBLIS
"Apa yang kau rasakan jika melihat seseorang dari umatku yang hendak solat?"

"Aku merasa panas dingin dan gementar. "

"Kenapa?"

"Sebab, setiap seorang hamba bersujud 1x kepada Allah, Allah mengangkatnya 1 darjat."

"Jika seorang umatku berpuasa?"

"Tubuhku terasa terikat hingga ia berbuka ."

"Jika ia berhaji?"

"Aku seperti orang gila. "

"Jika ia membaca al-Quran?"

"Aku merasa meleleh laksana timah di atas api."
"Jika ia bersedekah?"

"Itu sama saja orang tersebut membelah tubuhku dengan gergaji."
"Mengapa jadi begitu? "

"Sebab dalam sedekah ada 4 keuntungan baginya... Iaitu keberkahan dalam hartanya, hidupnya disukai, sedekah itu kelak akan menjadi hijab antara dirinya dengan api neraka dan segala macam musibah akan terhalau dari dirinya."

"Apa yang dapat mematahkan pinggangmu?"

"Suara kuda perang di jalan Allah."

"Apa yang dapat melelehkan tubuhmu?"

"Taubat orang yang bertaubat."

"Apa yang dapat membakar hatimu?"

"Istighfar di waktu siang dan malam."

"Apa yang dapat mencoreng wajahmu?"

"Sedekah yang diam - diam. "

"Apa yang dapat menusuk matamu?"

"Solat fajar(subuh)."

"Apa yang dapat memukul kepalamu? "

"Solat berjamaah."

"Apa yang paling mengganggumu? "

"Majlis para ulama."

"Bagaimana cara makanmu?"

"Dengan tangan kiri dan jariku."

"Dimanakah kau menaungi anak - anakmu di musim panas?"

"Di bawah kuku manusia."


MANUSIA YANG MENJADI TEMAN IBLIS

Nabi lalu bertanya : "Siapa temanmu wahai Iblis?"

"Pemakan riba."

"Siapa sahabatmu?"

"Penzina."

"Siapa teman tidurmu?"

"Pemabuk.."

"Siapa tetamumu? "

"Pencuri."

"Siapa utusanmu?"

"Tukang sihir."

"Apa yang membuatmu gembira?"

"Bersumpah dengan cerai."

"Siapa kekasihmu? "

"Orang yang meninggalkan solat jumaat"

"Siapa manusia yang paling membahagiakanmu? "

"Orang yang meninggalkan solatnya dengan sengaja."

Iblis Tidak Berdaya Di hadapan Orang Yang Ikhlas

Rasulullah SAW lalu bersabda : "Segala puji bagi Allah yang telah membahagiakan umatku dan menyengsarakanmu. "

Iblis segera menimpali :" Tidak , tidak.. Tak akan ada kebahagiaan selama aku hidup hingga hari akhir. Bagaimana kau boleh berbahagia dengan umatmu, sementara aku boleh masuk ke dalam aliran darah mereka dan mereka tak boleh melihatku.

Demi yang menciptakan diriku dan memberikan ku kesempatan hingga hari akhir, aku akan menyesatkan mereka semua. Baik yang bodoh, atau yang pintar, yang boleh membaca dan tidak boleh membaca, yang durjana dan yang soleh, kecuali hamba Allah yang ikhlas."

"Siapa orang yang ikhlas menurutmu ?"

"Tidakkah kau tahu wahai Muhammad, bahawa barang siapa yang menyukai emas dan perak, ia bukan orang yang ikhlas. Jika kau lihat seseorang yang tidak menyukai dinar dan dirham, tidak suka pujian dan sanjungan, aku boleh pastikan bahawa ia orang yang ikhlas, maka aku meninggalkannya. Selama seorang hamba masih menyukai harta dan sanjungan dan hatinya selalu terikat dengan kesenangan dunia, ia sangat patuh padaku."

IBLIS DIBANTU OLEH 70000 ANAK-ANAKNYA

Tahukah kamu Muhammad, bahawa aku mempunyai 70000 anak.. Dan setiap anak memiliki 70000 syaitan.

Sebahagian ada yang aku tugaskan untuk mengganggu ulama. Sebahagian untuk menggangu anak - anak muda, sebahagian untuk menganggu orang - orang tua, sebahagian untuk menggangu wanita - wanita tua, sebahagian anak -anakku juga aku tugaskan kepada para Zahid.

Aku punya anak yang suka mengencingi telinga manusia sehingga ia tidur pada solat berjamaah. Tanpanya, manusia tidak akan mengantuk pada waktu solat berjamaah.

Aku punya anak yang suka menaburkan sesuatu di mata orang yang sedang mendengarkan ceramah ulama hingga mereka tertidur dan pahalanya terhapus.

Aku punya anak yang senang berada di lidah manusia, jika seseorang melakukan kebajikan lalu ia khabarkan kepada manusia, maka 99% pahalanya akan terhapus.

Pada setiap seorang wanita yang berjalan, anakku dan syaitan duduk di pinggul dan pahanya, lalu menghiasinya agar setiap orang memandanginya.

Syaitan juga berkata, "Keluarkan tanganmu", lalu ia mengeluarkan tangannya lalu syaitan pun menghiasi kukunya.

Mereka, anak - anakku selalu meyusup dan berubah dari satu tempat ke tempat lainnya, dari satu pintu ke pintu yang lainnya untuk menggoda manusia hingga mereka terhempas dari keikhlasan mereka.

Akhirnya mereka menyembah Allah tanpa ikhlas, namun mereka tidak merasa.

Tahukah kamu, Muhammad? Bahawa ada rahib yang telah beribadat kepada Allah selama 70 tahun. Setiap orang sakit yang didoakan olehnya, sembuh seketika. Aku terus menggodanya hingga ia berzina, membunuh dan kufur.

Cara Iblis Menggoda

Tahukah kau Muhammad, dusta berasal dari diriku?

Akulah makhluk pertama yang berdusta.

Pendusta adalah sahabatku. Barangsiapa bersumpah dengan berdusta, ia kekasihku.

Tahukah kau Muhammad?

Aku bersumpah kepada Adam dan Hawa dengan nama Allah bahawa aku benar-benar menasihatinya.

Sumpah dusta adalah kegemaranku.

Ghibah (gosip) dan Namimah (adu domba) kesenanganku.

Kesaksian palsu kegembiraanku.

Orang yang bersumpah untuk menceraikan isterinya ia berada di pinggir dosa walau hanya sekali dan walaupun ia benar. Sebab barang siapa membiasakan dengan kata - kata cerai, isterinya menjadi haram baginya. Kemudian ia akan beranak cucu hingga hari kiamat. Jadi semua anak - anak zina dan ia masuk neraka hanya kerana satu kalimat, CERAI.
Wahai Muhammad, umatmu ada yang suka lalai semasa solat. Setiap ia hendak berdiri untuk solat, aku bisikan padanya waktu masih lama, kamu masih sibuk, lalu ia manundanya hingga ia melaksanakan solat di luar waktu, maka solat itu dipukulkannya kemukanya.
Jika ia berhasil mengalahkanku, aku biarkan ia solat. Namun aku bisikkan ke telinganya 'lihat kiri dan kananmu',

Dia pun menoleh. Pada masa itu aku usap dengan tanganku dan kucium keningnya serta aku katakan 'solatmu tidak sah'.

Bukankah kamu tahu Muhammad, orang yang banyak menoleh dalam solatnya akan dipukul.

Jika ia solat sendirian, aku suruh dia untuk bergegas. Dia pun solat seperti ayam yang mematuk beras.

Jika dia berhasil mengalahkanku dan dia solat berjamaah, aku ikat lehernya dengan tali, hingga dia mengangkat kepalanya sebelum imam, atau meletakkannya sebelum imam.

Kamu tahu bahawa melakukan itu batal shalatnya dan wajahnya akan dirubah menjadi wajah keldai.

Jika dia berhasil mengalahkanku, aku tiup hidungnya hingga dia menguap dalam solat. Jika ia tidak menutup mulutnya ketika menguap, syaitan akan masuk ke dalam dirinya, dan membuatnya menjadi bertambah serakah dan gila dunia.

Dan diapun semakin taat padaku.

Kebahagiaan apa untukmu, sedang aku memerintahkan orang miskin agar meninggalkan solat. Aku katakan padanya, 'kamu tidak wajib solat, solat hanya wajib untuk orang yang berkemampuan dan sihat. Orang sakit dan miskin tidak, jika kehidupanmu telah berubah baru kau solat.'

Dia pun mati dalam kekafiran. Jika dia mati sambil meninggalkan solat maka Allah akan menemuinya dalam kemurkaan.
Wahai Muhammad, jika aku berdusta Allah akan menjadikanku debu.
Wahai Muhammad, apakah kau akan bergembira dengan umatmu padahal aku mengeluarkan seperenam mereka dari islam?


10 PERMINTAAN IBLIS KEPADA ALLAH
"Berapa yang kau pinta dari Tuhanmu?"

"10 macam"

"Apa saja?"

Aku minta agar Allah membiarkanku berbagi dalam harta dan anak manusia, Allah mengizinkan.

Allah berfirman, "Berbagilah dengan manusia dalam harta dan anak. Dan janjikanlah mereka, tidaklah janji syaitan kecuali tipuan." (QS Al-Isra :64)

Harta yang tidak dizakatkan, aku makan darinya. Aku juga makan dari makanan haram dan yang bercampur dengan riba, aku juga makan dari makanan yang tidak dibacakan nama Allah.

Aku minta agar Allah membiarkanku ikut bersama dengan orang yang berhubungan dengan isterinya tanpa berlindung dengan Allah, maka syaitan ikut bersamanya dan anak yang dilahirkan akan sangat patuh kepada syaitan.

Aku minta agar boleh ikut bersama dengan orang yang menaiki kenderaan bukan untuk tujuan yang halal.

Aku minta agar Allah menjadikan bilik mandi sebagai rumahku.
Aku minta agar Allah menjadikan pasar sebagai masjidku.

Aku minta agar Allah menjadikan syair sebagai Quranku.

Aku minta agar Allah menjadikan pemabuk sebagai teman tidurku.

Aku minta agar Allah memberikanku saudara , maka Ia jadikan orang yang membelanjakan hartanya untuk maksiat sebagai saudaraku.

Allah berfirman, "Orang - orang boros adalah saudara - saudara syaitan. " (QS Al-Isra : 27)

Wahai Muhammad, aku minta agar Allah membuatku boleh melihat manusia sementara mereka tidak boleh melihatku.

Dan aku minta agar Allah memberiku kemampuan untuk mengalir dalam aliran darah manusia.

Allah menjawab, "Silakan", aku bangga dengan hal itu hingga hari kiamat. Sebahagian besar manusia bersamaku di hari kiamat.
Iblis berkata : "Wahai muhammad, aku tak boleh menyesatkan orang sedikitpun, aku hanya boleh membisikan dan menggoda."

Jika aku boleh menyesatkan, tak akan tersisa seorangpun.
Sebagaimana dirimu, kamu tidak boleh memberi hidayah sedikitpun, engkau hanya rasul yang menyampaikan amanah.

Jika kau boleh memberi hidayah, tak akan ada seorang kafir pun di muka bumi ini.

Kau hanya boleh menjadi penyebab untuk orang yang telah ditentukan sengsara.

Orang yang bahagia adalah orang yang telah ditulis bahagia sejak di perut ibunya. dan orang yang sengsara adalah orang yang telah ditulis sengsara semenjak dalam kandungan ibunya.

Rasulullah SAW lalu membaca ayat : "Mereka akan terus berselisih kecuali orang yang dirahmati oleh Allah SWT " (QS Hud :118 - 119)

Juga membaca, " Sesungguhnya ketentuan Allah pasti berlaku" (QS Al-Ahzab : 38)

Iblis lalu berkata : " Wahai Rasul Allah takdir telah ditentukan dan pena takdir telah kering. Maha Suci Allah yang menjadikanmu pemimpin para nabi dan rasul, pemimpin penduduk surga, dan yang telah menjadikan aku pemimpin makhluk-makhluk celaka dan pemimpin penduduk neraka. aku si celaka yang terusir, ini akhir yang ingin aku sampaikan kepadamu. Dan aku tak berbohong."

Rabu, 25 Julai 2012

AL~QURAN , RAMADHAN DAN RASULLULLAH

..Al-Quran ini mempunyai kaitan yang sangat rapat dengan malam al-Qadar, bulan Ramadan dan ibadat puasa seperti yang dinyatakan di atas. Secara umum, ia mengandungi makna simbolik tentang kelebihannya dan kemuliaan al-Quran yang Allah SWT kurniakan pada kita..
BULAN Ramadan melakarkan pelbagai peristiwa penting dalam lipatan sejarah Islam. Selain pensyariatan puasa, peristiwa lain yang ditulis dengan tinta emas adalah kemenangan Islam dalam Badar Kubra, pembukaan Kota Mekah, pertempuran Ain Jalut, Yom Kippur, intifadhah Palestin dan sebagainya. 
Namun, peristiwa penting terbesar adalah penurunan al-Quran atau Nuzul al-Quran yang disambut oleh kita pada hari semalam.

Penurunan mukjizat ini dirakamkan dalam al-Quran dalam firman-Nya:  
Bulan Ramadan yang padanya diturunkan al-Quran, menjadi petunjuk bagi manusia, dan menjadi keterangan yang menjelaskan petunjuk dan perbezaan (antara benar dengan salah). 
(al-Baqarah: 185)

Ayat ini jelas menunjukkan al-Quran sebagai suatu dokumen rujukan dan cahaya petunjuk kepada semua manusia. Pedoman melahirkan individu atau masyarakat Islam tulen juga terkandung dalam al-Quran.

Malah, penurunannya juga adalah suatu bukti kewujudan Allah SWT serta kerasulan Muhammad SAW dengan apa yang dibawanya. 
Menurut Jalaluddin al-Suyuti, al-Quran diturunkan dalam dua peringkat. Peringkat pertama daripada Loh Mahfuz ke Baitul Izzah di langit dunia secara sekali gus.

Penurunan sekaligus ini berlaku pada malam Al-Qadar di bulan Ramadan yang dirakam dalam Al-Quran: Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Quran pada malam Al-Qadar. Dan apakah engkau mengetahui malam Al-Qadar? Malam Al-Qadar lebih baik daripada seribu bulan. 

(al-Qadr: 1-3)

Penurunan peringkat kedua pula daripada Baitul Izzah di langit dunia kepada Rasulullah SAW secara beransur-ansur dalam tempoh lebih kurang 23 tahun
Bermula daripada saat Baginda SAW diangkat sebagai rasul, ayat al-Quran mula diturunkan hinggalah berakhir sebelum kewafatannya iaitu 13 tahun di Mekah dan 10 tahun di Madinah. Sifat penurunan al-Quran begini ini adalah suatu hikmah yang besar kepada umat Islam terdahulu.

Penurunan al-Quran secara beransur-ansur adalah mengikut persediaan Rasulullah SAW sendiri, keperluan situasi zaman dan menjawab persoalan semasa. 
Kadang-kadang ayat diturunkan berdasarkan sesuatu masalah, menjawab pertanyaan Sahabat atau hasil sebab peristiwa yang berlaku dan kadang-kadang merupakan suatu perintah dalam sesuatu amalan syariat.

Sifat penurunan begini memberi banyak hikmahnya. Ia memudahkan Rasulullah SAW serta para Sahabat memahami, menghafal dan mengamalkan ajaran al-Quran. Malah, adat jahiliah dan pengamalan bukan secara Islam juga dapat dibuang sedikit demi sedikit tanpa menimbulkan kejutan kepada masyarakat awal Islam Selain itu, kategori penurunan ayat-ayat juga melambangkan kemukjizatan al-Quran. Ini terserlah melalui penurunan kategori ayat sebelum hijrah dan selepasnya.

Ayat yang diturunkan sebelum hijrah disebutkan Makkiyah biasanya melibatkan ayat-ayat pembinaan akidah, akhlak di samping keterangan tentang sifat-sifat ketuhanan dan keesaan Allah SWT.

Kategori ayat ini berlainan dengan fasa selepas hijrah yang disebutkan ayat-ayat Madaniyah. Ayat dalam kategori kedua ini memberi perhatian kepada jihad, cara amal ibadat, hukum-hakam dan proses pengisian individu dan masyarakat Islam
Proses penurunan al-Quran ini mempunyai kaitan yang sangat rapat dengan malam al-Qadar, bulan Ramadan dan ibadat puasa seperti yang dinyatakan di atas. Secara umum, ia mengandungi makna simbolik tentang kelebihannya dan kemuliaan al-Quran yang Allah SWT kurniakan pada kita. Oleh itu, kita sebagai umat akhir zaman yang masih boleh menatap al-Quran sebelum kita dimatikan atau sebelum al-Quran diangkat ke langit hendaklah mengambil beberapa langkah perubahan.

Maka di ramadhan ini jadikanlah satu rutin harian kita untuk membaca,menghafaz, mengkaji atau menghayati Al -Quran.Jadikanlah satu titik permulaan bagi yang ingin perubahan hidup. Semoga AlQuran itu menjadi saksi akan diri kita diakhirat nanti.
~wallahu'alam
~jaksa kotaraja

Sahabat Rasullullah SAW Yang Dijanjikan Syurga



Itulah 10 sahabat baginda yang dijanjikan Allah dengan syurga. Iman dan Amal mereka sangat hebat sehingga mendapat ganjaran yang tinggi daripada Allah sejak mereka hidup lagi. Kita semua pasti mahu ke syurga kerana di sana terdapat infiniti keindahan dan kesenangan. Akhirat itu pasti. Mari tingkatkan amal dan iman untuk menghadapi akhirat.


1. Abu Bakar Siddiq ra.
Beliau adalah khalifah pertama sesudah wafatnya Rasulullah Saw. Selain itu Abu bakar juga merupakan laki-laki pertama yang masuk Islam, pengorbanan dan keberanian beliau tercatat dalam sejarah, bahkan juga didalam Quran (Surah At-Taubah ayat ke-40) sebagaimana berikut : “Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seseorang dari dua orang (Rasulullah dan Abu Bakar) ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu dia berkata kepada temannya:”Janganlah berduka cita, sesungguhya Allah bersama kita”.
Maka Allah menurunkan ketenangan kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” Abu Bakar Siddiq meninggal dalam umur 63 tahun, dari beliau diriwayatkan 142 hadis.

2. Umar Bin Khatab ra.
Beliau adalah khalifah ke-dua sesudah Abu Bakar, dan termasuk salah seorang yang sangat dikasihi oleh Nabi Muhammad Saw semasa hidupnya. Sebelum memeluk Islam, Beliau merupakan musuh yang paling ditakuti oleh kaum Muslimin. Namun semenjak ia bersyahadat dihadapan Rasul (tahun keenam sesudah Muhammad diangkat sebagai Nabi Allah), ia menjadi salah satu benteng Islam yang mampu menyurutkan perlawanan kaum Quraish terhadap diri Nabi dan sahabat. Dijaman kekhalifaannya, Islam berkembang seluas-luasnya dari Timur hingga ke Barat, kerajaan Persia dan Romawi Timur dapat ditaklukkannya dalam waktu hanya satu tahun. Beliau meninggal dalam umur 64 tahun karena dibunuh, dikuburkan berdekatan dengan Abu Bakar dan Rasulullah dibekas rumah Aisyah yang sekarang terletak didalam masjid Nabawi di Madinah.

3. Usman Bin Affan ra.
Khalifah ketiga setelah wafatnya Umar, pada pemerintahannyalah seluruh tulisan-tulisan wahyu yang pernah dicatat oleh sahabat semasa Rasul hidup dikumpulkan, kemudian disusun menurut susunan yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw sehingga menjadi sebuah kitab (suci) sebagaimana yang kita dapati sekarang. Beliau meninggal dalam umur 82 tahun (ada yang meriwayatkan 88 tahun) dan dikuburkan di Baqi’. 

4. Ali Bin Abi Thalib ra.
Merupakan khalifah keempat, beliau terkenal dengan siasat perang dan ilmu pengetahuan yang tinggi. Selain Umar bin Khatab, Ali bin Abi Thalib juga terkenal keberaniannya didalam peperangan. Beliau sudah mengikuti Rasulullah sejak kecil dan hidup bersama Beliau sampai Rasul diangkat menjadi Nabi hingga wafatnya. Ali Bin Abi Thalib meninggal dalam umur 64 tahun dan dikuburkan di Koufah, Irak sekarang.
5. Thalhah Bin Abdullah ra.
Masuk Islam dengan perantaraan Abu Bakar Siddiq ra, selalu aktif disetiap peperangan selain Perang Badar. Didalam perang Uhud, beliaulah yang mempertahankan Rasulullah Saw sehingga terhindar dari mata pedang musuh, sehingga putus jari-jari beliau. Thalhah Bin Abdullah gugur dalam Perang Jamal dimasa pemerintahan Ali Bin Abi Thalib dalam usia 64 tahun, dan dimakamkan di Basrah.

6. Zubair Bin Awaam
Memeluk Islam juga karena Abu Bakar Siddiq ra, ikut berhijrah sebanyak dua kali ke Habasyah dan mengikuti semua peperangan. Beliau pun gugur dalam perang Jamal dan dikuburkan di Basrah pada umur 64 tahun. 

7. Sa’ad bin Abi Waqqas
Mengikuti Islam sejak umur 17 tahun dan mengikuti seluruh peperangan, pernah ditawan musuh lalu ditebus oleh Rasulullah dengan ke-2 ibu bapaknya sendiri sewaktu perang Uhud. Meninggal dalam usia 70 (ada yang meriwayatkan 82 tahun) dan dikuburkan di Baqi’.
 
8. Sa’id Bin Zaid
Sudah Islam sejak kecilnya, mengikuti semua peperangan kecuali Perang Badar. Beliau bersama Thalhah Bin Abdullah pernah diperintahkan oleh rasul untuk memata-matai gerakan musuh (Quraish). Meninggal dalam usia 70 tahun dikuburkan di Baqi’. 

9. Abdurrahman Bin Auf
Memeluk Islam sejak kecilnya melalui Abu Bakar Siddiq dan mengikuti semua peperangan bersama Rasul. Turut berhijrah ke Habasyah sebanyak 2 kali. Meninggal pada umur 72 tahun (ada yang meriwayatkan 75 tahun), dimakamkan di baqi’. 

10. Abu Ubaidillah Bin Jarrah
Masuk Islam bersama Usman bin Math’uun, turut berhijrah ke Habasyah pada periode kedua dan mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah Saw. Meninggal pada tahun 18 H di urdun (Syam) karena penyakit pes, dan dimakamkan di Urdun yang sampai saat ini masih sering diziarahi oleh kaum Muslimin.

KITA BERTANYA KELUH RESAH, AL QURAN ADA JAWAPANNYA....







                                

KENAPA ALLAH MENGUJI AKU ? - Surah Al-Ankabut, ayat 2-3: "Apakah manusia itu mengira bahawa mereka dibiarkan ( saja ) mengatakan : “kami telah beriman “, sedangkan mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta...."..

KENAPA AKU TIDAK MENDAPAT APA YANG AKU INGINI? - Surah Al-Baqarah, ayat 216: "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui,sedangkan kamu tidak mengetahuinya..."...

KENAPA UJIAN SEBERAT INI? - Surah Al-Baqarah, ayat 286: "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya..."...

RASA KECEWA? - Surah Al-Imran, ayat 139: "Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang2 yang paling tinggi (darjatnya), jika kamu orang2 yang beriman.."...

BAGAIMANA HENDAK AKU HADAPINYA? - Surah Al-Imran, ayat 200: " Hai orang2 yang beriman,”bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetapkanlah bersiap siaga (diperbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.."......Surah Al-Baqarah, ayat 45 - Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan jalan sabar dan solat. Dan sesungguhnya solat itu amatlah berat,kecuali bagi orang-orang yang khusyuk..."...

KEPADA SIAPA AKU MENGADU ? - Surah At-Taubah, ayat 129: "Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Allah selain Dia..Hanya kepadaNya aku bertawakal.."...

AKU TIDAK SANGGUP LAGI !! - Surah Yusuf, ayat 37: "Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir..."...

APA YANG AKU DAPAT DARI SEMUA INI? - Surah At-Taubah, ayat 111: "Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang2 mukmin, diri dan harta mereka dan memberikan syurga untuk mereka.."...

Ahad, 22 Julai 2012

ILMU ..... Syariat, Hakikat ,Marikat ,Makrifat......


Masalah Syariat, Tariqat, Haqiqat dan Makrifat adalah bidang-bidang atau cabang ilmu yang sangat khusus dan amat berbeza disegi pendekatan dan sumber perantara ilmu itu.

Pertelingkahan antara Ulama Haqiqat dan Ulama Syariat telah berlaku sejak dulu lagi. Mereka sebenarnya “betul” dalam bidang masing-masing. Sebagaimana berlaku antara Nabi Musa dan Nabi Khaidir. Nabi Musa, walaupun seorang Nabi, beliau tidak mempunyai Makrifat. Jadi beliau menghukum sesuatu kejadian berdasarkan ilmu Syariat yang beliau tahu. Nabi Khaidir pula dikurniakan Allah ilmu Makrifat, jadi beliau menghukum sesuatu mengikut ilmunya. Jadi dalam perjalanan bersama-sama Nabi Musa, Nabi Khaidir telah membunuh seorang budak, membangun semula rumah yang telah hampir musnah dan mengapak kapal yang beliau tumpangi. Perbuatan ini amat bersalahan dengan Syariat Nabi Musa. Kerana tidak sabar, Nabi Musa menegur perbuatan Nabi Khidir. Dengan itu mereka terpaksa berpisah sebagaimana perjanjian yang telah dibuat sebelum perjalanan. Nabi Khaidir berbuat demikian kerana pada pandangan Makrifatnya, budak itu mesti dibunuh kerana ia bakal menjadi anak yang nakal, sedangkan ibu/bapanya orang yang solleh. Dibawah bangunan lama terdapat harta anak yatim yang belum dewasa. Dalam perjalanan dengan kapal, Nabi Khaidir merosakkan sedikit kapal yang ditumpanginya supaya tidak dirampas oleh Raja yang zalim di pelabuhan yang mereka akan singgah. Raja ini akan merampas kapal-kapal yang baik.

Dalam hal ini Nabi Musa betul dengan ilmunya dan Nabi Khaidir betul dengan ilmunya.

Seperti juga berlaku pada Halaj, seorang wali Allah. Ia dihukum bunuh kerana dikatakan mengaku dirinya Allah dengan berkata `Anal Haq’. Pada pandangan Feqah (ilmu syariat) beliau telah bersalah dan perlu dihukum bunuh. Setelah kepalanya dipancung, darah tersembur dan membentuk perkataan “La ila ha illa llah” dipermukaan tanah. Dalam hal ini, ahli Syariat yang menghukum tidak bersalah dan Halaj juga tidak bersalah. Halaj berkata demikian kerana terlalu ‘Zuk” atau telah fana didalam kewujudan Allah SWT.

Sumber hukum untuk masyarakat umum dalam Islam mestilah berlandaskan Syariat. Ini adalah untuk menjadikan hukum Islam bersistematik sebagaimana diamalkan oleh Rasulullah SAW.
Laduni dan Kashaf sebenarnya bukan ilmu. Ia merupakan cara ilmu itu disampaikan. Laduni bermaksud Allah memasukkan terus maklumat berkenaan sesuatu perkara kedalam pengtahuan orang itu. Tidak melalui pendengaran atau penglihatan. Dengan perkataan lain tidak ada guru.

Khasaf pula bermaksud keupayaan seseorang itu melihat perkara-perkara yang ghaib pada mata kasar. Pandangan khasaf ialah pandangan menggunakan mata basir (mata batin atau mata ruhani). Kalau mata kasar menggunakan cahaya (cahaya matahari atau lampu) untuk melihat, mata basir menggunakan “nur” untuk melihat. Kekuatan mata basir berbeza-beza. Paling rendah boleh melihat dimensi jin (dan syaitan). Peringkat lebih tinggi boleh melihat dimensi malaikat (alam malakut), kemudian dimensi roh. Paling tinggi ialah dimensi ketuhaan (Alam Lahut).

Jadi ilmu-ilmu ini walaupun sumbernya Allah SWT, tetapi melalui cara yang berbeza. Sesuai dengan Ilmu Syariat yang bersifat zahir dan membicara perkara-perkara yang zahir semata-mata, maka cara penyampaiannya juga menggunakan peralatan zahir, seperti guru zahir, kitab-kitab yang bersumberkan Quran dan Hadith Rasulullah SAW.

Tariqat ialah jalan atau cara-cara untuk mempertingkatkan IMAN, TAQWA dan seterusnya mendapatkan keredhaan Allah SWT. Jadi, untuk mendapatkan keredhaan Allah, mestilah menggunkan jalan atau peraturan yang diredhai Allah. Apabila sesorang pengamal tariqat beramal bersungguh-sungguh dengan ikhlas dibawah panduan seorang guru yang murshid, darjat IMAN dan TQWAnya meningkat dari sehari-kesehari. Hasil dari peningkatan ini, “dirinya” yang di dalam diri zahir, atau rohnya, menjadi bertambah kuat dan sehat. Mata basirnya semakin terang sehingga pada suatu masa, cukup kuat sehingga boleh melihat alam ghaib atau kashaf. Setelah kasyaf dan sudah melihat dimensi-dimensi yang dijelaskan tadi, IMANnya meningkat dari ILMU YAKIN kepada AINUL YAKIN.

Kalau dahulu murid itu yakin adanya alam ghaib kerana percaya kepada ilmu syariat yang dipelajari. Tetapi sekarang ini telah melihat sendiri adanya alam ghaib tersebut. Naiklah darjat menjadi AINUL YAKIN (Ain bermakna mata).

Kemudian Allah membuka lagi lautan ilmu (maklumat) berkenaan dengan Rahsia Allah kepada murid ini melalui guru-guru ghaib yang terdiri daripada Wali-wali Allah atau ALLAH memberi terus melalui Laduni. IMAN murid tadi meningkat lagi sehingga HAQQUL YAKIN. Ia itu yakin sebenarnya-benar yakin. Inilah darjat yakin para Nabi-nabi.
Setelah mengtahui rahsia-rahsia kejadian alam ini, maka dikatakan murid tadi telah mendapat HAQIQAT. Ia itu mengtahui kejadian makhluk Allah disegi zahirnya dan ghaibnya (batinnya). Setelah mendapat HAQIQAT, seterunya murid tadi dengan kurniaNYA, mungkin akan ditambah lagi ILMUnya sehingga mengenal KHALIQ, Yang Maha Pencipta iatu ALLAH YANG MAHA PERKASA. Inillah dikatakan telah mendapat MAKRIFAT. Ia itu mengenal ALLAH sebagaimana ALLAH sendiri memberi tahu diriNYA.

Jadi sebagai kesimpulan, Tariqat itu masih berbetuk syariat kerana ia ilmu zahir. Hasil dari amalan tariqat, seseorang itu dikurniakan Haqiqat dan Makrifat.

Guru murshid ialah guru yang telah mendapat sekurang-kurangnya peringkat Haqiqat kalaupun tidak mendapat Makrifat.
Jadi kesimpulanya, kalau kita bukan ahlinya, tak payahlah jadi macam orang buta yang cuba menceritakan bentuk seekor gajah. Orang buta yang pegang belalai tentu mengatakan gajah itu seperti ular. Orang buta yang pegang kaki, kata gajah macam tiang, begitulah seterunya.

Berkenaan dengan bagaimana nak membezakan sama ada sumber ilham atau guru ghaib itu yang haq (wali-wali misalnya) atau batil (syaitan). Ini perkara senang. Guru yang murshid akan dapat membantu muridnya. Guru murshid melihat dengan mata bashir dan dapat mengenal siapa sebenarnya yang datang. Syaitan memang pandai berupa, tetapi mata bashir lebih tajam. Syaitan itu boleh dibunuh.

Kalau berbicara masalah Tariqat, tak payahlah tanya mana hadis atau nasnya. Lihatlah siapa yang mengajar dan siapa muridnya. Mana salsilahnya. Tariqat yang betul jelas. Tariqat yang salah pun jelas. Kalau amalan Tariqat tersebut bersalahan dengan Syariat, jangan ragu lagi. Pasti salah. Seperti sembahyang tanpa kelakuan atau sembahyang niat atau dipanggil juga sembahyang batin, tentu salah kerana sembahyang mesti ada ketiga, niat, berkata-kata dan kelakuan. Kalau tidak menjaga aurat, bercampur laki-laki dan perempuan juga salah.

Bahkan, semakin tinggi seseorang itu dalam perjalanannya menuju keredhaan Ilahi, semakin banyak dia bersembahyang. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh Rasulullah SAW. Kalau semakin tidak sembahyang, sahlah syaitan atau ketua syaitan ia itu Iblislah gurunya.
Sebagai kesimpulan, kalau kita bermaksud untuk menjadi orang yang diredhai Allah SWT MESTI belajar dan amal Tariqat. Sesorang yang mengamal Tariqat telah tahu dengan yakin sama ada segala amalannya diterima atau tidak oleh Allah SWT sebelum ia meninggal dunia lagi. Ia masih boleh betulkan sebelum mengadap Ilahi. Bahkan mereka ini mungkin dilantik menjadi Wali-Wali Allah.
Orang syariat hanya mendapat tahu sama ada Allah redha atau tidak setelah mereka mati. Ini sudah terlambat kalau terdapat kesilapan dalam amalan sehingga tidak diterima Allah SWT.
~wallahullam.....
Fikirkanlah……………… saudaraku...ini adalah sebagai renungan buat kita semua untuk meningkatkan amal dan ketaqwaan kita kepada ALLAH SWT...

Khamis, 19 Julai 2012

KEKAYAAN, PANGKAT DAN DARJAT TIDAK JAMIN MASUK SYURGA...



                      
                                          
Allah Subhanahu wataala dan RasulNYA Muhammad S.A.W. tidak pernah menjamin syurga kepada hambaNya yang kaya, yang tinggi pangkat dan darjat... Malah, RASULULLAH SAW bersabda bahawa orang fakir (miskin) akan masuk syurga lebih dulu selama beberapa waktu daripada orang kaya... 

Boleh jadi, hal ini tidak berlaku umum, kerana sebahagian orang kaya ada yang termasuk orang sentiasa bersyukur, memuji, mengabdi dan membenarkan Allah SWT. Mereka memiliki keutamaan yang besar, serta konsisten dalam ketaatan dan pengabdian....

Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Takutlah kepada Allah dalam hal orang fakir, kerana pada hari kiamat, Allah SWT berfirman: Di mana makhluk pilihan-Ku? Malaikat menjawab: Wahai Tuhanku, siapakah mereka? Allah SWT berfirman: Orang fakir yang sabar dan rela terhadap takdir-Ku... Mereka akan Aku masukkan ke dalam syurga... Rasulullah SAW melanjutkan sabdanya: Kemudian orang fakir itu masuk syurga lalu makan dan minum, sementara orang kaya masih sibuk dalam penghitungan amal mereka.”....

Imam Tirmidzi meriwayatkan hadis dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a. bahawa Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Orang fakir yang berjuang di jalan Allah akan masuk syurga sebelum orang kaya, dengan jarak 500 tahun.” (Hadis riwayat Tirmidzi dan Ibnu Majah)...

Daripada Abu Hurairah bahawa Rasulullah SAW bersabda: “Orang fakir akan masuk syurga terlebih dulu daripada orang kaya, selama setengah hari akhirat, iaitu 500 tahun dunia.” (Hadis riwayat Tirmidzi).. Ia berkata hadis ini hasan sahih...

NILAI WANITA...........

                                                                                               SEKADAR GAMBAR HIASAN 

PARA SUAMI PERLU TAHU DAN SEDAR betapa mulianya seorang isteri disisi Allah... Dan betapa berharganya wanita yang bergelar isteri ini pada keluarga, suami dan anak-anak… Rugi dan binasalah suami-suami yang tidak menghargai isteri mereka, kerana isteri inilah yang akan membantu mereka di akhirat kelak….. Biarlah buruk mana isteri anda, sayangilah mereka.........

2] Beruntungnya seorang wanita yg ada rahim ini… dia bekerja dengan Allah... jadi 'kilang ' manusia..... Tiap-tiap bulan dia diberi cuti bergaji penuh... 7 sehingga 15 hari sebulan, dia tak wajib sembahyang.... Cuti ini bukan cuti suka hati, tapi cuti yang Allah beri, sebab dia bekerja dengan Allah…Orang lelaki tak ada cuti dari sembahyang.. ... sembahyang wajib baginya dari baligh sehingga sampai habis nyawanya...

3] BILA WANITA ITU MENGANDUNG anak daripada benih suaminya, sepanjang masa dia mengandung itu, Allah sentiasa mengampunkan dosanya…. Lahir saja bayi seluruh dosanya habis.... Inilah nikmat Tuhan beri kepada wanita... jadi kenapa perlu takut nak beranak? Marilah kita pegang kepada tali Allah…. Seandainya wanita itu mati sewaktu bersalin, itu dianggap mati syahid, Allah izinkan terus masuk Syurga…. ALLAHU AKBAR...

4] SEMASA MENGANDUNG, maka beristighfarlah para malaikat untuknya... Allah SWT mencatatkan baginya setiap hari segala kebajikan yang dilakukan, dan menghapuskan darinya kejahatan...

5] Apabila seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah SWT mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah...

6] Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, keluarlah dia dari dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkannya...

7] Susukanlah anak….. jangan takut "kendur" atau menggelebeh pulak…. SEMUA INI ADA PAHALA DARI SISI ALLAH... Kurang tidur kerana menjaga anak kecil, juga berpahala dari sisi Allah SWT.... Apabila semalaman seorang ibu tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit, maka Allah SWT memberinya pahala seperti memerdekakan hamba sahaya dengan ikhlas...

8] Bila dah habis 'PANTANG' ..... layan lah suami.... Rasulullah SAW bersabda : "Berjimak dgn isteri itu pun, satu ibadah…"... berpahala….. jangan buat tak kisah, jangan buat alasan itu dan ini pulak..… AJARKAN SUAMI DOA SEBELUM BERSETUBUH... ORANG YANG TIDAK MEMBACA DOA INI, MAKA SYAITAN TURUT SAMA BERSETUBUH DENGAN ISTERINYA....

9] Untuk peringatan semua wanita yang bersuami…. seluruh kebaikan suaminya, semuanya isteri dapat pahala, tetapi dosa-dosa suami dia tak tanggung…. Di akhirat nanti seorang wanita solehah akan terperanjat dengan pahala extra yang banyak dia terima diatas segala kebaikan suaminya yang tak disedari…. Contohnya bila dia redho suaminya pergi berjemaah di masjid…. atau ke majlis ilmu, bersedekah.. ganjaran Allah keatasnya jua...


waallahu'allam........

Asobiah itu ialah kamu menolong kaummu atas dasar kezaliman
















MENYERU KEPADA 'ASOBIYYAH DILARANG OLEH ISLAM...

Rasulullah SAW. bersabda: “WAHAI MANUSIA, sesungguhnya Rabb kamu satu, dan bapak kamu pun satu.. Tidak ada keutamaan orang Arab atas orang Ajam (bukan Arab), dan tidak ada keutamaan Orang Ajam atas orang Arab, tidak ada keutamaan orang hitam atas orang merah, dan tidak ada keutamaan kulit merah atas kulit hitam, kecuali TAQWA-nya..” (HR Ahmad)....

Firman Allah Subhanahu wata'ala: “WAHAI UMAT MANUSIA! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari lelaki dan perempuan, dan Kami telah menjadikan kamu berbagai bangsa dan bersuku puak, supaya kamu berkenal-kenalan (dan beramah mesra antara satu dengan yang lain)... Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah orang yang LEBIH TAQWA-nya di antara kamu (bukan yang lebih keturunan atau bangsanya)... Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Mendalam PengetahuanNya (akan keadaan dan amalan kamu).” (Al-Hujuraat: Ayat 13)......

ISLAM telah menghancurkan asobiyyah puak-puak dan kabilah-kabilah di Makkah dan Madinah, 1,400 tahun yang lalu, dan MENYATUKAN SELURUH UMAT DI BAWAH PANJI-PANJI ISLAM.... janganlah hari ini, kita pula (yang mengaku Umat Muhammad) menyeru kepada penyatuan berasaskan asobiyyah....Maka ingatlah...  Allah SWT tidak menjanjikan PAHALA dan GANJARAN untuk mereka yang berjuang atas dasar ASOBIYAH (bangsa atau puak)... tetapi Allah menjanjikan PAHALA & GANJARAN untuk mereka yang berjuang atas Islam yang SYUMUL....

.....“Bukan daripada kalangan kami orang yang menyeru kepada asobiah, bukan daripada kalangan kami orang yang berperang atas dasar asobiah dan bukan dari kalngan kami yang mati atas dasar asobiah.”

Seorang sahabat bertanya:
“Apakah asobiah itu wahai Rasulullah?”

Nabi Muhammad menjawab:
“Asobiah itu ialah kamu menolong kaummu atas dasar kezaliman.”

JANGAN PENTINGKAN DIRI SENDIRI



SIKAP PENTINGKAN DIRI SENDIRI adalah diantara sifat buruk yang ada dikalangan manusia... Sifat atau sikap ini sangat dikutuk oleh Allah dan Rasul-Nya... Sebuah hadith dari Abu Hurairah r.a. katanya:

“Bersabda Rasulullah SAW: “ TIGA MACAM ORANG, bukan saja tidak akan mendapat layanan dan ampunan pada hari kiamat kelak, bahkan akan mendapat seksa yang pedih, iaitu: 


1] Seorang yang mempunyai KELEBIHAN AIR di tengah padang pasir, sedangkan ia tidak mahu memberikannya kepada orang yang kehausan, 

2] Seorang yang menjajakan barang dagangannya sesudah lewat waktu Asar sambil BERSUMPAH DUSTA bahawa pokoknya(barang jualan) sekian-sekian dan dipercayai oleh si pembeli.
@contohnya=Umpamanya barang buruk dikatakan baik... barang lama dikatakan baru....
@Terbeli durian buruk... kalau tidak diyakinkan oleh penjual bahawa durian itu elok...dan memberikan durian lama(berair)pada harga asal..

3] Seorang lagi yang MEMBAI'AT PEMIMPIN hanya untuk maksud keduniaan; apabila kelak maksudnya tercapai, ia patuh dan jika tidak, ia mungkir (berpaling tadah).”... (HR. Muslim)..

@JANGAN MEMBAI'AH PEMIMPIN UNTUK DAPATKAN HABUAN DUNIA... ini lagi satu penyakit yang sangat lumrah pada hari ini....
@perkara yang kini biasa kita lihat dimedia-media
@menjadi lumrah dalam dunia politik 

Huraian Hadith:-

a] JUJUR dan TELUS adalah sifat jiwa insan yang beriman...

b] Orang-orang yang selalu mementingkan dirinya tidak akan memikirkan kepentingan orang lain, sebaliknya akan sanggup berbuat apa sahaja asalkan hajatnya tercapai...

c] Kehidupan kita bukanlah bersandarkan kehendak hawa nafsu, dan dilakukan tanpa mengira masa... sehingga boleh melalaikan kita dari mengingati Allah Azzawajalla...

d] Apa sahaja yang dilakukan hendaklah bermula dari NIAT yang betul dan ikhlas.. Memperakui KEPIMPINAN hendaklah dengan niat kerana Allah, agar KEBENARAN DAN KEADILAN dapat dilaksanakan di atas muka bumi.... Bukan kerana hendak mendapat SEDIKIT HABUAN KEDUNIAAN....harta, pengkat dan kedudukan...
contohnya = @ tak kisahlah, murid pandai ke tidak... asal aku dapat gaji,

Isnin, 16 Julai 2012

ZIKIR ISTIGHASAH AL~KUBRA 4.4 (DOA ISTIGHASAH)

                        
DOA ISTIGHASAH YANG AMAT MENIINGGALKAN KESAN AYNG AMAT MENDALAM....JIKA ANDA BERADA DIMAJLIS INI, PASTI AIRMATA KEINSAFAN SERTA ''AIRMATA TAUBAT AKAN MENGALIR DENGAN SENDIRINYA....


LAPORAN DARI MEDIA MASSA:-

1@
http://www.utusan.com.my/utusan/info.asp?y=2012&dt=0709&pub=utusan_malaysia&sec=Rencana&pg=re_03.htm&arc=hive
SEDUTAN BERITA DIATAS........Tidak dinafikan program seumpama ini yang dipenuhi dengan solat tahajud, solat hajat, solat witir, zikir dan wirid ada ketikanya kurang mendapat sambutan. Bukan mudah untuk menghimpunkan ribuan orang pada majlis seperti ini. Mungkin kerana pengisiannya bukan seperti ceramah politik yang kadangkala sarat dengan ‘aktiviti’ memaki hamun orang, menabur fitnah, mendoakan bala terhadap orang lain yang seagama atau .........

2@
http://www.utusan.com.my/utusan/info.asp?y=2012&dt=0708&pub=utusan_malaysia&sec=Dalam_Negeri&pg=dn_07.htm&arc=hive
SEDUTAN DIATAS........ kehadiran begitu ramai generasi muda ke program itu dan menganggap ia ada kaitan dengan promosi yang dijalankan melalui media sosial seperti Facebook.

Jumaat, 13 Julai 2012

“Barangsiapa membaca surah Alam Nasyrah. seperti ia mendatangi aku dan aku mengambil kesempatan maka menjadi suatu kelapangan daripadaku.”



SURAH AL-INSYIRAH - Diturunkan di Makkah... Mengandungi 8 ayat:-

1] Tidakkah Kami(Allah) telah melapangkan dadamu (ya Muhammad). (Kini hilangkan daripadamu kerisauan, sehingga kau tenang, rela karena yakin terhadap janji Allah dan perotongan-Nya)...


2] Dan telah Kami ringankan daripadamu beban-beban yang berat...

3] Yang memberati tanggunganmu. (Yang berupa tugas menyampaikan risalah wahyu yang diturunkan oleh Tuhanmu, meskipun kau mendapat tantangan dari kaummu)...

4] Dan Kami naikkan (tinggikan) sebutan (nama) mu. (sehingga sebutan namamu selalu disebut di samping nama Allah dalam dua kalimat syahada)...

5] Maka sesungguhnya disamping kesukaran adanya kemudahan...

6] Sesungguhnya disamping kesukaran adannya kemudahan...

7] Maka apabila engkau telah selesai (daripada suatu amal soleh) maka bersusah payahlah (berusaha melakukan amal soleh yang lain pula)...
8] Dan kepada Tuhanmu, berharaplah...

Fadhilat :-

1] Nabi Muhammad S.A.W bersabda: “Barangsiapa membaca surah Alam Nasyrah. seperti ia mendatangi aku dan aku mengambil kesempatan maka menjadi suatu kelapangan daripadaku.”

2] Barangsiapa membiasakan membaca surah Alam Nasyrah selesai mengerjakan solat fardhu, nescaya Allah permudahkan urusannya serta memudahkan segala keperluan dan dimudahkan rezekinya.

3] Sesiapa yang membacanya nescaya Allah turut melapangkan dadanya serta dijauhkan daripada segala kesukaran dalam segala urusannya. Dihilangkan segala sifat kesal dan jemu, serta mendatangkan rajin dalam mengerjakan ibadat.

4] Barangsiapa membaca Alam Nasyrah 9x sesudah solat fardhu nescaya Allah akan menjauhkan daripada kesempitan hidup dan dimudahkan rezeki dalam segala urusan.



Khamis, 12 Julai 2012

13 ANTARA SEBAB WANITA ''TERJEBAK''~ ada perumpamaan moden





.......bidalan moden ''diluar rumah bagaikan RATU...didalam rumah mengalahkan HANTU''.......

13 Perkara yang perlu dijaga oleh wanita yang mana boleh menyelamatkan dirinya dari fitnah dunia. Dimasa kini,jika dilihat wanita seolah-olah tidak boleh dikritik atau ditegur apabila ianya bersolek untuk pergi kesesuatu destinasi.Jika suami menegur pula, akan dijawab si isteri ''takkan nak keluar rumah selekeh  jer dan tidak berminyak wangi sikit buat wangi badan !!''....ingat!!selekeh itulah yang bakal menjadi pakaian serta wangian disyurga....


1. Bulu kening – Menurut Bukhari, Rasullulah melaknat perempuan yang mencukur atau menipiskan bulu kening atau meminta supaya dicukurkan bulu kening.(Petikan dari Hadis Riwayat Abu Daud Fi Fathil Bari.)....
~kunonnya biar nampak anggun dan mengoda.....tunggu ler kena unggun dan godam di akhirat esok...
2. Kaki dan semacam hantu loceng – Dan janganlah mereka (perempuan) membentakkan kaki (atau mengangkatnya) agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan – (Petikan dari Surah An-Nur Ayat 31.) Keterangan : Menampakkan kaki dan menghayunkan/ melenggokkan badan mengikut hentakan kaki terutamanya pada mereka yang mengikatnya dengan loceng…sama juga seperti pelacur dizaman jahiliyah ….

3. Wangian – Siapa sahaja wanita yang memakai wangi-wangian kemudian melewati suatu kaum supaya mereka itu mencium baunya, maka wanita itu telah dianggap melakukan zina dan tiap-tiap mata ada zinanya terutamanya hidung yang berserombong.(Petikan dari Hadis Riwayat Nasaii, Ibn Khuzaimah dan Hibban.)

4. Dada – Hendaklah mereka (perempuan) melabuhkan kain tudung hingga menutupi bahagian hadapan dada-dada mereka.(Petikan dari Surah An-Nur Ayat 31.
~Sekarang fesyen tudung ada pelbagai jenis, jadi pilihlah yang dikehendaki syarak..

)5. Gigi – Rasullulah melaknat perempuan yang mengikir gigi atau meminta supaya dikikirkan giginya – (Petikan dari Hadis Riwayat At-Thabrani) Dilaknat perempuan yang menjarangkan giginya supaya menjadi cantik, yang merubah ciptaan Allah.(Petikan dari Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim.)
 Kini ramai wanita pakai besi sokongan gigi bagi menyeksa diri didunia dan akhirat hanya supaya gigi kelihatan cantik...








6. Muka dan leher – Dan tinggallah kamu (perempuan) di rumah kamu dan janganlah kamu menampakkan perhiasan mu seperti orang jahilliah yang dahulu. Keterangan : Bersolek (make-up) dan menurut Maqatil sengaja membiarkan ikatan tudung yang menampakkan leher seperti orang Jahilliyah.
SEBAIKNYA DIRUMAH BERHIASLAH WANGI BUAT SUAMI.....ada yang mengatakan bidalan moden ''diluar rumah bagaikan RATU...didalam rumah mengalahkan HANTU''.....boleh pakai bidalan nie..

7. Pakaian yang nipis (jarang) – Asma Binte Abu Bakar telah menemui Rasullulah dengan memakai pakaian yang tipis. Sabda Rasullulah: Wahai Asma! Sesungguhnya seorang gadis yang telah berhaid(baligh) tidak boleh baginya menzahirkan anggota badan kecuali pergelangan tangan dan wajah saja (Petikan dari Hadis Riwayat Muslim dan Bukhari.)
~alasan wanita ialah kini cuaca dunia panas.....dia tahu yang api neraka itu lagi  AMAT PANAS...pelik...

8. Tangan – Sesungguhnya kepala yang ditusuk dengan besi itu lebih baik daripada menyentuh kaum yang bukan sejenis yang tidak halal baginya.(Petikan dari Hadis Riwayat At Tabrani dan Baihaqi.) 
Perkara berjabat atau bersalaman'' ...mengapakah ini dianggap biasa bila menjelang aidilfitri.....???kes ini pelik....tetapi bagi pendapat jaksa kotaraja, jika seorang  lelaki muda untuk menghormati seorang wanita tua tidak mengapa untuk bersalam....tetapi  tidak pula wanita dibolehkan buat bersalam dengan lelaki tua yang bukan muhrim...walllahuallam...

9. Mata – Dan katakanlah kepada perempuan mukmin hendaklah mereka menundukkan sebahagian dari pemandangannya. (Petikan dari Surah An Nur Ayat 31)Sabda Nabi Muhamad SAW, Jangan sampai pandangan yang satu mengikuti pandangan lainnya. Kamu hanya boleh pandangan yang pertama sahaja manakala pandangan seterusnya tidak dibenarkan hukumnya haram.(Petikan dari Hadis Riwayat Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi.)

10. Mulut (suara) – Janganlah perempuan-perempuan itu terlalu lunak dalam berbicara sehingga berkeinginan orang yang ada perasaan serong dalam hatinya, tetapi ucapkanlah perkataan-perkataan yang baik (Petikan dari Surah Al Ahzab Ayat 32.)Sabda SAW, Sesungguhnya akan ada umat ku yang minum arak yang mereka namakan dengan yang lain, iaitu kepala mereka dilalaikan oleh bunyi-bunyian (muzik) dan penyanyi perempuan, maka Allah akan tenggelamkan mereka itu dalam bumi.(Petikan dari Hadis Riwayat Ibn Majah.)

11. Kemaluan – Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan mukmin, hendaklah mereka menundukkan pandangan mereka dan menjaga kehormatan mereka.(Petikan dari Surah An Nur Ayat 31.)Apabila seorang perempuan itu solat lima waktu, puasa di bulan Ramadan, menjaga kehormatannya dan mentaati suaminya, maka masuklah ia ke dalam Syurga daripada pintu-pintu yang ia kehendakinya. (Hadis Riwayat Riwayat Al Bazzar.)Tiada seorang perempuanpun yang membuka pakaiannya bukan di rumah suaminya, melainkan dia telah membinasakan tabir antaranya dengan Allah.(Petikan dari Hadis Riwayat Tirmidzi, Abu Daud dan Ibn Majah.)

12. Pakaian – Barangsiapa memakai pakaian yang berlebih-lebihan terutama yang menjolok mata , maka Allah akan memberikan pakaian kehinaan di hari akhirat nanti.(Petikan dari Hadis Riwayat Ahmad, Abu D , An Nasaii dan Ibn Majah.)Petikan dari Surah Al Ahzab Ayat 59. Bermaksud : Hai nabi-nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin, hendaklah mereka memakai baju jilbab (baju labuh dan longgar) yang demikian itu supaya mereka mudah diken ali . Lantaran itu mereka tidak diganggu. Allah maha pengampun lagi maha penyayang.Sesungguhnya sebilangan ahli Neraka ialah perempuan-perempuan yang berpakaian tetapi telanjang yang condong pada maksiat dan menarik orang lain untuk melakukan maksiat. Mereka tidak akan masuk Syurga dan tidak akan mencium baunya. (Petikan dari Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim) Keterangan : Wanita yang berpakaian tipis/jarang, ketat/ membentuk dan berbelah/membuka bahagian-bahagian tertentu.

13. Rambut – Wahai anakku Fatimah! Adapun perempuan-perempuan yang akan digantung rambutnya hingga mendidih otaknya dalam Neraka adalah mereka itu di dunia tidak mahu menutup rambutnya daripada dilihat oleh lelaki yang bukan mahramnya.(Petikan dari Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim.)Riwayat Imran bin Hushain ra.:Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya penghuni syurga yang paling sedikit adalah kaum wanita. (Shahih Muslim No.4921)....ini sering terjadi bila ada tetamu hadir dalam rumah kita....si isteri buat selamba jer ...pelik...tapi diakhirat tiada helah baginya...!!

jaksa menambah kata-kata ''moden'' semata-mata untuk memahamkan kaum wanita dan lebih-lebih lagi buat si SUAMI-suami  jangan jadi dayus.....si isteri pula jangan nak bemadah helah lagi..!!!

Ahad, 8 Julai 2012

Peristiwa pemecatan Khalid ibnu Al Walid R.A dari jawatannya sebagai PANGLIMA TERTINGGI...bagaimana pula era kini..





Peristiwa pemecatan Sayyidina Khalid ibnu Al Walid R.A dari jawatannya sebagai PANGLIMA TERTINGGI ANGKATAN TENTERA ISLAM yg dilakukan oleh Khalifah Umar Al Khattab R.A. menjadi iktibar yang sangat berguna kepada umat masa kini... Pemecatan tersebut adalah satu peristiwa sejarah yg sangat mengkagumkan, peristiwa yg memaparkan keunggulan peribadi pejuang fi sabili' Llah. Dlm perhitungan rakyat jelata, tentu sahaja pemecatan tersebut merupakan tindakan yg tidak bijaksana... Bagi mereka, Khalid adalah ‘hero’, tokoh pejuang yang tiada tolok bandingnya pada masa itu.... dgn sifat kepahlawanannya yg luar biasa itu, dia merupakan orang yg paling tepat utk jawatan panglima, dan tidak ada sebab mengapa ia harus dipecat...

Tapi Umar dgn ketajaman pandangannya dapat melihat apa yg orang lain tidak mampu melihatnya... Lalu beliau mengambil tindakan pemecatan tersebut dgn bertawakkal kpd Allah & mentuluskan niat utk mencari keredhaanNya semata... Apabila arahan pemecatan dikeluarkan oleh Khalifah Umar Al Khattab r.a., Khalid r.a. yang digelar pedang Allah menerima berita pemecatan tersebut dgn hati yang lapang.... Dengan penuh rela diserahkan jabatannya kpd pengganti yang baru ditauliahkan oleh Umar iaitu Abu Ubaidah ibnu Al Jarrah r.a....

Khalid r.a. sendiri barangkali tidak tahu dengan pasti mengapa pemecatan ini dilakukan, tapi yg jelas ialah Khalid tidak meragui keikhlasan Umar Al Khattab & menghormati kewibawaan pimpinannya... dia tidak melawan, bahkan dia turun menjadi tentera biasa dalam pasukan.... Khalid meyakini bahawa pemecatan tersebut bukan bermotif jahat, bukan motif menjatuhkan Islam, bukan motif kroni & sebagainya... Tapi adalah bermotifkan keyakinan kpd perjuangan Nabi S.A.W. ... Kerana itu, Khalid dgn spontan patuh kpd perintah Umar & tidak terlintas langsung sebarang tindakan penentangan...

Setelah diserahkan jabatannya kpd Abu Ubaidah, Khalid terus berkhidmat dgn setia di bawah pimpinan yg baru & semangat perjuangannya itu kekal utuh sama seperti beliau menjadi pemimpin tentera...

Komen spontan yg terbit dari tindakan Khalid menampakkan ketulusan hatinya, ❝AKU BERJUANG KERANA ALLAH, BUKAN KERANA UMAR...❞....
Inilah jiwa besar Khalid, bukannya menentang pimpinan setelah beliau dipecat, bukannya terbit perasaan tidak puas hati, bukannya membantah keputusan Umar... Di pihak Abu Ubaidah pula, tidak pula beliau menampakkan kerakusannya terhadap jawatan, beliau akur agar perlantikannya dirahsiakan buat beberapa ketika.... Sementara itu, pihak tentera & umat Islam pula telah menerima perubahan tersebut dgn tenang, tidak ada yg membantah, yakin bahawa tindakan Umar adalah tindakan yg didasari tawakkal & petunjuk Allah semata-mata....



Demikianlah peristiwa besar, jiwa tarbiyah Khalid yg terus abadi dalam rakaman sejarah, menjadi lambang keunggulan umat yang ikhlas mengabdi & berbakti hanya kepada Allah, hormat kepad pimpinan & setia kepada perjuangannya...

Sesungguhnya bertuahlah umat yg sedia belajar daripada sejarah ini, baik yg berkedudukan sebagai Umar, Khalid & Abu Ubaidah radhiAllahu 'anhum ajma'ien...


~Hikmah di sebalik peristiwa di atas adalah menggambarkan bagaimana seorang yang ikhlas dalam mentaati Allah taala, Saidina Khalid al Walid r.a yang tidak kecewa dengan tindakan Saidina Umar r.a, kerana beliau meyakini bahawa beliau pergi berperang bukan untuk habuan dunia, tetapi untuk habuan akhirat, bukannya mengharapkan habuan pangkat di dunia....

Seterusnya, hikmah lain yang boleh diambil adalah ketaatan Saidina Khalid al Walid r.a terhadap seorang pemerintah yang berpegang teguh kepada ajaran Islam, Saidina Umar al Khattab r.a adalah wajib dalam Islam, selagi mana ia berlandaskan syariat Islam. Langsung tiada kepentingan dalam kedua-dua individu mulia di atas, Saidina Umar al Khattab r.a dan Saidina Khalid al Walid r.a untuk mendapatkan sebahagian habuan dunia tetapi apa yang mereka harapkan adalah keredhaan dari Allah taala...


Cuba pula kita membandingkan kehidupan para pemimpin di sekeliling kita hari ini....

»» Bagaimana mereka jika berada di bawah pemerintahan Khalifah Umar Al Khattab r.a.?

»» Bagaimana jika mereka dipecat seperti Khalid bin Al-Walid r.a.?

»» Bagaimana pula jika mereka menyandang jawatan seperti Abu Ubaidah bin Al Jarrah r.a.?....

BAGAIMANA PULA SITUASI DIZAMAN MILINIUM KINI....???
ADAKAH ATAU APAKAH AKAN BERLAKU ??? 

Biasa kita akan lihat ada jenis orang yang pegang sesuatu jawatan, kemudian tidak dipilih lagi, dia mulalah merungut, merintih, meradang... kemudian melawan... membuat fitnah dan sebagainya...


Khamis, 5 Julai 2012

MAJLIS ZIKIR ISTIGHASAH AL~KUBRA

Allah SWT berfirman dalam surah al-Fath ayat 9 yang bermaksud : "Supaya kamu semua beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, MENGUATKAN AGAMA-NYA, DAN BERTASBIHLAH kepada-Nya pada waktu pagi dan petang.."....

BERTASBIH di sini bermaksud kita berzikir kepada Allah.... Zikir lidah, zikir hati dan zikir perbuatan semuanya menjurus kepada membesarkan Allah dan segala yang lain kecil belaka.... Namun apabila umat kurang menyebut nama-Nya, mereka mulai MELUPAI ALLAH... Ketika itu hati pun LALAI dari merasakan kebesaran dan keagungan-Nya... Akibatnya hukum-hakam ALLAH di abaikan, dan terjadinya maksiat yang berleluasa... Apabila ini terjadi, jangan di tangisi jika Allah ‘lupakan’ kita... Pada hakikatnya Allah tidak pernah sesekali melupakan hamba-Nya.... Cuma Allah mencampakkan sedikit rasa penyesalan di dalam hati hamba-hamba-Nya...
Allah hanya menjadi PEMBELA KEPADA HAMBA-NYA YANG BERTAQWA... Orang yang bertaqwa adalah orang yang banyak mengingati-Nya... 

Saidina Umar Al Khattab r.a. pernah mengingatkan bahawa, dia lebih bimbangkan DOSA-DOSA yang di lakukan oleh tentera Islam, berbanding kekuatan dan perancangan musuh... Dengan dosa, AKAN TERHALANG BANTUAN ALLAH KEPADA KITA... Persoalannya: Kenapa orang masih melakukan dosa? Jawabnya, kerana kita semakin lupakan Allah... Kita semakin menjauhkan diri dari Allah... Jadi untuk menggelakkan diri dari terjerumus dari kancah yang penuh dosa, kita perlu elakkan dari melakukan perbuatan yang mendatangkan dosa kepada Allah....

Masakan orang yang selalu mengingati Allah akan melakukan perbuatan dosa dan khianat? Jika terlanjur sedikit pun, golongan yang selalu mengingati Allah akan cepat-cepat beristighafar... ORANG YANG SEBEGINILAH YANG AKAN ALLAH BANTU dalam apa sahaja yang mereka lakukan dan perjuangkan....

Macam mana kita nak tegakkan agama Allah? Kita tidak perlu lihat sejauh langit... Semuanya bermula dari diri kita sendiri... Dengan kita PATUH DAN TAAT AKAN HUKUM ALLAH, dengan bangun malam, dengan solat subuh berjemaah di masjid sebagai tunjang utama peribadatan.... ATUR KELUARGA MENGIKUT SYARIAT.... Jauhkan dari pendedahan aurat... Perangi pergaulan bebas dalam kehidupan diri dan keluarga... Paculah kemajuan ekonomi, tapi jangan sampai lupa hukum Allah.... Berpolitiklah, tapi jangan melakukan FITNAH, HASAD DENGKI dan ADU-DUMBA demi kepentingan peribadi...

Kalau benar cintakan Allah.. ingatlah.. “CINTA ITU BUKAN DENGAN KATA-KATA SAHAJA, tetapi cinta itu DIREALISASIKAN dengan perbuatan dan tindakan....".

Selasa, 3 Julai 2012

HARAMNYA PEMAKAIAN JAM TANGAN DAN GELANG TANGAN

                                            GAMBAR HIASAN




Fenomena pemakaian gelang, subang dan rantai leher bagi kaum lelaki di kalangan masyarakat kita sememangnya tidak dinafikan sehingga bermacam-macam jenis gelang, subang & rantai yang dipakai, sama ada ia daripada emas, perak, besi, tembaga, kayu, getah atau benang. Kalau gelang itu terdiri daripada besi atau terdiri daripada jenis logam tertentu ia biasanya dikaitkan dengan tujuan perubatan. Walau bagaimanapun ia mempunyai hukum tersendiri.

Pemakai-pemakai gelang, subang & rantai tersebut tidak mengira sama ada ia daripada golongan remaja, orang muda mahupun orang tua. Perkara pemakaian gelang, subang & rantai bagi kaum lelaki ini pada dasarnya tidak selari dengan apa yang telah ditetapkan dalam hukum syara‘. Seringkali kita melihat zaman sekarang tak kiralah tua muda yang kecik besar kadang-kadang baby lelaki pun dah pakai gelang dan rantai silver.

Gelang tangan yang kononya tujuan berubat,hukumnya adalah HARUS jika tiada selain perubatan yang mana dalam kes tiada ubat lain selain gelang ubat tersebut......dan maka adalah HARAM jika ada pilihan lain....


Jam tangan, kini masih ramai yang keliru dangan hukumnya,tiada yang ditetapkan hukumnya.Haruslah diingat,jika tujuan pemakaian jam sekadar untuk mengingati waktu adalah harus.Dan bagi sipemakai pula jika tujuan untuk bermegah atau untuk bergaya, maka hukumnya adalah HARAM.

Bagi jemaah yang pergi menunaikan ibadah haji pula, gelang haji adalah HARUS kerana bertujuan pengenalan diri jika terjadinya sesuatu perkara kerana mereka berihram disertai pula dengan keadaan ramainya jemaah dari sepelusuk dunia dan ianya adalah bertempoh sahaja.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam melaknat lelaki menyerupai perempuan dan perempuan menyerupai lelaki sebagaimana hadits daripada Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, katanya: Maksudnya: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat orang-orang lelaki yang menyerupai perempuan dan orang-orang perempuan yang menyerupai lelaki.” (Hadis riwayat al-Bukhari)

Hadits di atas jelas menunjukkan bahawa Rasullullah Shallallahu àlaihi wasallam melaknat lelaki menyerupai perempuan dan perempuan menyerupai lelaki. Laknat bermaksud jauh dari rahmat, taufiq dan hidayat Allah Subhanahu wa Ta‘ala. Berdasarkan hadits tersebut, Imam Ibnu Hajar al-Haitami Rahimahullah berkata: “Sesungguhnya haram (orang lelaki) menyerupai mereka (orang perempuan antaranya ialah) dengan memakai perhiasan yang khusus bagi mereka lagi yang lazim menjadi hak mereka seperti memakai gelang tangan, gelang kaki dan seumpama keduanya.”

Syeikh al-Islam Zakariyya al-Anshari Rahimahullah pula berkata: “Dan daripada apa yang haram ialah gelang tangan dan gelang kaki untuk dipakai oleh orang lelaki dan orang khuntsa (orang yang mempunyai dua jantina).” Maka jelaslah bahawa kaum lelaki haram memakai gelang kerana ia adalah perhiasan yang khusus bagi kaum perempuan.

Bahawa Rasulullah s.a.w telah melihat pergelangan tangan seorang lelaki yang memakai gelang yang diperbuat daripada tembaga, maka baginda bertanya kepada lelaki tersebut:”Apakah bendanya ini”? Lelaki itu berkata:”Ia adalah gelang perubatan”. Rasulullah bersabda: “ Sesungguhnya benda itu tadak memberi apa-apa (faedah walaupun untuk tujuan perubatan), buangkan benda itu daripada diri anda, jika sekirannya anda mati dan benda itu ada pada diri anda, maka anda tidak akan berjaya (selamat) untuk selama-lamanya (Sahih riwayat Imam Ahmad).
~wallahuallam
jaksa kotaraja

Khamis, 28 Jun 2012

PEPERANGAN BADAR AL-KUBRA:SALAH SATU PEPERANGAN AWAL PENENTU DALAM ISLAM TERJADI PADA RAMADHAN 2TAHUN HIJRAH



INILAH KISAH PENUH TENTANG PERISTIWA PEPERANGAN BADAR AL KUBRA YANG BERLAKU PADA BULAN RAMADHAN ....peristiwa tentang peperangan badar jarang benar kita baca tentang perinciannya....banyak kisah ini diceritakan dalam bentuk yang ringkas sahaja...namun pada kali ini, satu cerita panjang tentang detik-detik peperangan badar....ruangkan masa anda untuk mengetahui saat-saat sebelum dan selepas peperangan...

Setelah kita sebutkan mengenai Ghazwah al-Asyirah di mana Kabilah Quraisy dapat melepaskan diri dari sekatan Rasulullah, semasa pemergiannya dari Makkah ke negeri al-Syam, bila hampir masa kepulangannya dari sana ke Makkah, Rasulullah telah mengutus Talhah bin Abdullah dan Said bin Zaid ke sebelah utara, bertugas mengintip dan memperolehi maklumat terperinci mengenai hal tersebut, mereka bergerak hingga ke daerah al-Hawra’, mereka di sana hinggalah Abu Sufian dan Kafilahnya berlalu, mereka pun segera pulang ke Madinah melaporkan perkembangan kepada Rasulullah.
Kafilah Abu Sufian itu sarat dengan harta dan barangan penduduk Makkah, terdiri dari seribu ekor unta penuh dengan muatan dan harta benda, dianggarkan tidak kurang dari lima puluh ribu dinar emas, pengawal hanya empat puluh orang sahaja. Inilah peluang keemasan yang harus diambil kesempatan untuk tentera Madinah, dan pukulan tepat pada sasaran ketenteraan, politik dan ekonomi terhadap musyrikin sekiranya semua harta ini dapat dirampas dari tangan mereka. Dengan itu Rasulullah mengisytiharkan kepada kaum muslimin dengan sabdanya yang bermaksud: “Ini dia kafilah Quraisy yang penuh dengan harta mereka, ayuh keluarlah kamu semoga Allah menjadikannya sebagai harta rampasan untuk kamu.”
Baginda tidak menggesa sesiapa pun untuk keluar. Baginda hanya membiarkan perkara ini terbuka secara mutlak, kerana Baginda tidak pula menyangka akan bertarung dengan tentera Makkah, sehebat apa yang terjadi di medan Badar itu. Justeru itu, maka sebahagian besar dari sahabat berada di Makkah, dan mereka mengira Rasulullah keluar itu tidak lebih dari Sariyah-Sariyah yang lepas, maka sebab itulah Rasulullah tidak membantah terhadap mereka yang tidak turut bersama.
KADAR KEKUATAN TENTERA ISLAM DAN PENGAGIHAN PIMPINAN
Kini Rasulullah dalam keadaan bersedia untuk keluar bersama-sama dengan tiga ratus tiga belas orang (313 atau 314 atau 317 orang) 82 Muhajirin (83 atau 86 orang) al-Aws seramai 61 orang dan 170 orang al-Khazraj, mereka tidaklah begitu bersiap sangat dan tidaklah membawa peralatan yang selengkapnya, tunggangan mereka hanya dua ekor kuda, kuda al-Zubair bin al-Awwam dan kuda al-Miqdad bin al-Aswad al-Kindi, manakala unta bersama mereka hanya tujuh puluh ekor yang ditunggang secara bergilir untuk dua atau tiga orang, Rasulullah bergilir dengan Ali dan Mirthad bin Abi Mirthad al-Ghanawi dengan seekor unta.
Rasulullah melantik Ibnu Ummi Maktum sebagai khalifahnya untuk mengendali urusan Madinah dan solat. Tetapi setibanya Rasulullah di “al-Rawha” Rasulullah menghantar balik Abu Lubabah bin al-Munzir untuk mengendalikan urusan pentadbiran Madinah.
Panji pimpinan berwarna putih diserahkan kepada Mus’ab bin Umair al-Qurasyi al-Abdari, Baginda membahagikan tentera kepada dua katibah (pasukan):
1. Katibah orang Muhajirin benderanya diberi kepada Ali bin Abi Talib.
2. Katibah al-Ansar, benderanya diberikan kepada Sa’d bin Muaz.
Sayap kanan diletakkan di bawah pimpinan al-Zubair bin al-Awwam, sayap kiri pula di bawah pimpinan al-Miqdad bin Umar, kedua-dua mereka ini adalah tentera berkuda di dalam tentera Islam ini. Pemimpin barisan belakang ialah Quis bin Abi Sa’saah, pimpinan tertinggi masih disandang oleh Baginda sebagai terus agong pimpinan tentera Islam.
TENTERA ISLAM BERGERAK KE ARAH BADAR
Rasulullah bergerak dengan tenteranya yang tidak bersiap-sedia untuk berperang, sehingga keluarlah dari kawasan al-Madinah, dan terus berjalan hingga ke jalan utama ke Makkah, hingga sampai ke daerah al-Rawha, beberapa ketika setelah Baginda melintasi al-Rawha Baginda tinggalkan jalan ke Makkah di sebelah kiri dan menyusur ke arah kanan melalui al-Naziyah, ertinya Baginda bertala (menuju) ke Badar di situ Baginda mengambil jalan ke Badar, darinya Baginda sampai ke lembah Jaza’ yang dikenali sebagai Rahqan, yang kira-kira terletak di antara al-Naziyah dan segenting al-Safra’, Baginda melintasi segenting al-Safra’ itu, dari situ Baginda menjunam hingga sampai ke al-Safra’ dan darinya Baginda mengutus Basis Ibnu Umar al-Juhani dan Adi bin Abi al-Zaghba’ ke Badar untuk mengumpul maklumat mengenai Kafilah Quraisy.
PEMBERITAHUAN KEPADA PENDUDUK DI MAKKAH
Pengedalian kafilah Quraisy ini sebenarnya di bawah tanggungjawab Abu Sufian sepenuhnya, di mana beliau begitu berjaga dan amat berwaspada kerana beliau menyakini jalan ke Makkah itu amat merbahaya, oleh yang demikian beliau sentiasa menghantar pengintip-pengintip untuk memperolehi maklumat, selain dari itu beliau selalu bertanya setiap musafir atau tunggangan yang beliau temui di sepanjang perjalanannya itu. Tidak berapa lama kemudian beliau memperolehi maklumat dari risikannya bahawa Muhammad s.a.w telah pun mengerah tenaga sahabatnya untuk menawan kafilahnya, dengan segera Abu Sufian mengupah Dhamdham bin Amru al-Ghifari ke Makkah, di sana Dhamdham melaung dan meminta bantuan kepada pihak Quraisy untuk menghantar gerakan penyelamat kafilah mereka buat menghalang Muhammad s.a.w dan sahabatnya daripada bertindak terhadap harta mereka itu begitulah tindakan Dhamdham kepada Quraisy dari atas belakang untanya, setelah memotong hidung untanya seterusnya beliau mengoyak bajunya untuk dikibar-kibarkan kepada Quraisy sambil berteriak: Kalian Quraisy, celaka dan celaka harta kamu bersama Abu Sufian itu, telah dihalang oleh Muhammad s.a.w dan sahabat-sahabatnya, aku tak nampak kamu berkesempatan dengannya, tolong tolonglah !!!
PENDUDUK MAKKAH BERSEDIA UNTUK BERPERANG
Semua orang di Makkah bersiap dan bergerak dengan pantas dan mereka berkata: Apakah Muhammad ingat kafilah kita itu seperti kafilah Ibnu al-Hadhrami? Dengan mudah boleh direbut dari tangan kita? Tidak!! Demi Allah biar dia tahu bukan semudah itu dia boleh bertindak. Pihak Quraisy bertindak samada keluar sendiri atau menghantar penggantinya, untuk keluar mereka telah mengerah tenaga habis-habisan, tidak seseorang pun dari pemuka mereka mengecualikan diri selain dari Abu Lahab, namun beliau tetap menghantar pengantinya yang telah berhutang dengannya. Selain dari itu, mereka juga mengerakkan kabilah-kabilah Arab di sekeliling Makkah, semua puak turut keluar kecuali Banu Adi sahaja, di mana tidak seorang pun dari mereka yang turut serta.
KEKUATAN TENTERA MAKKAH
Kekuatan tentera Makkah terdiri dari seribu tiga ratus (1,300) askar pada permulaan, dengan seratus ekor kuda, enam ratus perisai, manakala unta terlalu banyak bilangan yang tidak dapat dipastikan anggaran dengan terperinci. Pemimpin agung mereka ialah Abu Jahal bin Hisyam, makanan dibekal oleh sembilan orang kenamaan Quraisy, mereka menyembelih kadangkala sembilan atau sepuluh ekor unta sehari.
PERSOALAN KABILAH-KABILAH BANU BAKR
Semasa tentera Makkah mula bergerak, Quraisy teringat permusuhan dengan kabilah-kabilah Banu Bakr, mereka takut kabilah ini akan menikam mereka dari belakang, jadi mereka akan tersepit di antara dua musuh, hampir-hampir permasalahan ini melemah dan menggagalkan usaha mereka, tetapi iblis telah menjelma dalam rupa paras Suraqah bin Malik Ibnu Ja’syam al-Mudlaji, ketua Kabilah Banu Kinanah, dengan menyeru kepada mereka kalian: Aku adalah penjamin kepada kamu di mana Kinanah tidak akan menyerang dari belakang kamu, suatu hal yang kamu tidak senang dengannya.
TENTERA MAKKAH BERGERAK
Setelah itu mereka pun bergerak keluar dari Makkah, sebagaimana yang disifatkan oleh Allah yang bermaksud:
“Dengan penuh lagak sombong menunjuk-nunjuk kepada orang ramai, serta mereka menghalangi manusia dari jalan Allah. ”
(al-Anfal: 47)
Dan mereka mara ke hadapan sebagaimana yang digambarkan oleh Rasulullah dengan hadis yang bermaksud:
“Mereka mencabar Allah dan RasulNya dengan segala tenaga dan kekuatan persenjataan mereka.”
Menepati firman Allah yang bermaksud:
“Dan bergeraklah mereka pada pagi itu, penuh kepercayaan yang mereka akan berkuasa, bagi menghalang kaum miskin”.
(al-Qalam: 25)
Langkah-langkah mereka penuh ta’sub, hasad dengki, dendam kesumat dan iri hati ke atas Rasulullah dan sahabat-sahabatnya, lantaran para sahabat ini berani mengancam kabilah mereka. Mereka bergerak secepat kilat ke arah utara menuju “Badar”, dengan melalui “Wadi Asafan”, ke Qadid kemudian ke Juhfah, di sana mereka telah menerima berita baru dari Abu Sufian yang menyebut: Sebenarnya kamu keluar ini untuk menyelamatkan kabilah kamu, orang-orang kamu dan harta kamu, tetapi kini kita telah diselamatkan Thhan jadi kalian bolehlah pulang.
KABILAH DAPAT MELEPASKAN DIRI
Kisah Abu Sufian dan Kabilah yang melalui jalan utara itu adalah amat berjaga-jaga dan waspada, beliau menambah lagi gerakan merisik, sebaik sahaja mereka menghampiri “Badar” beliau mara ke hadapan mendahului kabilah, di situ beliau menemui Majdi bin Amur, Abu Sufian bertanyakan beliau mengenai tentera al-Madinah, jawab Majdi: “Aku tidak melihat seorang pun dari mereka yang diragui, cuma tadi ada dua orang penunggang telah berhenti di bukit itu, setelah minum air bekalan, mereka pun beredar dari situ”, Abu Sufian pun segera ke tempat dua penunggang berehat tadi, beliau mengambil najis unta tunggangan dua orang penunggang yang singgah di situ, kemudian beliau memecahkan najis dan memeriksanya. Tiba-tiba beliau mendapati najis itu mengandungi bijian, maka kata beliau: “Demi Allah ini adalah makanan binatang dari Yathrib, segera beliau kembali ke kabilahnya, dengan itu beliau memalingkan pergerakan kabilahnya ke arah pantai sebelah barat, meninggalkan jalan utara ke Badar yang di sebelah kiri. Dengan itu kabilahnya terselamat dari terjatuh ke tangan tentera al-Madinah, sebab itulah maka beliau mengutus surat kepada angkatan tentera Makkah, yang mana mereka menerima suratnya itu semasa tentera Makkah telah berada di al-Juhfah.
TENTERA MAKKAH BERCADANG UNTUK BERPATAH BALIK DAN KERETAKAN DALAM BARISAN KEPIMPINAN MAKKAH
Setelah tentera Makkah sedang berada di Juhfah menerima perutusan dari Abu Sufian, mereka pun bercadang untuk kembali semula ke Makkah, tetapi pemimpin taghut Quraisy Abu Jahal yang sombong, bongkak dan takbur bangun menyeru: “Demi Allah kita tidak akan pulang kecuali setelah kita sampai ke Badar, di sana kita akan berkhemah tiga malam, kita sembelih sembelihan, kita makan sepuas-puasnya, minum khamar, dan kita berhibur dengan artis-artis penyanyi, sehingga dengan itu kita akan di dengar oleh bangsa Arab tentang pergerakan dan perhimpunan kita, seterusnya mereka akan gerun dengan sikap kita itu untuk selama-lamanya”.
Bercanggah dengan Abu Jahal, al-Akhnas bin Syuraiq telah mengeluar pendapat dan bantahan untuk pulang ke Makkah, namun mereka tidak bersetuju dengannya, untuk demikian beliau menarik diri untuk pulang bersama-sama kabilahnya Banu Zuhrah, al-Akhnas merupakan sekutu Quraisy dan ketua Kabilah Banu Zuhrah di dalam gerakan ketenteraan ini, lantaran itu tiada seorang pun dari Banu Zuhrah yang menyertai peperangan Badar, kekuatan mereka lebih kurang tiga ratus (300) orang, Banu Zuhrah amat gembira dan berpuas hati dengan pendapat al-Akhnas bin Syuraiq itu, hingga dengannya beliau menjadi tokoh pemimpin pilihanny a yang didengari, ditaati dan dih’ormati.
Banu Hasyim pun hendak pulang juga, tetapi Abu Jahal berkeras dengan mereka, katanya: “Kamu tidak boleh bercerai dengan kami, ikut kami hingga kami pulang”. Dengan itu tentera Makkah pun rnara ke hadapan dengan kekuatan tentera seramai seribu orang askar, selepas penarikan diri oleh Banu Zuhrah, menuju Badar, angkatan Makkah bergerak hingga sampai hampir ke Badar, di sebalik guar (tanah tinggi) di lembah “al-Udwah al-Qaswa” bersempadan dengan lembah Badar.
PENDIRIAN TENTERA ISLAM YANG KRITIKAL
Risikan tentera Madinah melaporkan kepada Rasulullah s.a.w yang pada ketika itu masih lagi berada di “Wadi Zufran” mengenai kabilah dan angkatan tentera Makkah, hasil analisa dan perkiraan bahawa pasti sudah tidak dapat dielak lagi pertumpahan darah. Di dalam suasana ini sudah tidak dapat tidak, harus mara ke hadapan dan semestinya tidak boleh berundur, kemaraan harus pula didasarkan kepada keberanian, kecekalan, keperwiraan dan ketegasan, tidak syak lagi kalaulah dibiarkan tentera Makkah bermaharajalela di daerah ini, ianya akan menjadi alasan dan dorongan kepada Quraisy untuk terus berkuasa, malah akan merupakan penerusan kepada kuasa politiknya, di masa yang sama akan melemahkan kredebeliti umat Islam dan kuasanya, malah mungkin akan mengakibatkan gerakan Islam akan tinggal badan tanpa roh dan kekuatan, akan memberi laluan seluas-luasnya kepada segala jenis kejahatan dan hasad kesumat untuk berbuat apa sahaja terhadap Islam.
Selepas kesemuanya itu, siapakah yang akan menjamin keselamatan umat Islam, kiranya pihak Quraisy dan tentera Makkah mara ke Madinah siapa yang akan menghalangnya, pertempuran mungkin akan berpindah ke pintu masuk Madinah, kemudian mereka akan mara hingga ke tengah-tengah Madinah sendiri, tidak sama sekali, kalau diandaikan berlakunya ketewasan kepada tentera Madinah sudah pasti satu kesan buruk akan menimpa kehebatan kaum muslimin dan maruah mereka.
MAJLIS PERMESYUARATAN
Memandangkan kepada perkembangan mengejut dan berbahaya ini, maka Rasulullah s.a.w pun mengadakan permesyuaratan majlis tertinggi tentera, di mana Rasulullah melaporkan kedudukan terkini, di dalam sidang ini masing-masing mengemukakan pendapat dan pandangan, lapisan awam dan pemimpin tentera semua turut memberi sumbangan dan pendapat masing-masing, di saat ini terdapat sesetengah hati bergoncang dan ketakutan untuk menghadapi pertumpahan darah ini, mereka inilah yang disebut Allah di dalam firmanNya yang bermaksud:
“Sebagaimana Tuhanmu mengeluarkan mu dari rumahmu dengan kebenaran jua, sedang sebahagian dari orang-orang yang beriman itu tidak setuju. Mereka membantahmu tentang kebenaran berjihad setelah nyata, seolah-olah mereka dihalau kepada kematian yang sedang’mereka lihat”.
(al-Anfal: 5-6)
Bagi pihak pemimpin tentera, Abu Bakar al-Siddiq sendiri berucap dan menegaskan sesuatu yang amat baik, kemudian Umar bin al-Khattab pun berucap dan menegaskan segalanya adalah amat baik, disusuli dengan al-Miqdad bin Amru yang menegaskan: “Wahai Rasulullah teruskanlah sebagaimana yang Allah perlihatkan kepada tuan hamba, sesungguhnya kami tetap bersama-sama tuan, demi Allah kami tidak akan berkata kepada tuan, seperti Banu Israil berkata kepada Musa: “Pergilah dikau bersama Tuhan kau, dan berperanglah kamu berdua kami akan tunggu di sini”. Tetapi kami akan berkata: “Ayuh maralah dikau bersama Tuhan kau dan berperanglah, sesungguhnya kami bersama kamu untuk berperang, demi Dia Tuhan yang telah mengutuskan dikau dengan kebenaran, seandainya kau membawa kami ke “Birak al-Ghimad” nescaya kami bertempur bersama tuan tanpa menghiraukan apa pun, sehinggalah kita sampai ke sana”. Rasulullah membalas kepadanya dengan baik di samping berdoa untuk beliau.
Tiga tokoh tadi adalah dari pimpinan Muhajirin, mereka merupakan majoriti di dalam tentera Islam, seterusnya Rasulullah ingin mengetahui pendapat pemimpin Ansar pula, kerana mereka merupakan majoriti terbesar kekuatan tentera Islam, lagi pun kekuatan tempor terletak pada golongan Ansar, tambahan pula nas Baiah al-Aqabah tidak menuntut supaya mereka berperang di luar kampung halaman mereka, setelah mendengar ucapan tiga pemimpin tadi Baginda masih menyebut: Wahai kalian berilah pandangan kamu, lafaz Rasulullah itu dituju kepada al-Ansar, pemimpin al-Ansar dan pembawa panji, Sa’d bin Muaz segera menangkapi maksud Rasulullah itu dan terus beliau berkata: “Demi Allah, bagaikan tuan hamba memaksudkan kami”? Jawab Rasulullah: “Bahkan”.
Sa’d terus dengan ucapannya: “Sebenarnya kami telah pun beriman dengan dikau ya Rasulullah, kami membenarkan dikau, kami bersaksi bahawa apa yang kau bawa itu adalah benar, telahpun kami beri janji-janji dan kepercayaan kami untuk mendengar dan mentaati, ayuh teruskan wahai Rasulullah untuk mencapai sesuatu yang dikau kehendaki, demi Tuhan yang mengutuskan tuan hamba dengan kebenaran, seandainya tuan hamba membawa kami mengharungi lautan nescaya kami harungi, tak seorang pun akan berkecuali, kami bersenang hati dikau membawa kami untuk menemui seteru pada esok hari, kami ini jenis bersabar dan bertahan di dalam peperangan, penuh kepercayaan untuk bertarung dan berhadapan dengan musuh, semoga Allah memperlihatkan sesuatu yang menyenangkan mata melihat, ayuh bawalah kami ke hadapan penuh keberkatan dari Allah”
Di dalam riwayat yang lain menyebut, Sa’d bin Muaz berkata kepada Rasulullah: “Boleh jadi tuan hamba merasakan bahawa pihak Ansar berpendapat sokongannya kepada tuan hamba hanya di perkarangan kampung mereka sahaja, di sini hamba menegaskan bagi pihak Ansar dan menjawab bagi pihak mereka: Ayuh bergeraklah ke mana sahaja, hubungilah siapa yang tuan hamba suka, putuskanlah hubungan dengan sesiapa yang tuan hamba suka, ambillah harta kami sesuka tuan hamba, tinggalkanlah kadar mana harta harta itu kepada kami sesuka hati tuan hamba, sesuatu yang tuan ambil dari kami itu adalah paling kami senangi lebih dari apa yang tuan tinggalkan, sesuatu yang tuan perintahkan itu, maka urusan kami adalah ikutan kepada suruhan tuan itu, demi Allah sekiranya tuan membawa kami untuk sampai di Birak al-Ghimad nescaya kami turuti. Dan Demi Allah seandainya tuan hamba membawa kami mengharungi lautan nescaya kami harungi”.
Rasulullah terharu dengan kata-kata Sa’d itu dan terasa segar dan bertenaga, kemudian Rasulullah bersabda yang bermaksud:
“Ayuh bergeraklah dan bergembiralah dengan berita baik, kerana sesungguhnya Allah telah menjanjikan daku salah satu dari dua kelompok itu, demi Allah sekarang bagaikan daku sedang menyaksi kemusnahan kaum musyrikin “.
TENTERA ISLAM MENERUSKAN PERJALANANNYA
Setelah itu Rasulullah pun berpindah dari Zufran melalui lurah-lurah yang dikenali sebagai al-Asafir, kemudian Baginda turun ke kampung dikenali sebagai “al-Diah” menyusur ke bawah meninggalkan “al-Hanan” ke sebelah kanan yang merupakan gua seakan-akan bukit dan darinya Baginda menuju ke tempat berhampiran “Badar”.
RASULULLAH MENGGERAK OPERASI PERISIKAN
Rasulullah s.a.w telah bertindak sendiri bersama temannya yang pernah bersama-sama di dalam gua Hira’ iaitu Abu Bakar al-Siddiq, untuk bersiar-siar di sekitar khemah tentera Makkah, tiba-tiba mereka bertemu dengan seorang syeikh al-Arab, Rasulullah s.a.w pun segera bertanya kepada beliau mengenai Quraisy dan Muhammad dengan sahabat-sahabatnya. Baginda bertanya mengenai kedua tentera itu dengan tujuan merahsiakan diri Baginda, tetapi jawab syeikh al-Arab itu: “Aku tidak akan ceritakan kepada kamu berdua kecuali setelah kamu memberitahu daku siapa kamu berdua ini”? Jawab Rasulullah s.a.w: “Sekiranya saudara memberitahu akan kami beritahu”. Kata syeikh al-Arab: “Ayuh begitu caranya”, jawab Rasulullah s.a.w: “Memanglah itu caranya”.
Kata syeikh al-Arab: “Cerita yang ku dengar bahawa Muhammad dan sahabat-sahabatnya telah keluar pada hari sekian, sekian, sekiranya benar cerita itu mereka sekarang ini berada di tempat sekian, sekian iaitu tempat tentera al-Madinah sedang berkhemah manakala Quraisy pula telah keluar pada hari sekian, sekian, dan kalau benar ceritanya itu maka mereka di hari ini berada di tempat sekian, sekian iaitu tempat tentera Makkah sedang berkhemah”.
Setelah beliau selesai menceritakan beliau bertanya: “Dan siapa kamu berdua ini”? Jawab Rasulullah: “Kami ini dari “Ma”" dengan itu Rasulullah terus beredar, syeikh tadi kehairanan memikirkan apa dari “Ma” itu apakah dari “Ma” al-Iraq? (atau “Ma” yang bererti air).
MEMPEROLEHI MAKLUMAT TERPENTING MENGENAI TENTERA MAKKAH
Di petang hari yang sama Baginda mengutus lagi risikan-risikannya, semua untuk memungut lagi maklumat seteru, tugas ini dipertanggungjawabkan kepada tiga pemimpin Muhajirin, Ali bin Abi Talib, al-Zubair bin al-Awwam dan Sa’d bin Abi Waqqas bersama beberapa orang sahabatnya yang lain, mereka sampai ke telaga “Badar”, Di sana mereka terserempak dengan dua orang suruhan Quraisy mengambil air untuk tentera Makkah, mereka memberkas dua orang pengambil air dan dibawa ke hadapan Rasulullah, sedang di masa itu Rasulullah tengah bersembahyang, kalian yang ada di situ memeriksa mereka berdua dan berkata: “Kami pengambil air untuk tentera Quraisy mereka mengantar kami untuk mengangkut air untuk mereka” namun orang Islam tidak bersenang hati, kerana mereka mengharapkan mereka berdua itu orang suruhan Abu Sufian (kerana mereka masih berhasrat untuk menawan kabilah Quraisy) mereka membelasah kedua-dua orang suruhan itu dengan parahnya, hingga mereka berdua terpaksa mengaku: “Ya kami ini orang Abu Sufian, dengan itu dua orang itu ditinggalkan.
Setelah selesai bersembahyang, Rasulullah berkata kepada mereka sebagai memarahi tindakan mereka itu. Ayuh bila mereka bercakap benar kamu belasah mereka, tetapi bila mereka mendustakan kamu, kamu biarkan mereka pula, mereka berdua ini memang bercakap benar, sebenarnya mereka berdua ini adalah orang suruhan tentera Makkah.
Selepas itu Rasulullah s.a.w bertanya dua orang suruhan yang diberkas, katanya: “Ceritakan kepada ku perihal Quraisy”, jawab mereka: “Mereka berada di sebalik bukit pasir itu yang kamu nampak dekat “al-Udwah al-Qaswa”. Tanya Baginda lagi: “Berapa ramai tentera Quraisy itu”. Jawab mereka: “Memang banyak”. Tanya Baginda, “Berapa bilangannya?” Jawab mereka : “Kami tak dapat mengetahuinya”. Kata Rasulullah s.a.w: “Berapa ekor sembelihan mereka sembelih setiap hari?” Jawab mereka berdua: “Sehari sembilan dan sehari sepuluh”. Kata Rasulullah: “Jadi mereka itu di antara sembilan ratus dan seribu, tanya Baginda lagi: “Siapa di antara mereka orang-orang kenamaan?” Jawab mereka berdua: “Utbah bin Rabiah dan saudaranya Syaibah, Abu al-Bukhturi, Ibnu Hisyam, Hakim bin Hizam, Naufal bin Khuwnilid, al-Harith bin Amir, Tu’aimah bin Adi, al-Nadhr bin al-Harith, Zamaah bin al-Aswad, Abu Jahal bin Hisyam dan Umaiyah bin Khalaf,” mereka adalah di antara tokoh Quraisy yang sempat disebut oleh dua orang suruhan Quraisy. Rasulullah berdiri di hadapan kaum muslimin dan berkata: Itu dia Makkah yang telah datang kelmarin dengan anak-anak kesayangan dan buah hatinya.
HUJAN TURUN
Di malam itu Allah s.w.t menurunkan hujan di tempat kaum musyrikin. Hujan turun dengan lebat melumpuhkan kemaraan mereka, sedang di tempat kaum muslimin pula hujan renyai-renyai membasahi dan membersihkan badan mereka, mensucikan diri mereka dari noda syaitan, menetapkan bumi tempat mereka bergerak, mengejapkan pasir, mengukuhkan tapak kaki mereka, mengemaskan kedudukan strategi mereka dan menambatkan hati-hati mereka.
TENTERA ISLAM MENDAHULUI KE TEMPAT PERTEMPURAN YANG STRATEGIK
Rasulullah mengerakkan tenteranya untuk mendahului kaum musyrikin ke perigi Badar, dan menghalang mereka dari menawan perairan berkenaan, Baginda mengambil tempat di malam itu di kawasan terdekat kepada perairan Badar itu. Di masa itu al-Habab bin al-Munzir selaku pakar ketenteraan, bertanya kepada Rasulullah, “apakah kawasan yang kita bertempat sekarang ini suatu yang sudah ditunjukkan oleh Allah hingga tidak boleh kita maju atau ke belakang selangkah pun? Atau apakah ianya sebagai pemilihan strategi dan taktik?” Jawab Rasulullah: “lanya adalah strategi dan taktik semata-mata?” Kata al-Habab: “Kalau demikian ya Rasulullah, lanya bukan tempat yang sesuai, tuan hamba boleh berpindah bersama sekalian tentera ke perairan kaum musyrikin, kita timbuskan dan musnahkan kolah yang di tepiannya dan kita bina pula takungan, kemudian dipenuhkan dengan air hingga dengan itu semasa bertempor nanti kita akan minum manakala kaum musyrikin dalam kekeringan dan kehausan”, kata Rasulullah (s.a.w): “Kau telah memberi pendapat yang baik”.
Rasulullah pun segera bangun dan bergerak dari situ dengan seluruh tentera hingga sampai ke perairan yang terdekat kepada musuh, di tengah malam mereka menimbus kolam-kolam air dan membina takungan khusus untuk tentera Islam, yang lain habis ditimbus.
MARKAS PIMPINAN
Sebaik sahaja kaum muslimin selesai bertempat di sebelah perairan Badar, Sa’d bin Muaz pun mencadangkan kepada Rasulullah s.a.w supaya tentera Islam membina satu tempat khusus bagi markas arahan dari Baginda, sebagai persiapan untuk menghadapi kecemasan, andainya kekalahan sebelum memperolehi kemenangan dengan kata beliau: “Wahai Nabi Allah bagaimana kami akan membina perteduhan untuk tuan hamba, padanya kita tempatkan tunggangan Rasulullah dan kami akan mara ke hadapan menemui seteru, sekiranya dengan bantuan sokongan Allah kita menang maka itulah yang kita harap-harapkan, tetapi jika takdir kita tidak berjaya, maka Rasulullah boleh menggunakan tunggangan yang sedang menunggu di mana Rasulullah boleh bersama tentera kita yang berada di saf belakang, dan musuh tidak sempat mengejar Rasulullah. Sekiranya kaum muslimin mendapat Rasulullah bersama mereka, mereka tidak akan mundur dari tuan hamba malah mereka akan mempertahankan Rasulullah atau berbincang dan berjihad bersama tuan hamba”
Rasulullah menghargai pendapat Muaz itu dengan baik, sambil berdoa untuknya, tentera Islam pun segera membina perteduhan di suatu tempat yang tanahnya tinggi di sebelah tenggara medan peperangan berhadapan dengan arena pertempuran. Seterusnya telah dipilih sebilangan pemuda Ansar di bawah pimpinan Sa’d bin Muaz untuk mengawal Rasulullah di perteduhan itu.
MOBILISASI TENTERA DAN SEMBAHYANG MALAM
Rasulullah memobilisasikan tenteranya, dan Rasulullah berjalan ke arena pertempuran, sambil menunjuk dengan tangannya dan bersabda: “Ini tempat kematian si pulan besok Insyaallah, di malam itu Rasulullah menghabiskan masanya dengan bersembahyang kepada Allah di tepi sepohon kayu sedang kaum muslimin dapat tidur dengan tenang menanti esok yang cerah, hati mereka mekar dengan keyakinan, di malam itu mereka berehat secukupnya, mengharapkan di besok hari akan menyaksi dengan mata kepala mereka janji-janji Tuhan mereka:
“Ingatlah ketika kamu dilitupi oleh perasaan mengantuk sebagai satu pemberian aman daripadaNya dan ingatlah ketika la menurunkan kepada kamu hujan dari langit untuk menyucikan kamu dengannya dan menghapuskan dari kamu gangguan dari syaitan dan juga untuk menguatkan hati kamu dan menetapkan dengannya tapak pendirian kamu “.
(al-Anfaal: 11)
Malam berkenaan adalah malam Jumaat 17 Ramadhan tahun kedua hijrah Rasulullah mula keluar pada 8 haribulan atau 2 haribulan di bulan yang sama.
TENTERA MAKKAH DI MEDAN PEPERANGAN DAN PERPECAHAN DI KALANGAN MEREKA
Manakala Quraisy pula di malam itu berkhemah di al-Udwah al-Qaswa, bila pagi menjelang Quraisy pun berhadapan dengan Katibahnya serta membawa mereka turun dari bukit pasir itu menuju ke lembah Badar, beberapa orang dari mereka menuju ke takungan air Rasulullah, kata Baginda: “Biarkan mereka datang, sesiapa sahaja yang meminum darinya kita bunuh, kecuali Hakim bin Hizam”, beliau tidak dibunuh malah selepas beberapa ketika beliau memeluk Islam dan menjadi baik, sehingga kalau beliau hendak bersumpah semasa dalam Islam, beliau akan menyebut: “Tidak, demi Tuhan yang menyelamatkan daku di hari Badar”. Setelah pihak Quraisy kembali tenang, maka dihantarnya Umair bin Wahb al- Jumahi untuk mengesan kekuatan tentera al-Madinah, beliau menunggang kudanya di sekeliling perkhemahan Islam, selepas pulang Beliau melaporkan katanya: “Mereka adalah tiga ratus orang, lebih kurang sekitar itu, tetapi tunggu sehingga aku mengesan apakah mereka ada penyerang hendap dan mempunyai logistik pembekal? Dengan itu beliau menjelajah ke tengah-tengah lembah “Badar” dan beliau tidak mendapati apa-apa pun terus beliau pulang dengan katanya: “Aku tidak melihat apa-apa pun, namun pada hemat ku di sana bala sedang menunggu kamu dengan seribu kematian, ku dapati panah-panah di Yathrib membawa kematian yang perih, mereka adalah golongan yang tiada pembela dan perlindungan selain dari pedang mereka, derni Allah kamu tidak akan berupaya membunuh seorang pun dari mereka yang berani dibunuh, kalau dah sebilangan dari kamu ini bertemu ajal, maka tak ada kebaikan lagi untuk hidup. Ayuh, tiliklah minda kamu”.
Di masa itu, berlaku satu lagi penentangan terhadap Abu Jahal yang berkeras untuk berperang itu, iaitu usaha untuk membawa balik tentera Quraisy ke Makkah, untuk mengelak berlakunya peperangan. Hakim bin Hizam telah menyeru tentera Makkah berpatah balik. Hakim menemui Utbah bin Rabiah dan menyeru kepadanya: “Wahai Abu al-Walid kamu adalah salah seorang kenamaan Quraisy dan tokoh disegani percakapan, tidakkah kamu tahu , aku mengajak kamu kepada satu kebaikan yang kelak akan disebut sepanjang masa?” Tanya Utbah: “Apa perkaranya wahai Hakim?” Jawab Hakim: “Kau pulang ke Makkah bersama-sama orang kau dan kau bertanggungjawab juga dengan Amru bin al-Hadrami sekutu kau itu (yang terbunuh di dalam Sariyah Nakhlah)” Jawab Utbah: “Aku setuju dan berjanji, Amru adalah sekutu ku dan kau harus bertanggungjawab dengan pembayaran darah kematian dan kerugian harta bendanya.”
Kata Utbah kepada Hakim bin Hizam: “Kau jumpa Ibnu al-Hanziliyah (laitu Abu Jahal, al-Hanziliyah adalah ibunya) aku tidak curiga percanggahan pendapat selaih dari beliau”. Rabiah pun pergi menemui Quraisy: “Wahai kalian Quraisy demi Allah sesungguhnya tindakan kamu untuk berhadapan dengan Muhammad itu adalah suatu hal, hal yang harus dipertimbangkan, demi Allah sekiranya kamu berjaya melawannya, beliau masih lagi tidak senang untuk melihat muka-muka kamu, yang telah membunuh anak saudaranya atau anak saudara ibunya atau mana orang dari keluarganya, baliklah kamu dan biarlah Muhammad dan orang-orang Arab lain berhubungan dengannya, sekiranya beliau berjaya dengan usahanya itu maka itu juga sebahagian dari hasrat kamu, kalau tidak demikian beliau masih mendapat kamu dan kamu pula tidak menghalang apa yang hendak dilakukan oleh Muhammad dan sahabatnya”.
Hakim bin Hizam pula segera menemui Abu Jahal yang sedang mempersiapkan baju besinya, beliau pun terus berkata: “Aku ini disuruh oleh Utbah untuk berbuat begini-begini”, jawab Abu Jahal: ‘Demi Allah Utbah ini sudah terpukau dan besar diri, ketika beliau menyaksi Muhammad dan sahabat-sahabatnya”. “Tidak!! Demi Allah, kami tidak akan pulang hinggalah Tuhan menentukan qadarnya di antara kita dengan Muhammad, biarlah Utbah dengan kata-katanya itu, Utbah telah menyaksi Muhammad dan sahabat-sahabatnya beserta dengan anak Huzaifan yang sudah memeluk Islam itu sudah mampu memakan unta yang gemuk lalu beliau pun memomokkan kamu semua”.
Tapi bila mana percakapan Abu Jahal itu sampai ke pendengaran Utbah: “Demi Allah beliau sudah dipukau dan besar diri” maka kata Utbah: “Tunggulah dia akan tahu siapa yang bermegah dan besar diri, akukah atau dia?” Abu Jahal pun bergegas dan bersegera, takut-takut nanti penentangan semakin menjadi-jadi, selepas dialog itu beliau terus menghantar orang menemui Amir bin al-Hadhrami, iaitu saudara kepada Amru bin al-Hadhrami yang terbunuh di dalam pertempuran Sariyah Abdullah bin Jahsy, dengan sebutannya: “Itu dia Utbah sekutu kau, hendak pulang dengan pengikut-pengikutnya, kau sendiri menyaksikan kerja kita ini adalah menuntut bela darah terhadap saudara mu itu. Ayuh bangun carikan mana dia pencabar mu dan pembunuh saudara mu itu”. Dengan itu Amir pun segera bangun dan menunjukkan punggungnya sambil melaung: “Wahai Amru, semangat kalian pun memuncak dan bertekad untuk berperang malah mereka yakin peperangan pasti berlaku”, seruan Utbah kini musnah sudah, demikianlah keberanian mengatasi kebijaksanaan, tentangan Utbah itu hilang di awang-awangan, tidak sempat mencapai maksud dan tujuannya.
DUA PASUKAN KINI BERHADAPAN
Sebaik sahaja kaum musyrikin muncul dan dua pasukan bertentang mata, Rasulullah bersabda yang bermaksud:
“Ya Allah ya Tuhanku, Ini dia Quraisy yang telah tiba penuh kesombongan dan bongkak. mencabar Kau, mendusta Rasul Engkau. Ya Allah, ya Tuhanku berilah pertolongan Mu yang Kau janjikan itu, ya Allah ya Tuhanku, biarkan mereka musnah di pagi hari ini “.
Rasulullah bersabda semasa melihat Utbah bin Rabiah yang sedang berada di tengah-tengah kaumnya menunggang unta merahnya: “Kiranya ada seorang yang baik di kalangan golongan Quraisy maka pemilik unta merah itulah yang terbaik, itupun sekiranya mereka mentaatinya necaya mereka mendapat petunjuk.”
Di saat itu Rasulullah pun bertindak meluruskan dan mengemaskan saf tentera Islam, terjadi satu peristiwa ajaib, di mana pada masa itu Baginda sedang memegang sebatang kayu buat membetulkan saf Islam, Rasulullah mendapati Suwad bin Ghaziah terkeluar dari saf, oleh Rasul, Baginda pun menekan perut Suwad dengan batang kayu tadi dengan sabdanya: “Suwad betulkan saf!” teriak Suwad: “Sakit Rasulullah. Ini kena balas balik!”, Rasulullah pun membuka perut untuk dibalas balik hentakkan dengan kayu tadi dan sabdanya: “Ayuh balas balik”. Apa lagi Suwad pun memeluk perut Baginda dan mencium serta mengucupnya bertubi-tubi. Sabda Rasul: “Apa yang membawa kau berbuat begini, wahai Suwad”. Jawab beliau: “Yang terjadi itulah apa yang tuan hamba lihat itu, Daku nak jadikan itu sebagai detik terakhir untuk ku di mana kulit ku ini telah penyentuh kulit Rasulullah”. Rasulullah pun mendoakan sesuatu yang baik untuk beliau.
Setelah selesai mengemas saf, Baginda memerintah tenteranya supaya tidak memulakan peperangan, sehinggalah mereka menerima arahan yang terakhir, kemudian sekali lagi Baginda memberi arahan khusus mengenai peperangan dengan sabdanya yang bermaksud:
“Sekiranya mereka itu berduyun-duyun, panahlah mereka, tetapi berhemat dengan anak-anak panah kamu dan jangan hunuskan pedang kamu kecuali bila mereka membanjiri kamu, lepas itu Baginda pulang semula keperteduhan khusus bersama Abu Bakr”.
Ada pun kaum musyrikin telah disuarakan oleh Abu Jahal dengan perhimpunannya, Ya Allah ya Tuhanku itu dia orang yang memutus hubungan kami, yang membawa angkara yang belum pernah kami kenalinya, musnahkan mereka di pagi ini. Ya Allah, ya Tuhan kami tolonglah mana satu yang tercinta dan tersayang pada Mu di hari ini. Dengan doa ini beliau telah menghukum dirinya sendiri.
Mengenai semua ini Allah menurunkan ayat yang bermaksud:
Jika kamu(orang-orang Musyrikin) mencari keputusan.maka telah datang kepadamu dan jika kamu berhenti itulah lebih baik bagi mudah jika kamu kembali. Nescaya kami kembali pula dan angkatan perangmu sekali-kali tidak akan dapat menolak dari kamu sesuatu bahaya.biarpun dia ‘banyak dan sesungguhnya Allah bersama orang-orang beriman”.
(al-Anfaal: 19)
DETIK TERAKHIR DAN PENCETUS PEPERANGAN
Pencetus pertempuran ialah al-Aswad bin Abd aI-Asad al-Makhzumi, manusia yang ganas dan buruk pekerti, telah muncul ke hadapan sambil melaung: “Aku berjanji dengan Tuhan akan ku minum air takungan mereka, akan ku roboh takungan yang mereka bina dan aku rela mati untuk berbuat demikian”. Hamzah bin Abdul al-Muttalib pun segera keluar dan tidak lama kemudian, Hamzah secepat kilat memancung pahanya menyebabkan beliau terlentang ke belakang dengan tidak memberi kesempatan kepada beliau untuk sampai ke takungan air, namun beliau terus merangkak ke arah takungan hendak meminum juga dan untuk menunai juga sumpahannya tadi, tetapi Hamzah sekali lagi menerkam ke arahnya dengan pukulan maut, hingga tamat riwayat al-Aswad sedang beliau berada di dalam kawasan takungan untuk meminum juga air dari dalamnya.
PERTARUNGAN SATU LAWAN SATU
Kematian al-Aswad merupakan pencetus pertempuran, seterusnya tiga jaguh sekeluarga pilihan Quraisy telah keluar menawar diri untuk dicabar, mereka ialah Utbah, saudaranya Syaibah bin Rabiah dan al-Walid bin Utbah, mereka telah dijawab oleh tiga pemuda Ansar, Auf, saudaranya Muaz bin al-Harith (ibu mereka ialah Afra’) dan Abdullah bin Rawahah, tanya satria Quraisy: “Siapa kamu?” Jawab mereka: “Kami adalah lelaki Ansar.” Kata Quraisy: “Berpadanan dan setimpal, tapi kami tidak mahu kamu, yang kami hendak ialah anak bapa saudara kami, dan mereka melaung; Wahai Muhammad kemukakan kepada kami yang setimpal dari kaum keluarga kami”. Kata Rasulullah: “Ubaidah bin al-Harith, Hamzah, Ali, bangun”. Mereka pun segera ke hadapan, bila berhampiran, mereka bertanya: “Siapa kamu semua”, mereka pun memperkenalkan diri. Jawab Quraisy: “Ya, kamu adalah setimpal dan bangsawan.”
Mula-mula Abu Ubaidah di antara yang tertua dari yang ketiga-tiga mereka, tampil ke hadapan melawan Utbah bin Rabinh, kemudian Hamzah berhadapan dengan Syaibah dan Ali mencabar al-Wahid. Hamzah dan Ali langsung tidak memberi kesempatan kepada lawannya, malah kedua-dua lawan mereka terus tersungkur rapat ke tanah dengan pukulan kencang, adapun Abu Ubaidah dan pencabarnya, masing-masing terkena pukulan lawan, masing-masing tercedera, Ali dan Hamzah terus menyambar ke atas Utbah lantas membunuhnya. Mereka memapah Abu Ubaidah, sebelah kakinya terputus. Beliau meninggal dunia di al-Safra, empat atau lima hari selepas peperangan Badar, iaitu semasa kaum muslimin berjalan pulang ke Madinah dalam tempoh ini, beliau berdiam diri.
Saidina Ali menegaskan dengan bersumpah bahawa Ayat yang bermaksud:
“Inilah dua golongan (mukmin dan kafir) yang berbantahan tentang Tuhan mereka ” .
diturunkan mengenai mereka di dalam peperangan ini.
PELANGGARAN MENYELURUH
Berakhirnya pertarungan satu lawan satu merupakan permulaan yang malang terhadap kaum musyrikin, mereka telah kehilangan tiga tenaga utama dan pilihan wira penunggang kuda, malah ketiga-tiga mereka adalah di antara pemimpin Quraisy, dengan itu mereka naik berang, lantas mereka meluru ke arah tentera Islam.
Adapun kaum muslimin selepas bermunajat memohon pertolongan dari Tuhan mereka, dengan hati ikhlas berjuang kerana Allah, mereka terus berada di tempat mereka mempertahan serangan musyrikin, mereka tidak lebih dari bertindak mempertahankan diri, namun mereka berjaya, menyebabkan pihak musyrikin menerima kerugian yang parah, sambil melaung: Ahad, Ahad.
RASULULLAH MEMOHON DOA RESTU KEPADA TUHANNYA
Selepas mengemaskan saf tentera Islam, Rasulullah kembali ke tempatnya dengan bermunajat dan memohon restu kepada Allah akan janji-janjiNya yang dijanjikan itu dengan sabdanya yang bermaksud:
“Ya Allah Ya Tuhanku perkenankanlah apa yang telah Engkau janjikan, Ya Allah Ya Tuhan ku, aku memohon restu akan janjiMu itu .”
Hingga apabila peperangan memuncak, pejuangan menjadi sengit, kancah pertempuran sampai kepenghujungnya, Baginda sekali lagi memohon doa kepada Tuhannya:
“Ya Allah Ya Tuhanku sekiranya termusnah kelompok ini di hari ini nescaya Kau tidak disembah lagi, Ya Allah Ya Tuhanku sekiranya Kau kehendaki, maka Kau tidak akan disembah lagi selepas hari ini untuk selama-lamanya” .
Rasulullah bersungguh-sungguh dalam doanya, hingga terjatuh kain serban dari atas bahunya, Abu Bakr terpaksa meletakannya semula ke atas bahu Baginda dan berkata:
“Dah, cukup wahai Rasulullah dengan permintaan kau kepada Tuhan mu itu”.
Di masa itu Allah telah mewahyukan perintahNya kepada golongan malaikatNya yang bermaksud:
“Sesungguhnya Aku bersama kamu maka teguhkanlah pendirian orang-orang yang beriman. Kelak Aku akan jatuhkan rasa ketakutan ke hati-hati orang kafir “.
(al-Anfal: 12)
Dan Allah mewahyukan kepada RasulNya di bumi, Muhammad s.a.w yang bermaksud:
“Sesungguhnya Aku akan menurunkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut”.
(al-Anfaal: 9)
Ketibaan para malaikat, menyertai tentera Islam adalah secara berperingkat-peringkat bukan sekaligus.
PARA MALAIKAT TURUN KE BUMI
Rasulullah terlelap dan terlena sejenak, kemudian Rasulullah mengangkat kepalanya lantas bersabda:
“Terimalah berita mengembirakan ini wahai Abu Bakar, itu dia Jibrail yang berada di antara debu berterbangan”.
Di dalam riwayat Ibn Ishak menyebut: Rasulullah bersabda yang bermaksud:
“Terimalah berita yang mengembira wahai Abu Bakr. Pertolongan Allah telah melewati engkau itu dia Jibrail memegang kekang kudanya, memecutnya ke hadapan merentas debu-debu yang berterbangan itu “.
Kemudian Rasulullah keluar ke hadapan perteduhan dengan mengenakan baju besi dan menyebut ayat yang bermaksud:
“Kumpulan mereka yang bersatu itu tetap akan dikalahkan dan mereka pula akan berpaling lari”.
(al-Qamar: 45)
Seterusnya Baginda mengambil segenggam pasir dan menoleh ke arah kaum Quraisy sambil bersabda: “Musnah kalian semua” sambil melontar pasir itu ke arah Quraisy, menyebabkan tak seorang pun yang tidak terkena dengan pasir tadi, malah dengan izin Allah pasir itu terlontar ke telinga, mata, hidung dan mulut mereka semua. Dalam hal ini Allah berfirman yang bermaksud:
“Dan bukanlah engkau yang melempar ketika engkau melempar. Akan tetapi, Allah jualah yang melempar”
(al-Anfal: 17)
SERANG BALAS
Di masa itu Rasulullah mengarah tenteranya untuk membuat serangan balas terhadap tentera Quraisy dengan sabdanya: “Ayuh berkemas” dan merangsang mereka dengan semangat perjuangan. “Demi Tuhan yang jiwa aku di tangannya tak seorang pun yang memerangi mereka itu penuh kesabaran, perkiraan dengan Allah dan tidak lari, kemudian mati syahid kecuali di masukkan Allah ke dalam syurgaNya” dan sabdanya lagi: “Ayuh perolehilah syurga yang keluasannya adalah seluas petala langit dan bumi” di masa itu al-Umair bin al-Hammam mendengar kata-kata Rasulullah terus beliau bersuara: “Amboi, Amboi” demi Allah, aku mengharap diri ku ini salah seorang dari ahlinya” Jawab Rasulullah: “Kau adalah ahlinya” dengan itu beliau membawa keluar buah tamar dari uncangan sambil memakan, kemudian beliau menyebut pula, “Sampai bila hendak makan buah tamar ini, Ini tak boleh jadi” Dengan itu beliau terus mencampak buah tamarnya itu dan terus beliau bergelut sepenuhnya di dalam pertempuran hinggalah beliau syahid.
Manakala Auf bin al-Harith Ibni al-Afra’ pula bertanya Rasulullah dengan katanya: “Wahai Rasulullah apakah yang mengetawakan Tuhan dari tindakan hambaNya”, jawab Rasulullah: “Seorang yang bergelut dengan seterunya secara terdedah, baju besi yang dipakainya itu ditanggalkan dan dicampak buang, hanya menggenggam pedangnya dan terus berperang hingga jatuh syahid.”
Semasa Rasulullah mengarah serangan balas pihak seteru sudah pun tidak bersemangat lagi, keaktifan mereka bertarung pun sudah luntur, tindakan Rasulullah itu paling bijak, ianya telah memberi kesan yang mendalam pada saf kaum muslimin dan memperkukuhkan kedudukan tentera Islam, sebaik sahaja mereka menerima arahan membuat serangan, jiwa mereka membara dan bertambah cergas secergas kaum belia, dengan itu mereka membuat serangan tubi dan mengganyang barisan seteru seranapnya, pertahanan Quraisy terbadai bagaikan tikar digulung di sana sini. Kepala-kepala tercantas, badan-badan terkulai jatuh tertiarap ke bumi, tentera Islam semakin bersemangat apabila melihat Rasulullah merangsang mereka dengan pakaian baju besi sambil melaung:
“Akan kalah semua kelompok itu dan akan beredar lari”.
Kaum muslimin bersungguh-sungguh dan bermati-matian, para malaikat membantu mereka. Dalam riyawat Ibnu Said dari Ikrimah telah menyebut: Di hari itu ada kepala yang terpelanting jatuh dan tidak tahu siapa yang mengerjakannya, dan ada pula tangan jatuh dan tidak tahu siapa yang mengerjakannya dan dua puluh tangan yang terluka jatuh dan tidak tahu siapa yang memukulnya, Ibnu Abbas pula menyebut: Di ketika seorang Islam sedang mengasak musuh musyrikin yang di hadapannya tiba-tiba terdengar rembatan cemeti di sebelah atas dan suara penunggang kuda melaung: Ayuh, mara ke hadapan, wahai Haizum. Beliau pun memerhati musyrikin yang di hadapannya, orang lain pun menceritakan kisah yang sama juga, seorang Ansar telah menemui Rasulullah dan menceritakan sedikit kisah yang sama kepada Baginda, maka sabda Rasulullah s.a.w: “Memanag benar semuanya itu, dan itulah bantuan dari petala langit ketiga”. Kata Abu Daud al-Mazani: “Semasa aku sedang memburu lelaki musyrik belum sempat ku menentangnya tiba-tlba kepalanya sudah terjatuh, belum sempat lagi pedang ku mengena beliau, aku sedarlah yang membunuhnya itu bukannya aku, seorang lelaki Ansar membawa al-Abbas bin Abdul al-Muttalib tawanannya, kata al-Abbas: “Demi Allah bukan orang ini yang menawan aku, tetapi yang menawan aku seorang lelaki tangkas, berupa paras cornel menonggang kuda borek, tapi aku nampak dia bersama-sama kaum muslimin”, kata al-Ansar: “Sebenarnya daku yang menawannya wahai Rasulullah”. Jawab Baginda: “Senyap, sebenarnya kau telah dibantu oleh Malaikat yang mulia”.
IBLIS MENARIK DIRI DARI KANCAH PEPERANGAN
Iblis yang menyertai kaum musyrikin dengan menjelma sebagai Suraqah bin Malik bin Jaksyam al-Mudlaji telah mendapati kumpulan para malaikat bersama kaum muslimin melawan musuh-musuh mereka. Kaum musyrikin telah cabut lari, dan berpaling tadah, al-Harith bin Hisyam yang memegang orang yang disangka Suraqah telah menendang ke dadanya menyebabkan beliau tersungkur jatuh, kemudian ianya cabut lari, sedang kaum musyrikin melaung: “Ke mana Suraqah? Tidakkah kau mengatakan yang engkau membantu kami dan tidak akan berpisah dari kami?” Jawab Iblis: “Sebenarnya aku telah melihat sesuatu yang kamu tidak melihatnya, aku takut siksaan Allah yang amat pedih itu, Iblis lari dan mencampak dirinya ke dalam laut”.
KEKALAHAN YANG TERUK
Tanda-tanda kekalahan dan huru-hara dalam barisan musyrikin sudah mula kelihatan, manakala kaum muslimin terus membuat asakan bertubi-tubi ke hadapan tentera musuh, pertempuran hampir sampai ke penghujungnya, beberapa kelompok musyrikin telah berundur dan lari menyelamatkan diri. Bagi kaum muslimin itulah peluang terbaik untuk mereka menawan dan membunuh seteru-seteru mereka, hinggalah selesai peperangan dengan kemenangan di pihak kaum muslimin. Allahu akbar.
KEDEGILAN ABU JAHAL
Setelah Abu Jahal, Taghut Quraisy terbesar melihat tanda-tanda porak-peranda di dalam barisannya beliau telah cuba sedaya upayanya untuk berkeras dan menahan arus kemaraan tentera Islam. Beliau cuba merangsang tenteranya dengan melaung kepada mereka dengan suara dan sikap yang bengis. Kami tidak akan terkalah dek penarikan diri oleh Suraqah itu, dia itu ada perjanjian dengan Muhammad, janganlah kamu gerun kerana kematian Utbah, Syaibah dan al-Walid, malah mereka semua telah mara ke hadapan lebih awal, demi al-Lata dan al-Uzza kita tidak akan balik kecuali setelah kita memberkas mereka dengan tali-tali, apakah tidak boleh dua ribu orang kamu ini membunuh seorang pun dari mereka, ayuh, musnahkanlah mereka itu sehabisnya, hingga dapat kita mengajar mereka dengan kejahatan tindakan mereka.
Namun tidak lama kemudian Abu Jahal dapat melihat hakikat kesombongannya itu, dan tidak berapa lama pula, barisan musyrikin mula retak dan berpecah di hadapan arus serangan tentera Islam. Ya! Memang tinggal segelintir sahaja dari tentera musyrikin yang bertahan di sekeliling Abu Jahal, mereka membentuk satu benteng dari barisan berpedang dan tombak di sekeliling Abu Jahal, namun kesemuanya itu tidak mampu menyekat kemaraan tentera Islam, benteng yang dibentuk itu berkecai, dan kepala Taghut itu menampakkan dirinya.
Kaum muslimin mendapati ianya sedang beligar dengan kudanya untuk menemui ajal yang sedang menunggunya, darahnya akan mengalir dari tangan dua orang anak-anak al-Ansar.
KEMATIAN ABU JAHAL
Abdul al-Rahman bin Auf menceritakan: “Sesungguhnya daku di dalam saf peperangan Badar, bila aku memerhatikan di hadapan, aku dapati di kiri dan di kananku dua orang belia masih muda, daku bagaikan tidak berasa selamat terhadap diri mereka”. Salah seorang dari mereka bertanyakan padaku dan meminta merahsiakan penyataannya itu dari kawannya yang seorang lagi, katanya: “Pak Cik tunjukkan saya mana dia Abu Jahal”, jawabku: “Anakku! Apa yang kamu hendak buat dengannya?” katanya pula: “Saya mendapat tahu yang ianya selalu memaki Rasulullah s.a.w” tambah beliau lagi: “Demi Tuhan yang nyawa ku di tanganNya, kalaulah aku ternampaknya nescaya diri ku tidak akan renggang dari dirinya, kecuali kematian sahaja yang akan meragut mana-mana satu yang lebih segera ajalnya, aku kehairanan dengan sikapnya itu”. Kata Abdul al-Rahman lagi: “Sekali lagi aku dikerling oleh pemuda yang seorang lagi dengan isyarat sambil beliau berkata kepadaku seperti pemuda yang pertama juga, daku pun terus memandang-mandang ke arah Abu Jahal yang terkial-kial di tengah-tengah orang ramai”, dan ku berkata kepada mereka berdua: “Kamu tengok tak? “Itu dia orang yang kamu bertanyakan tadi”.
Kedua-dua mereka pun menerkam dengan pedang ke arah Abu Jahal dan segera menerbangkan nyawanya, terus mereka pergi menemui Rasulullah dan menceritakan kepada Baginda, lantas Rasulullah pun bertanya: “Siapa di antara kamu yang membunuhnya? Jawab tiap dari mereka: “Saya Rasulullah”. Tanya Baginda: “Apakah kamu sudah mengesat pedang kamu?” Jawab mereka: “Tidak, Rasulullah pun melihat kepada kedua-dua pedang mereka”, maka sabda Rasulullah s.a.w: “Ya kedua-dua kamulah yang membunuhnya”. Setelah selesai peperangan Rasulullah pun menyerahkan rampasan perang kepada kedua-dua pemuda tadi iaitu Muaz bin Amru bin al-Jumahi dan Muawiz bin Afra’.
Ibnu Ishak meriwayatkan bahawa Muaz bin Amru bin al-Jumahi berkata: “Daku dengar cerita mengenai kaum musyrikin dan Abu Jahal sedang dikawal rapi, bak pokok besar yang diselaputi oleh pokok semalu yang rimbun, sukar untuk ditembus benteng pengawalan itu, beginilah gambaran pedang-pedang dan tombak-tombak yang memagar Abu Jahal”. Mereka semua melaung: “Abu al-Hakim sukar untuk sampai kepadanya.” Kata Muaz: “Bila aku mendengar laungan itu, aku terus memberi perhatian dan bertekad untuk mendapat peluang, sebaik sahaja aku mendapati kesempatan membuat pukulan terus ku menerpa dan memenggal separuh kakinya, demi Allah tiada bahasa yang dapat ku gambarkan peristiwa ini selain dari gambaran sebiji keras yang dipecahkan dengan hentakan kayu hingga berkecai kulitnya itulah gambaran yang dapat kugambarkan, di masa itu anaknya Ikrimah telah menetak aku dengan pedangnya hingga terkulai sebelah tanganku yang masih tersangkut dengan kulitku, peperangan sengit menyiksaku, sepanjang hari itu aku berperang dengan mengheret tangan ku yang terkulai itu, bila terasa membebankan sangat ku pijak dengan kakiku hingga ianya tercabut putus dari badanku”. Di masa itu Mu’az bin Afra’, melalui berhampiran Abu Jahal yang sudah cedera itu, Mu’az pun terus menggasak Abu Jahal dengan pedangnya hingga terhumban jatuh dan ditinggalkan bernyawa ikan, sedang Mu’az terus berperang hingga jatuh sebagai seorang syahid.
Setelah selesai peperangan Rasulullah s.a.w memerintah supaya dicari Abu Jahal dengan sabdanya: Siapa boleh tengok apa yang dilakukan oleh Abu Jahal, semua orang keluar mencari-cari Abu Jahal, akhirnya Abdullah bin Masud r.a menjumpainya yang masih bernyawa ikan, Abdullah meletakkan kakinya ke atas leher Abu Jahal dan memegang janggutnya untuk memenggal kepalanya dan berkata adakah Allah memalukan kau wahai musuh Allah?” Tanya Abu Jahal: “Dengan apa dimalukan aku? Tiada sebarang aib pun ke atas ku, aku tidak lebih dari seorang yang dibunuh oleh kaumnya sendiri. Atau apakah aku ini lebih dari seorang yang kamu bunuhnya?” dan katanya lagi: “Aku mahu bukan orang bawahan yang membunuh aku”, dan tanya Abu Jahal: “Hari ini suasana berpihak kepada siapa?” Jawab Ibnu Masud: “Kepada Allah dan RasulNya?” kemudian beliau berkata lagi kepada Ibnu Masud yang sedang meletak kakinya ke atas leher Abu Jahal: “Kau sedang mendaki satu tangga yang sukar wahai si pengembala kambing”. Dan memanglah sebelum ini Ibnu Masud adalah seorang pengembala kambing di Makkah.
Setelah selesai dailog di antara mereka ini Ibnu Masud pun memenggal lehernya dan dibawanya ke hadapan Rasulullah s.a.w seraya berkata: “Wahai Rasulullah, Ini dia kepala Abu Jahal musuh Allah”, jawab Rasulullah dan Baginda mengulanginya tiga kali kemudian menyebutnya lagi: “Ayuh tunjukkan daku mana dia jasad Abu Jahal itu”, kami pun pergi ke tempat jasadnya yang tersadai itu dan menunjukkannya kepada Baginda dan kemudian Baginda bersabda: “Inilah dia Firaun umat ini”.
PENAMPILAN IMAN DI DALAM PERISTIWA INI
Sebelum ini telahpun kita kemukakan dua contoh penampilan iman dan akidah, iaitu Umair bin al-Hamaman dan Auf bin al-Harith ibni Afra’, di dalam peristiwa Badar ini terserlah gambaran-gambaran perjuangan yang indah, padanya terserlah kekuatan aqidah dan kemantapan prinsip, di dalam peristiwa ini si bapa berhadapan dengan si anak, si
abang berhadapan dengan adiknya, prinsiplah yang memisahkan mereka dan pedang pula yang menceraikan mereka, yang tertewas berhadapan dengan yang menang, maka dengannya legalah dan puaslah perasaan dendam di hati.
1. Ibnu Ishak meriwayatkan dari Ibnu Abbas menceritakan bahawa Rasulullah telah berkata kepada sahabatnya: “Aku telah memastikan di mana terdapat beberapa orang dari Banu Hasyim yang menyertai peperangan bagi pihak Quraisy sebenarnya mereka itu dipaksa, mereka tidak bertujuan memerangi kita di sini, sesiapa di antara kamu yang berhadapan dengan mereka janganlah membunuh mereka, sesiapa yang menemui Aba al-Buhturi bin Hisyam janganlah membunuh beliau dan sesiapa yang menemui al-Abbas bin Abdul Muttalib janganlah membunuh beliau kerana beliau keluar secara terpaksa”. Abu Huzaifah bin Utbah pun bertanya: “Apakah harus kami membunuh bapa-bapa kami, ernak-emak kami saudara-saudara kami dan keluarga kami kemudian al-Abbas dibiarkan, demi Allah kalau ku berhadapan dengan al-Abbas pasti ku bunuhnya, atau ku tikamnya dengan pedang ini”. Kata-katanya itu sampai ke pendengaran Rasulullah (s.a.w) terus Baginda berkata kepada Umar bin al-Khattab: “Wahai Abu Hafs apakah layak muka bapa saudara Rasulullah dipukul dengan pedang? Kata Umar: “Wahai Rasulullah, biarkan sahaja daku memenggal lehernya dengan pedang ku ini, demi Allah beliau itu munafiq”.
Dengan itu Abu Huzaifah merungut: “Sebenarnya aku terus tidak merasai sejahtera dengan kata-kataku itu sejak hari ku lafazkan dan ku masih lagi takut dengannya kecuali sekiranya daku dikifaratkan dengan mati syahid”. Akhirnya beliau dikurniakan dengan kematian sebagai seorang syahid di medan peperangan di al-Yamamah.
2. Larangan untuk tidak dibunuh Abu al-Buhturi, kerana beliaulah yang menghalang kaum musyrikin dari membunuh Baginda semasa di Makkah, beliau tidak pernah menyakiti Baginda dan tidak pula melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan Baginda dan beliaulah orang yang bertindak membatalkan watiqah pemboikotan Quraisy terhadap Banu Hasyim dan Banu al-Muttalib.
Namun walau bagaimanapun Abu al-Bukhturi terbunuh juga (Qada’ dan Qadar), ceritanya: al-Majzar bin Zaid al-BuIwi telah bertemu dengan Abu al-Bukhturi di dalam kancah peperangan bersama dengan kawannya yang turut berperang di sampingnya, maka kata al-Majzar wahai Abu al-Bukhturi sebenarnya Rasulullah telah melarang kami membunuh kamu. Tanya Abu al-Bukhturi: Dan juga kawan ku ini? Jawab al-Majzar: Tidak! Demi Allah kami tidak boleh kecualikannya. Jawab Abu al-Bukhturi: Demi Allah kalau demikian aku mesti mati bersamanya, mereka berdua terus menyerang. Bagi al-Majzar tidak ada pilihan selain dari membunuh kedua-duanya.
3. Abdul al-Rahman bin Auf semasa jahiliah adalah kawan kepada Umaiyah bin Khalaf di Makkah, semasa di Badar Abdul Rahman bin Auf menemui Umaiyah sedang berdiri di samping anaknya yang bernama Ali sarnbil memegang tangannya, Abdul Rahman sedang membawa baju-baju best yang telah dirampasnya bila mereka berdua terpandang Abdul al-Rahman, Umaiyah pun berkata:
Adakah kau perlukan sesuatu pada aku? Daku ini lebih berharga dari baju-baju besi yang kau tawankan itu, yang tidak pernah ku lihatnya seperti yang di hari ini, apakah kamu tidak memerlukan susu-susu?
Maksud Umaiyah bahawa sesiapa sahaja yang menawannya beliau akan bayarkan harga pembebasan diri
dengan unta-unta yang mengeluarkan susu-susu yang banyak. Dengan itu Abdul al-Rahman pun mencabut butang baju-baju besi dan memegang kedua-duanya. Dan Abdul al-Rahman pun mencerita selanjutnya: Umaiyah telah berkata kepada aku sedang ku berdiri di antara Umaiyah dan anaknya:
Siapakah orang yang bersemat dengan bulu burung kasawari di dadanya itu? Jawab Abdul al-Rahman itulah dia Hamzah Ibni Abdul al-Muttalib, jawab Umaiyah: Dialah yang telah mengganyangkan kami sepanjang peperangan.
Cerita Abdul al-Rahman: Demi Allah ketika ku sedang membawa kedua-duanya tiba-tiba Bilal terpandang Umaiyah yang bersama ku, dan Umaiyah inilah yang menyiksa beliau semasa di Makkah dahulu. Bilal menjerit:
Kepala kafir Umaiyah bin Khalaf, kalau orang boleh lepas tapi kau tidak akan lepas, kalau kau hendak lari di hari ini. Ku melaung: Wahai Bilal mereka ini tawananku. Jawab Bilal: Tidak lepas kalau hendak lari di hari ini. Kataku:
Tidakkah kau dengar wahai anak Hitam: Laung Bilal: Tidak lepas kau hendak lari. Beliau melaung selantang-lantang suaranya: Wahai Pembantu Allah, kepala kafir, Umaiyah bin Khalaf berada di sini tidak lepas, kalau orang lain lepas tapi kau tidak akan lepas, kalau hendak lari. Kata Abdul al-Rahman: Mereka semua melingkunginya, hingga jadi seperti sekepal nasi, aku cuma melindunginya sambung Abdul al-Rahman lagi: Tiba-tiba seorang lelaki memukul anak Umaiyah dengan pedangnya hingga terjatuh, di masa itu Umaiyah pun menjerit belum pernah lagi ku mendengar jeritan seperti itu, dan ku berkata: Ayuh lari dan selamatkan dirimu, dan sebenarnya tiada tempat baginya untuk menyelamatkan dirinya, demi Allah tiada suatu pun yang mampu menyelamatkan kau, dengan itti mereka mengganyang kedua-duanya dengan pedang-pedang mereka hingga selesai, menyebabkan Abdul al-Rahman berkata: Semoga Allah mengasihani Bilal, baju-baju besi rampasan perangku telah hilang, dan ku dikejutkan dengan pembunuhan ke atas tawanan ku.
Di dalam kitab “Zad al-Maad” Abdul al-Rahman telah menyuruh Umaiyah dengan katanya: Ayuh rebahkan dirimu, maka Umaiyah pun me rebahkan dirinya dan Abdul al-Rahman merebahkan dirinya ke atas Umaiyah buat melindunginya, namun mereka semua terus memukulnya dari bawah ku, hingga terbunuh. Menyebabkan kaki Abdul al-Rahman juga terkena tetakan.
4. Di peperangan Badar juga terjadi di mana Umar bin al-Khattab membunuh bapa saudaranya (Khal: bapa saudara dari pihak ibunya) al-Aas bin Hisyam bin al-Mughirah.
5. Di dalam peristiwa ini Abu Bakr al-Siddiq melaungkan kepada anaknya Abdul al-Rahman yang turut bersama kaum musyrikin dengan katanya: Mana dia hartabendaku wahai si hodoh bedebah?. Jawab Abdul al-Rahman:
Tiada yang tinggal selain kuda Dan pedang buat membunuh si beruban tua
6. Setelah kaum muslimin memegang tawanan mereka, sedang Rasulullah di dalam perteduhannya dan Sa’d bin Muaz berdiri di pintu mengawal Baginda dengan pedangnya, Rasulullah memerhati kemuka Sa’d dan mendapat sesuatu yang tidak kena padanya, dengan tindakan kaum muslimin itu. Sabda Rasulullah: “Nampaknya, bagaikan sesuatu yang tidak kena pada kau dengannya tindakan mereka itu?” Jawab beliau: “Bahkan Wahai Rasulullah. Peristiwa Badar ini merupakan kejadian pertama yang ditakdirkan Allah terhadap kaum musyrikin, aku lebih suka berlaku pembunuhan ke atas orang musyirikin daripada membiarkan mereka hidup”.
7. Di hari berkenaan pedang Akasyah bin Mahsan al-Usdi terpatah, beliau pun segera mengadu hal kepada Baginda, maka oleh Baginda diserahkan kepada Akasyah sebatang kayu, sabda Baginda: “Ayuh berperanglah kau dengan’benda ini”. Sebaik sahaja beliau mengambilnya dari Rasulullah dan diacu-acukan dengannya, tak semena-mena, ianya bertukar menjadi sebilah pedang panjang waja besinya, bermata putih dan tajam. Beliau berperang dengannya hinggalah Allah memberi kemenangan kepada kaum muslimin. Pedang itu dikenal dengan “al-A’wn” bererti pertolongan, pedang itu kekal bersama beliau dengannya beliau menghadiri pertempuran-pertempuran hinggalah beliau syahid di dalam peperangan al-Riddah dengan keadaan pedang itu kekal bersama-samanya.
8. Setelah selesai peperangan Musab bin Umair bertemu dengan saudaranya Abu Aziz bin Umair yang juga telah turut serta memerangi kaum muslimin, didapatinya sedang diberkas oleh seorang Ansar maka kata Musab kepada al-Ansar tadi: Kemaskan ikatannya kerana ibunya seorang hartawan, boleh jadi ibunya akan menebuskannya nanti, maka kata Abu Azizi kepada saudaranya Musab: Apakah itu pesanan kau terhadap ku ini? Jawab Musab: Beliau ini saudara ku bukannya kau.
9. Semasa diperintah supaya mayat-mayat kaum musyrikin dicampak ke dalam lubang, dan diseretnya mayat Utbah bin Rabiah, Rasulullah terpandang muka anaknya Abu Huzaifah yang dalam keadaan muram dan masam, sabda Rasulullah: “Wahai Abu Huzaifah! Bagaikan kau merasakan sesuatu terhadap bapa kau itu”. Jawab beliau: “Tidak! Demi Allah, wahai Rasulullah, daku tidak merasai tentang kematian ayahku itu, cuma aku ini memang mengenali bapaku sebagai seorang yang berpandangan luas, kepintaran yang waras dan kelebihan tak terbatas, sebenarnya ku mengharapkan supaya beliau dihidayatkan Allah kepada Islam, tapi setelah ku menyaksi apa yang telah menimpanya, dan kematiannya di dalam kafir, harapan ku musnah sama sekali dan inilah yang mendukacitakan daku”. Lalu Rasulullah pun mendoakan kebaikan dan mengharapkan sesuatu yang baik untuk beliau.
QURBAN KEDUA-DUA BELAH PIHAK
Peperangan berakhir dengan kekalahan yang teruk bagi pihak musyrikin dan pembukaan serta kemenangan yang menyeluruh bagi pihak muslimin. Seramai empat belas orang telah terkorban sebagai syahid, enam muhajirin dan lapan al-Ansar. Manakala kaum musyrikin telah mengalami kerugian harta benda dan nyawa amat parah, terbunuh tujuh puluh orang dan berpuluh-puluh orang yang lain menjadi tawanan, keseluruhan mereka adalah lapisan pemimpin, kepala dan ketua.
Sebaik sahaja selesai peperangan Rasulullah pun tampil ke hadapan memerhati mangsa-mangsa musyrikin dan sabdanya: “Kamu sejahat-jahat keluargaku terhadap Rasul kamu, kamu mendusta sedang orang lain mempercayai daku, kamu mengecewakan daku, sedang orang lain membantu daku, kamu menghalau daku sedang orang lain membela daku”.
Kemudian Rasulullah memerintah supaya mereka semua dicampak ke dalam lubang pengambusan Badar. Abu Talhah meriwayatkan bahawa Rasulullah memerintah supaya mencampak empat belas bangkai pemuda-pemuda Quraisy ke dalam lubang-lubang pengambusan Badar, persemadian kuncu-kuncu jahat. Selama tiga hari bila baginda melalui di situ. Rasulullah berdiri di kawasan pengambusan, di hari ketiga Rasulullah ke sana dengan tunggangannya setelah
menambat binatang tunggangannya, Baginda berjalan kaki dengan diikuti oleh para sahabatnya. Rasulullah berdiri ditepi tebing lubang dan Baginda menyeru kepada mereka yang dikambus di situ serta menyebutkan nama-nama mereka dan nama bapa-bapa mereka: “Wahai pulan bin pulan, wahai pulan bin pulan, adakah mengembirakan kamu kerana kamu mentaati Allah dan RasulNya? Sesungguhnya kami mendapati apa yang telah dijanjikan Tuhan kami itu benar”. Maka tanya Saidina Umar: “Wahai Rasulullah apakah yang tuan hamba bercakap dengan jasad-jasad yang tidak bernyawa itu?” Jawab Rasulullah: “Demi jiwa Muhammad di tanganNya. Kamu tidak lebih mendengar dari apa yang didengar oleh mereka itu”. Dan di dalam riwayat yang lain:
“Kamu tidak lebih mendengar dari mereka, cuma mereka tidak boleh menjawab”.
MAKKAH MENERIMA BERITA KEKALAHAN
Orang-orang musyrikin lintang pukang lari dari medan pertempuran, di dalam Jusaha menyelamatkan diri, masing-masing bertempiaran ke lorong-lorong dan jalan-jalan ditepian bukit menuju ke Makkah dengan perasaan tidak tahu bagaimana hendak memasuki kota Makkah, lantaran malu dan merasa aib.
Mengikut cerita Ibn Ishak dengan katanya: Orang pertama yang cedera sampai ke Makkah ialah al-Haisaman bin Abdullah al-Khuzai, pihak Quraisy yang berada di Makkah terus menyoal beliau kata mereka: Apa yang sudah terjadi? Jawab al-Haisaman: Mereka yang terbunuh ialah Utbah bin Rabiah dan saudaranya Syaibah, Abu al-Hakim bin Hisyam (Abu Jahal), Umaiyah bin Khalaf dan tokoh-tokoh yang lain yang dilaporkan oleh al-Haisaman, semasa beliau membilang tokoh-tokoh Quraisy, Sufwan bin Umaiyah yang sedang duduk di dalam Hajar Ismail menyampuk dengan katanya: Demi Allah kalau dia masih berakal dan ingat, tanyalah beliau mengenai diri ku ini maka kata mereka: Apa yang telah dilakukan oleh Sofwan bin Umaiyah. Kata al-Haisaman: Itu dia orangnya, sedang duduk di dalam al-Hijr, demi Allah sesungguhnya aku telah menyaksi bapa dan saudaranya ketika mereka dibunuh.
Abu Raf pembantu Rasulullah menceritakan: Semasa ku sebagai budak suruhan al-Abbas, masa itu cahaya Islam telah pun menyeluruh hidup kami sekalian Ahl al-Bait, al-Abbas telah memeluk Islam, juga Ummu al-Fadhl dan daku sendiri tapi al-Abbas merahsiakan keislamannya. Semasa peristiwa Badar Abu Lahab tidak turut serta, bila berita kekalahan Quraisy sampai kepadanya beliau memendamkannya, dan kini Allah memalukannya, sedang kami pula merasai sesuatu kebanggaan dan kekuatan pada diri kami, aku adalah menusia dhaif. Kerjaku membuat bijana, aku mengukirkannya di perkarangan telaga Zamzam, demi Allah semasa ku sedang mengukir bijana-bijana ku di mana Ummu al-Fadhl duduk di sampingku. Alangkah gembiranya sebaik sahaja kami mengetahui berita peperangan Badar itu, tiba-tiba Abu Lahab berjalan menyeret-nyeret kakinya dengan niat jahatnya, terus beliau duduk di atas seketui batu, belakang ku membelakanginya, semasa tengah duduk tiba-tiba orang ramai meneriak: Itu dia Abu Sufian bin al-Harith bin Abdul Muttalib telah pun tiba. Maka sahut Abu Lahab dengan katanya: Ayuh mari ke sini, demi jiwa kau! pasti ada berita. Kata Abu Rafi’: Abu Sufian pun duduk di sampingnya, orang-orang lain melingkunginya. Kata Abu Lahab: Wahai anak saudaraku cuba kau ceritakan apa kisah lanjut mengenai semua orang kita itu? Kata Abu Sufian: Apa yang berlaku, sebaik sahaja kita berhadapan dengan mereka, bagaikan kita menyerahkan bahu-bahu kita, untuk mereka membunuh kita sekehendak hati mereka, menawan kita sekehendak hati mereka, demi Allah dalam keadaan demikian aku tidak dapat mengumpulkan orang-orang kita, dalam keadaan demikian kami berhadapan dengan lelaki-lelaki serba putih memecut kuda di antara langit dan bumi. Demi Allah tak suatu pun yang ditinggalkan kesemuanya dikerjakannya.
Kata Abu Rafi’: Aku pun mengangkat hujung ketul batu yang diduduki Abu Lahab tadi dengan tangan ku sambil ku berkata: Demi Allah itulah dia yang dikatakan Malaikat. Di masa itu Abu Lahab pun mengangkat tangannya dan menempeleng mukaku sehabis tenaganya, aku lawan balik, namun beliau memaut tubuh dan merebahkanku ke tanah dan terus beliau duduk ke atas sambil memukul dan melanyakkan ku, apa nak buat aku seorang yang lemah dan dhaif, di ketika itu Ummu al-Fadhl bingkas bangun memegang seketui batu bujur dan dihentaknya ke kepala Abu Lahab hingga luka dan meneriak: Kau perlecehkannya di ketika tuannya tak ada di rumah, masa itu Abu Lahab pun bangun dan beredar dari situ dengan malu. Demi Allah Abu Lahab tidak sempat hidup lama kerana di hari ketujuh lepas kejadian beliau telah diserang sejenis kudis bernanah yang memang sial pada anggapan orang Arab, beliau mati lantaran penyakit tadi, matinya dibiarkan oleh anaknya tanpa dipedulikan, selama tiga hari tiada siapa pun mendekati atau mengambusnya, namun takut dikecam oleh masyarakat Arab kerana bersikap sambil lewa itu maka anak-anaknya pun menggali lubang untuk mengambus, itupun mereka menolak ke dalam lubang dengan ranting-ranting kayu dan melontar anak-anak batu untuk menimbus lubang pengambusan dari jarak jauh akhirnya tertimbus juga.
Demikianlah Makkah menerima berita kekalahan di medan peperangan Badar yang parah itu. lanya memberi kesan yang amat mendalam di jiwa mereka, namun mereka melarang sebarang teriak tangis tanda perkabungan untuk mengelak ejekan kaum muslimin.
Di antara cerita-cerita pelik ialah aI-Aswad bin al-Muttalib yang kehilangan tiga orang puteranya di dalam peristiwa Badar, beliau suka agar kehilangan mereka itu ditangisi, beliau seorang yang cacat penglihatan, pada masa itu beliau terdengar suara tangisan dan ratapan kematian oleh seorang wanita. Beliau menghantar budak suruhannya dengan katanya: Pergi tengok apakah dibolehkan tangisannya dan ratapan? Adakah Quraisy telah meratapi di atas kehilangan-kehilangannya? Semoga aku boleh meratapi ke atas anakku Abu Hakimah, kerana sabariku sudah kehangusan. Budak suruhan pulang sambil berkata: lanya seorang wanita menangis kerana kehilangan untanya, Aswad pun tidak tertahan lagi terus meratap dalam madahnya:
Perempuan menangis dek unta kehilangan
lena tak mengunjung ruang mata kau pula tak meratapi Bakar kematian
Kan Badar tidak membawa tuah Di Badar Banu Hasis dan Makhwm
Anak Abu al-Walid menjadi tawanan Tangislah dek kehilangan Uqail
Asad singa Arab meratapi Harith Semuanya tiada setara ratapan
Abu Hikmah, tiada bandingan Selepas kematian kalian mengarah
Tanpa Badar masakan kalian memerintah.
AL-MADINAH MENERIMA BERITA KEMENANGAN
Sebaik sahaja kaum muslimin mencapai kemenangan, Rasulullah pun mengutus dua pemberitahu berita gembira kepada penduduk al-Madinah, buat melapor berita segera
dan terkini mengenai perkembangan mutakhir di medan pertempuran, Abdullah bin Rawahah diutus kepada penduduk al-Aliah dan Zaid bin Harith kepada penduduk al-Safilah.
Kaum Yahudi dan Munafiqin telah menyebar berita-berita palsu, di antaranya berita pembunuhan Rasulullah (s.a.w). Kebetulan pula seorang munafiqin melihat Zaid bin Harith menunggangi unta Rasulullah al-Qaswa. Apa lagi mereka pun cepat-cepat menyebar berita kematian Rasulullah dengan katanya: Muhammad (s.a.w) telah terbunuh, Unta itu kami kenali, dia kepunyaan Muhammad (s.a.w), si Zaid itu pulang ke Madinah, kerana kekalahan hingga tidak tahu hendak menceritakan peri ketakutan yang melandanya. Setibanya dua orang utusan Rasulullah itu, kaum muslimin pun segera melingkungi mereka dan mendengar cerita-cerita lanjut, dengan itu pastilah mereka kemenangan yang muktamad kepada kaum muslimin, maka keriangan dan kegembiraan pun terbayang di setiap wajah, di bumi al-Madinah bergegar dengan laungan tahlil dan takbir, pimpinan Muslimin yang berada di Madinah keluar beramai-ramai ke jalan arah Badar, untuk memberi tahniah kepada Rasulullah dengan kemenangan yang agung itu.
Kata Usamah bin Zaid: Berita kemenangan kaum muslimin itu sampai kepada kami, setelah kami selesai meratakan tanah kubur Rokiah binti Rasulullah, isteri Uthman bin Affan (r.a), kerana Rasulullah memerintah daku mengganti Baginda untuk menjaga puterinya bersama Uthman bin Affan.
TENTERA RASULULLAH BERGERAK MENUJU KE MADINAH
Selepas peperangan Rasulullah tinggal di Badar selama tiga hari, sebelum bergerak pulang berlaku sedikit perselisihan pendapat mengenai pembahagian harta rampasan, tetapi setelah perselisihan menjadi parah Rasulullah pun memerintah supaya semua rampasan yang di dalam tangan mereka dipulangkan semula, mereka semua pun akur dan patuh. Setelah itu wahyu pun turun bagi mengatasi perselisihan yang berlaku.
Ubbadah bin al-Samit meriwayatkan: Kami keluar bersama-sama Rasulullah (s.a.w), daku mengikuti peperangan Badar bersama Baginda, setelah pertempuran berlaku di antara dua pihak dan berakhirlah peperangan dengan kekalahan musuh Allah, malah sebahagian tentera Islam terus memburu saki baki musuhnya yang lari bertempiaran, menyelamat diri masing-masing. Sebahagian yang lain mengumpul rampasan-rampasan yang ditinggalkan itu, manakala sekumpulan yang lain pula sedang mengeHlingi Rasulullah mempertahankan diri baginda dari diserang, hingga apabila malam tiba, semua orang berhimpun di suatu tempat hingga berkatalah mereka yang mengumpul harta rampasan tadi: Sebenarnya kamilah yang mengumpulkan semua harta rampasan ini, siapa pun tidak berhak mengambilnya, namun mereka yang memburu seteru yang lari berkata: Bukan kamu yang lebih berhak dari kami, kerana kamilah yang memburu seteru habis-habisan dan kamilah yang menghalang mereka. Maka berkatalah mereka yang mengawal Rasulullah: Kami ini mengawal Rasul kerana takut-takut baginda diserang oleh seteru. Dalam Suasana begini maka turunlah ayat Allah yang bermaksud:
“Mereka bertanyakan kamu mengenai harta rampasan perang. Katakanlah: “Harta rampasan perang itu kepunyaan Allah dan Rasul, sebab itu bertaqwalah kepada Allah dan perbaiklah hubungan di antara sesama mil, dan taatlah kepada Allah dan RasulNya, jika kamu adalah orang-orang yang beriman “.
(al-Anfal: 1)
Dengan ini Rasulullah pun, membahagikan rampasan tadi di antara kaum muslimin.
Setelah tiga hari Rasulullah di Badar baginda mengerakkan tentera ke Madinah bersama-sama dengan orang-orang musyrikin yang menjadi tawanan, mereka dibawa bersamanya harta-harta rampasan perang, di mana Abdullah bin Kaab dilantik seba&ai amir yang bertanggungjawab ke atas rampasan-rampa’ian. Setibanya di segenting al-Safra’ Baginda singgah di dataran yang terletak di antara segenting dan al-Naziah, di situ Baginda membahagikan harta rampasan di kalangan kaum muslimin, setelah baginda mengambil seperlima darinya.
Bila sampai ke al-Safra’ Baginda (s.a.w) mengarah supaya dibunuh al-Nadr bin al-Harith, beliaulah pembawa panji kafir musyrikin di Badar, beliau merupakan sejahat penjenayah Quraisy, sejahat-jahat manusia yang mengecam Islam, dan beliau juga orang yang menyakiti Rasulullah, beliau dibunuh oleh Saidina Ali bin Abi Talib.
Setelah sampai ke “Irq al-Zibyah” Baginda memerintah supaya membunuh Uqbah bin Abi Muit, kerana seperti yang telah diperkatakan, beliaulah orang yang bertanggungjawab menganiayai Rasulullah, mencampak pundi najis sembelihan ke atas kepala Rasulullah, semasa
baginda bersolat, dan beliau juga pernah mencekik leher Rasulullah dengan kainnya, hampir-hampir membunuh Rasulullah, kalau tidak dicelah oleh Abu Bakr, setelah diperintah untuk dibunuh. beliau merayu: Siapalah yang akan menjaga anak-anak kecil wahai Muhammad? Jawab baginda: Api menjaganya. Akhirnya beliau dibunuh oleh Asim bin Thabit al-Ansari, ada pendapat mengatakan Saidina Ali yang membunuhnya.
Hukuman membunuh dua orang kepala Thaghut ini adalah kemestian dari segi undang-undang perang, kerana mereka bukan sekadar tawanan perang, malah mereka berdua adalah penjenayah perang berdasarkan kanun semasa.
PERUTUSAN MENYAMPAIKAN TAHNIAH
Sesampainya Rasulullah (s.a.w) ke al-Rauha’, Baginda telah disambut oleh ketua-ketua kaum muslimin, yang telah keluar beramai-ramai untuk memberi tahniah dengan kemenangan ulung itu. Setelah mereka mendapat berita yang mengembirakan itu dari dua orang utusan yang dihantarkan oleh Baginda terdahulu. Maka Salmah bin Salamah bertanyakan mereka: Apakah yang hendak kamu ucapkan kepada kami? Demi Allah, apa yang kau ketemui di sana tak lebih dari Atok-atok’ yang botak kepalanya, badan seperti unta-unta gemuk. Ungkapan itu menjadikan Rasulullah senyum riang, sabda Baginda: Wahai anak saudaraku mereka adalah golongan al-Mala’, golongan atasan.
Dan kata Usayid bin Hadir: Wahai Rasulullah, al-Hamdulillah, pujian kepada Allah, Dialah Tuhan yang memberikan kemenangan kepada tuan hamba dan berpuas hatilah dengannya, demi Allah wahai Rasulullah, sebenarnya tidak nadir ku bersama Rasulullah ke Badar itu, kerana dalam sangkaan ku tuan hamba tidak akan bertemu dengan musuh tetapi yang ku sangka ialah Qafilah yang membawa barangan perniagaan, kalau ku tahu ianya musuh pasti tidak ku lepaskan peluang ini, jawab Rasulullah: Ya kata-kata mu itu benar.
Setelah itu Rasulullah pun memasuki al-Madinah sebagai seorang yang memperolehi kejayaan dan kemenangan, kini baginda ditakuti musuh-musuh di sekeliling al-Madinah, ramai pula orang Madinah memeluk Islam, malah Abdullah bin Ubai dan pengikutnya pun memeluk Islam secara zahir.
Tawanan perang memasuki al-Madinah sehari selepas Baginda sampai, mereka dibahagi-bahagikan di antara sahabat baginda, semasa pembahagian baginda berpesan supaya bertindak baik terhadap mereka, di masa itu para sahabat memakan tamar sedangkan tawanan dilayan dan diberi roti mematuhi pesanan Rasulullah (s.a.w).
PERMASALAHAN TAWANAN
Setibanya di Madinah terus Baginda mengambil pendapat para sahabat mengenai tawanan perang itu. Pendapat Abu Bakr: Wahai Rasulullah, tawanan ini pada umumnya, mereka adalah anak-anak saudara dan sanak keluarga, juga taulan, pada pendapat hamba kita berikan peluang mereka untuk ditebus, hingga dengan nilai yang kita ambil itu akan menjadi satu kekuatan untuk menentang kuasa kafir. Dan semoga Allah memberi taufiq dan hidayat kepada mereka nanti, kelak mereka menjadi kekuatan penyumbang kepada kita. Kata Rasulullah (s.a.w): Apa pula pendapat mu wahai Ibnu al-Khattab? Jawab Saidina Umar: Pendapat hamba tidak seperti pendapat Abu Bakar, bagiku dalam sangkaan ku tuan hamba tidak akan bertemu dengan musuh tetapi yang ku sangka ialah Qafilah yang membawa barangan perniagaan, kalau ku tahu ianya musuh pasti tidak ku lepaskan peluang ini, jawab Rasulullah: Ya kata-kata mu itu benar.
Setelah itu Rasulullah pun memasuki al-Madinah sebagai seorang yang memperolehi kejayaan dan kemenangan, kini baginda ditakuti musuh-musuh di sekeliling al-Madinah, ramai pula orang Madinah memeluk Islam, malah Abdullah bin Ubai dan pengikutnya pun memeluk Islam secara zahir.
Tawanan perang memasuki al-Madinah sehari selepas Baginda sampai, mereka dibahagi-bahagikan di antara sahabat baginda, semasa pembahagian baginda berpesan supaya bertindak baik terhadap mereka, di masa itu para sahabat memakan tamar sedangkan tawanan dilayan dan diberi roti mematuhi pesanan Rasulullah (s.a.w).
PERMASALAHAN TAWANAN
Setibanya di Madinah terus Baginda mengambil pendapat para sahabat mengenai tawanan perang itu. Pendapat Abu Bakr: Wahai Rasulullah, tawanan ini pada umumnya, mereka adalah anak-anak saudara dan sanak keluarga, juga taulan, pada pendapat hamba kita berikan peluang mereka untuk ditebus, hingga dengan nilai yang kita ambil itu akan menjadi satu kekuatan untuk menentang kuasa kafir. Dan semoga Allah memberi taufiq dan hidayat kepada mereka nanti, kelak mereka menjadi kekuatan penyumbang kepada kita. Kata Rasulullah (s.a.w): Apa pula pendapat mu wahai Ibnu al-Khattab? Jawab Saidina Umar:
Pendapat hamba tidak seperti pendapat Abu Bakar, bagiku kadar dari tiga ribu dirham hingga empat ribu dirham dan ada kadar seribu dirham, tawanan dari penduduk Makkah menebus secara mukatabah, menebus diri didasarkan persetujuan dengan tuannya sedang penduduk al-Madinah tidak sedemikian, malah ada di antara mereka yang tidak dapat membayar tebusan tetapi diberi pilihan untuk mengajar sepuluh orang anak-anak orang Islam setelah anak-anak itu mahir maka dibebaskannya. Beberapa orang tawanan telah dianugerahkan pembebasannya oleh Rasulullah, tanpa pembayaran tebusannya. Di antara mereka ialah: al-Muttalib bin Hantab, Saifi bin Abi Rifaah dan Abi Uzzah al-Jumahi.
Manakala Ali bin Abi Talib pula membebaskan birasnya Abi al-Aas dengan syarat beliau harus melepaskan Zainab, Zainab pula telah mengirim wang untuk tebusan Abu al-Aas suaminyanya, beliau menghantar kalungan yang pernah bersama Khadijah dahulu, Khadijah memberinya semasa perkahwinannya dengan Abu al-Aas, bila Rasulullah terpandangnya, hati Baginda menjadi lembut, lantarannya Baginda meminta izin para sahabatnya untuk membebaskan Abu al-Aas, mereka semua pun mengizinkannya. Dan Rasulullah mengenakan syarat kepada Abu al-Aas iaitu supaya membebaskan Zainab, di mana beliau pun menepati janjinya, menyebabkan beliau turut berhijrah, bertepatan dengan hijrahnya, Rasulullah mengutus Zaid bin Harith dan seorang dari al-Ansar, pada mereka Rasulullah berpesan:
Kamu tunggu di “Batn Ya’jaj” sehingga Zainab melewati kamu dari sana iringilah beliau ke Madinah, mereka berdua pun keluar hingga dapat bertemu dengan Zainab dan membawanya pulang. Kisah hijrahnya panjang dan menyedihkan.
Di antara yang tertawan ialah Suhail bin Amru, beliau merupakan ahli pidato yang petah, kata Umar:- Wahai Rasulullah: Cabutkanlah dua batang gigi depannya, maka akan terjelirlah lidahnya hingga dengan itu beliau tidak berupaya lagi untuk membuat rapat umum menentang Rasulullah (s.a.w), tetapi Rasulullah menolak permintaan Umar itu, kerana baginda tidak mahu mencacat hina tawanan dan mengelak dari balasan Allah di akhirat.
Saad bin al-Nu’man telah keluar ke Mekah untuk menunai umrah, namun beliau telah ditahan oleh Abu Sufian, sedang anaknya Amru bin Abi Sufian menjadi tawanan, dengan itu mereka melepaskan anaknya Amru menyebabkan Abu Sufian pun membebaskan Saad.
AL-QURAN BERBICARA SEKITAR PEPERANGAN BADAR
Di sekitar tajuk peperangan Badar ini Allah menurunkan surah al-Anfal, surah ini merupakan huraian lanjut Ilahi – (sekiranya ungkapan ini sah disebut) mengenai peristiwa Badar, ulasan yang amat berlainan sekali dengan ulasan yang biasa dibuat oleh raja-raja atau pemimpin-pemimpin selepas sesuatu kemenangan.
Allah (s.w.t) menarik perhatian kaum muslimin, pertamanya mengenai kecuaian-kecuaian dan beberapa kekurangan akhlak susila yang masih menjiwai mereka, ini adalah di antara yang terpamer keluar pada tindakan-tindakan mereka, semoga dengan pernyataan Ilahi ini mereka dapat memperbaiki dan mentazkiahkannya.
Disusuli pula dengan perbicaraan langsung kepada kemenangan yang mendapat bantuan dari Allah dan sokongan-sokongan ghaib kepada kaum muslimin sekalian, Allah menyebut semua ini agar mereka tidak tertumpu dan terpesona dengan keberanian dan kehandalan mereka, akhir nanti mereka terasa bongkak dan sombong serta takbur. Malah agar mereka bertawakkal dan berserah serta mematuhi Allah dan RasulNya (a.s).
Kemudian al-Quran menjelaskan kepada mereka matlamat dan tujuan mulia mereka yang Rasulullah harungi ke kancah pertarungan yang penuh dramatik lagi mengagumkan. Allah (s.w.t) menunjukkan kepada mereka perangai-perangai dan akhlak-akhlak susila yang boleh membawa kepada kemenangan di dalam pertempuran tadi.
Kemudian Allah menujukan khitabNya(seruan) kepada golongan musyrikin munafiqin Yahudi dan tawanan-tawanan perang dengan memberi nasihat yang berkesan, menunjukkan mereka supaya menyerah dan tunduk kepada kebenaran.
Setelah itu Allah menunjukkan khitabNya kepada kaum muslimin mengenai persoalan rampasan, Allah menetapkan kaedah dan prinsip persoalannya.
Seterusnya Allah menetapkan landasan dan disiplin peperangan dan keamanan, kerana masa sudah menuntut hal demikian, oleh kerana dakwah Islamiah sudah memasuki fasa dan marhalah yang memerlukankannya, agar peperangan-peperangan orang Islam berbeza dari peperangan orang jahiliah, supaya orang Islam dapat memperlihatkan nilai-nilai akhlak mulia dan norma-norma susila yang unggul, hingga dengan itu akan terbukti kepada dunia bahawa Islam bukan sekadar teori semata-mata, malah Islam membudayakan penganut-penganutnya dengan disiplin-disiplin dan prinsip-prinsip amalan seperti mana yang diserukan kepadanya.
Setelah semua itu barulah al-Quran meletakkan akta-akta dan butir-butir perundangan negara Islam yang memuat garis pemisah dan perbezaan di antara orang-orang Islam yang tinggal di dalamnya dan orang-orang Islam yang tinggal di luarnya.
Dalam tahun kedua hijrah difardukan puasa Ramadhan dan zakat fitrah. Padanya juga dijelaskan kadar nisab zakat-zakat harta lain, tugasan mengeluarkan zakat fitrah dan penentuan kadar zakat-zakat lain merupakan jalan keluar untuk meringankan bebanan yang ditanggung oleh sebahagian besar kaum Muhajirin, di mana mereka ini adalah golongan fakir yang tidak berkemampuan untuk bergerak di bumi Allah ini.
Seperti satu kebetulan yang direncanakan Allah di mana hari raya pertama yang disambut oleh umat Islam awal, dalam sejarah hidup mereka ialah Syawal tahun kedua hijrah, iaitu selepas kemenangan muktamad umat Islam di dalam peperangan Badar. Betapa indahnya hari raya yang membawa seribu satu kebahagiaan terhadap anugerah Allah (s.w.t) kepada hambaNya, selepas satu perjuangan yang mereka hadapi dengan penuh semangat yang gigih, betapa indahnya pemandangan sembahyang raya fitrah, kesemua keluar dari rumah masing-masing di pagi hari dengan laungan takbir tahmid dan tauhid bergema di angkasa al-Madinah, hati-hati mereka mekar dengan rindu dan cintakan Allah Rabul al-Jalil, cintakan kepada keredhaanNya dan rahmatNya setelah dilimpahi dengan nikmat-nikmatNya yang tak terkira itu di samping sokonganNya dan pertolongan yang amat diperlukan itu, untuk itu maka al-Quran memperingatkan mereka yang bermaksud:
“Dan ingatlah ketika kamu sedikit bilangannya serta tertindas di bumi, kamu takut orang-orang mencolek kamu, maka Allah memberi kamu tempat bermastautin dan diperkuatkan kamu dengan pertolonganNya serta dikurniakan kamu dan rezeki-rezeki yang baik-baik supaya kamu bersyukur”
~wallahualam
~jaksa kotaraja