Jumaat, 29 Julai 2011

AMANAH SAHAM TIDAK HALAL


KEPUTUSAN MESYUARAT J/KUASA FATWA NEGERI SELANGOR KE-2/2011
keputusan yg tidak perlu diwartakan

1)kertas kerja penilaian semula hukum pelaburan ASN/ASB serta perumpamaannya :-

keputusan ;

i) Setelah meneliti setiap pandangan ahli mesyuarat dan hujah yg dikemukakan ,majlis fatwa tersebut telah bersetuju memutuskan bahawa pelaburan ASN,ASB serta seumpamanya adalah tidak halal kerana tidak menepati hukum syaraknya.

ii) ASN/ASB secara jelas terlibat dalam aktiviti pelaburan yang bercampur antara ptuh syariah dan tidak patuh syariah sebahagian besarnya adalah daripada sektor konvensional

iii) Pelaburan ini diklafikasikan sebagai dana unit amanah tidak patuh syariah oleh Majlis penasihat syariah suruhanjaya sekuriti kerana terlibat dalam pelaburan tiidak lulus syariah,iaitu tidak lulus syariah di pelaburan dalam kaunter perbankankovensional berteraskan faedah dalam pasaran wang
iv)Sumbangan tuidak patuh syariah adalah terbesar yang tidak berketepatan dengan kehendak syarak serta kadar yang berubah-ubah .Ini menyukarkan pelabur untuk membuat pembersihan terhadap hasil dividen.

Bulan Ramadhan -renungan Hasan al Banna


..“Puasa dan Al-Qur’an itu akan memberikan syafaat kepada hamba di hari kiamat. Puasa akan berkata, ‘Ya Rabbi, aku telah menghalanginya dari makan dan syahwat, maka perkenankanlah aku memberikan syafaat untuknya.’ Sedangkan Al-Qur’an akan berkata, ‘Ya Rabbi, aku telah menghalanginya dan tidur di malam..

Kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah swt. Kita ucapkan shalawat dan salam untuk junjungan kita Nabi Muhammad SAW , juga untuk segenap keluarga dan sahabatnya, serta siapa saja yang menyerukan dakwahnya hingga hari kiamat.

Wahai Ikhwan yang mulia. Saya sampaikan salam penghormatan Islam, salam penghormatan dari sisi Allah yang diberkati dan baik: assalamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.

Pada malam ini, yang merupakan akhir bulan Sya’ban, kita menutup serial kajian kita tentang Al-Qur’anul Karim, tentang kitab Allah swt. Insya Allah, pada sepuluh malam yang pertama bulan Syawal, kita kembali kepada tema tersebut. Setelah itu kita akan membuka serial baru dari ceramah-ceramah Ikhwan, yang temanya insya Allah: Kajian-Kajian tentang Sirah Nabi dan Tarikh Islam.

Ramadhan adalah bulan perasaan dan ruhani, serta saat untuk menghadapkan diri kepada Allah. Sejauh yang saya ingat, ketika bulan Ramadhan menjelang, sebagian Salafush Shalih mengucapkan selamat tinggal kepada sebagian lain sampai mereka berjumpa lagi dalam shalat ‘Id. Yang mereka rasakan adalah ini bulan ibadah, bulan untuk melaksanakan shiyam (puasa) dan qiyam (shalat malam) dan kami ingin menyendiri hanya dengan Tuhan kami.

Ikhwan sekalian, sebenarnya saya berupaya untuk mencari kesempatan untuk mengadakan kajian Selasa pada bulan Ramadhan, tetapi saya tidak mendapatkan waktu yang sesuai. Jika sebagian besar waktu selama setahun telah digunakan untuk mengadakan kajian-kajian tentang Al-Qur’an, maka saya ingin agar waktu yang ada di bulan Ramadhan ini kita gunakan untuk melaksanakan hasil dari kajian-kajian tersebut. Apalagi, banyak di antara ikhwan yang melaksanakan shalat tarawih dan memanjangkannya, sampai mengkhatamkan Al-Qur’an satu kali di bulan Ramadhan. Ini merupakan cara mengkhatamkan yang indah. Jibril biasa membacakan dan mendengarkan bacaan Al-Qur’an dari Nabi saw. Sekali dalam setahun. Nabi saw. mempunyai sifat dermawan, dan sifat dermawan beliau ini paling menonjol terlihat pada bulan Ramadhan ketika Jibril membacakan dan mendengarkan bacaan Al-Qur’an beliau. Beliau lebih dermawan dan pemurah dibandingkan dengan angin yang ditiupkan. Kebiasaan membacakan dan mendengarkan bacaan Al-Qur’an ini terus berlangsung sampai pada tahun ketika Rasulullah saw. diberi pilihan untuk menghadap kepada Ar-afiq Al-A’la (Allah swt.), maka ketika itu Jibril membacakan dan mendengarkan bacaan Al-Qur’an beliau dua kali. Ini merupakan isyarat bagi Nabi saw. bahwa tahun ini merupakan tahun terakhir beliau hidup di dunia.

Ikhwan sekalian, Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an. Rasulullah saw. pernah bersabda mengenainya, “Puasa dan Al-Qur’an itu akan memberikan syafaat kepada hamba di hari kiamat. Puasa akan berkata, ‘Ya Rabbi, aku telah menghalanginya dari makan dan syahwat, maka perkenankanlah aku memberikan syafaat untuknya.’ Sedangkan Al-Qur’an akan berkata, ‘Ya Rabbi, aku telah menghalanginya dan tidur di malam hari, maka perkenankan aku memberikan syafaat untuknya. ‘Maka Allah memperkenankan keduanya memberikan syafaat. ” (HR. Imam Ahmad dan Ath Thabrani)

Wahai Ikhwan, dalam diri saya terbetik satu pemikiran yang ingin saya bicarakan. Kerana kita berada di pintu masuk bulan Puasa, maka hendaklah pembicaraan dan renungan kita berkaitan dengan tema bulan Ramadhan.

Ikhwan sekalian, kita telah berbicara panjang lebar tentang sentuhan perasaan cinta dan persaudaraan yang dengannya Allah telah menyatukan hati kita, yang salah satu dampaknya yang paling terasa adalah terwujudnya pertemuan ini kerana Allah. Bila kita tidak akan berjumpa dalam masa empat pekan atau lebih, maka bukan berarti bara perasaan ini harus padam atau hilang. Kita tidak mesti melupakan prinsip-prinsip luhur tentang kemuliaan dan persaudaraan kerana Allah, yang telah dibangun oleh hati dan perasaan kita dalam majlis yang baik ini. Sebaliknya, saya yakin bahwa ia akan tetap menyala dalam jiwa sampai kita biasa berjumpa kembali setelah masa percutian ini, insyaAllah. Jika ada salah seorang dari Anda melaksanakan shalat pada malam Rabu, maka saya berharap agar ia mendoakan kebaikan untuk ikhwannya. Jangan Anda lupakan ini! Kemudian saya ingin Anda selalu ingat bahwa jika hati kita merasa dahaga akan perjumpaan ini selama minggu-minggu tersebut, maka saya ingin Anda semua tahu bahwa dahaganya itu akan dipuaskan oleh mata air yang lebih utama, lebih lengkap, dan lebih tinggi, yaitu hubungan dengan Allah swt., yang merupakan cita-cita terbaik seorang mukmin bagi dirinya, di dunia maupun akhirat.

Kerana itu, Ikhwan sekalian, hendaklah Anda semua berusaha agar hati Anda menyatu dengan Allah swt. Pada malam-malam bulan mulia ini. Sesungguhnya puasa adalah ibadah yang dikhususkan oleh Allah swt. bagi diri-Nya sendiri. “Semua amalan anak Adam adalah untuknya, kecuali puasa. la untuk-Ku dan Aku akan memberikan balasannya.”

Ini, wahai Akhi, mengisyaratkan bahwa setiap amal yang dilaksanakan oleh manusia mengandung manfaat lahiriah yang bisa dilihat, dan di dalamnya terkandung semacam bagian untuk diri kita. Kadang-kadang jiwa seseorang terbiasa dengan shalat, sehingga ia ingin melaksanakan banyak shalat sebagai bagian bagi dirinya. Kadang-kadang ia terbiasa dengan dzikir, sehingga ia ingin banyak berdzikir kepada Allah sebagai bagian bagi dirinya. Kadang-kadang ia terbiasa dengan menangis kerana takut kepada Allah, maka ia ingin banyak rnenangis kerana Allah sebagai bagian bagi dirinya. Adapun puasa, wahai Akhi, di dalamnya tidak terkandung apa pun selain larangan. Ia harus melepaskan diri dari bermacam keinginan terhadap apa yang menjadi bagian dirinya. Bila kita terhalang untuk berjumpa satu sama lain, maka kita akan banyak berbahagia kerana bermunajat kepada Allah swt. Dan berdiri di hadapan-Nya, khusus-nya ketika melaksanakan shalat tarawih.

Ikhwan sekalian, hendaklah senantiasa ingat bahwa Anda semua berpuasa kerana melaksanakan perintah Allah swt. Maka berusahalah sungguh-sungguh untuk beserta dengan Tuhan Anda dengan hati Anda pada bulan mulia ini. Ikhwan sekalian, Ramadhan adalah bulan keutamaan. Ia mempunyai kedudukan yang agung di sisi Allah swt. Hal ini telah dinyatakan dalam kitab-Nya, “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeza (antara yang haq dan yang batil).” (Al-Baqarah:185)

Wahai Akhi, pada akhir ayat ini Anda mendapati: “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (Al-Baqarah: 185) Puasa adalah kemanfaatan yang tidak mengandung bahaya. Dengan penyempurnaan puasa ini, Allah swt. akan memberikan hidayah kepada hamba-Nya. Jika Allah memberikan taufiq kepada Anda untuk menyempurnakan ibadah puasa ini dalam rangka menaati Allah, maka ia adalah hidayah dan hadiah yang patut disyukuri dan selayaknya Allah dimahabesarkan atas karunia hidayah tersebut. “Dan hendaklah kalian mencukupkan bilangannya dan hendaklah kalian mengagungkan Allah atas petunjukNya yang diberikan kepada kalian, supaya kalian bersyukur.”
(Al-Baqarah: 185)
Kemudian, lihatlah wahai Akhi, dampak dari semua ini. “Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepadaKu, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
(Al-Baqarah; 186)

Wahai Akhi, di sini Anda melihat bahwa Allah Yang Maha Benar meletakkan ayat ini di tempat ini untuk menunjukkan bahwa Dia swt. paling dekat kepada hambaNya adalah pada bulan mulia ini. Allah swt. telah mengistimewakan bulan Ramadhan. Mengenai hal ini terdapat beberapa ayat dan hadits. Nabi saw. bersabda, “Jika bulan Ramadhan datang, pintu-pintu syurga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, syaitan-syaitan dibelenggu, kemudian datang seorang penyeru dari sisi Allah SWT Yang Mahabenar  “Wahai pencari kejahatan, berhentilah! Dan wahai pencari kebaikan, kemarilah!”
Wahai Akhi, pintu-pintu surga dibuka, kerana manusia berbondong-bondong melaksanakan ketaatan, ibadah, dan taubat, sehingga jumlah pelakunya banyak. Setan-setan dibelenggu, kerana manusia akan beralih kepada kebaikan, sehingga setan tidak mampu berbuat apa-apa. Hari-hari dan malam-malam Ramadhan, merupakan masa-masa kemuliaan yang diberikan oleh Al-Haq swt., agar orang-orang yang berbuat baik menambah kebaikannya dan orang-orang yang berbuat jahat mencari karunia Allah swt. sehingga Allah mengampuni mereka dan menjadikan mereka hamba-hamba yang dicintai dan didekatkan kepada Allah.

Keutamaan dan keistimewaan paling besar bulan ini adalah bahwa Allah swt. telah memilihnya menjadi waktu turunnya Al-Qur’an. Inilah keistimewaan yang dimiliki oleh bulan Ramadhan. Kerana itu, Allah swt. mengistimewakan dengan menyebutkannya dalam kitabNya.” (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an.”
(Al-Baqarah: 185)

Ada ikatan hakikat dan fisik antara turunnya Al-Qur’an dengan bulan Ramadhan. Ikatan ini adalah selain bahwa Allah telah menurunkan Al-Qur’an di bulan Ramadhan, maka di bulan ini pula Dia mewajibkan puasa. Kerana puasa artinya menahan diri dari hawa nafsu dan syahwat. Ini merupakan kemenangan hakikat spiritual atas hakikat material dalam diri manusia. Ini bererti, wahai Akhi, bahwa jiwa, ruh, dan pemikiran manusia pada bulan Ramadhan akan menghindari tuntutan-tuntutan jasmani. Dalam kondisi seperti ini, ruh manusia berada di puncak kejernihannya, kerana ia tidak disibukkan oleh syahwat dan hawa nafsu. Ketika itu ia dalam keadaan paling siap untuk memahami dan menerima ilmu dari Allah swt. Kerana itu, bagi Allah, membaca Al-Qur’an merupakan Ibadah paling utama pada bulan Ramadhan yang mulia.

Pada kesempatan ini, Ikhwan sekalian, saya akan meringkaskan untuk Anda semua pandangan-pandangan saya tentang kitab Allah swt., dalam kalimat-kalimat ringkas.

Wahai Ikhwan yang mulia, tujuan-tujuan asasi dalam kitab Allah swt. dan prinsip-prinsip utama yang menjadi landasan bagi petunjuk Al-Qur’an ada empat:


1. Perbaikan Aqidah

Anda mendapati bahwa Al-Qur’anul Karim banyak menjelaskan masalah aqidah dan menarik perhatian kepada apa yang seharusnya tertanam sungguh-sungguh di dalam jiwa seorang mukmin, agar ia bisa mengambil manfaatnya di dunia dan di akhirat. Keyakinan bahwa Allah swt. adalah Yang Maha Esa, Yang Mahakuasa, Yang menyandang seluruh sifat kesempurnaan dan bersih dari seluruh kekurangan. Kemudian keyakinan kepada hari akhir, agar setiap jiwa dihisab tentang apa saja yang telah dlkerjakan dan ditinggal kannya. Wahai Akhi, jika Anda mengumpulkan ayat-ayat mengenai aqidah dalam Al-Qur’an, niscaya Anda mendapati bahwa keseluruhannya mencapai lebih dari sepertiga Al-Qur’an. Allah swt. berfirman dalam surat Al-Baqarah, “Hai manusia, beribadahlah kepada Rabb kalian Yang telah menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, agar kalian bertaqwa. Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagi kalian dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untuk kalian; kerana itu janganlah kalian mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kalian mengetahui.” (Al-Baqarah: 21-22)

Wahai Akhi, setiap kali membaca surat ini, Anda mendapati kandungannya ini melintang di hadapan Anda. Allah swt. juga berfirman dalam surat Al-Mukminun, “Katakanlah, Kepunyaan siapa-kah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kalian mengetahui?’ Mereka akan menjawab, ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah, ‘Maka apakah kalian tidak ingat?’ Katakanlah, ‘Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya ‘Arsy yang besar?’ Mereka akan menjawab, ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah, ‘Maka apakah kalian tidak bertaqwa?’ Katakanlah, ‘Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (adzab)-Nya, jika kalian mengetahui?’ Mereka akan menjawab, ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah, ‘(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kalian ditipu?’ Sebenar-nya Kami telah membawa kebenaran kepada mereka, dan sesungguhnya mereka benar-benar orang yang berdusta.” (Al-Mukminun: 84-90)

Allah swt. juga berfirman di surat yang sama, “Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu dan tidak pula mereka saling bertanya. Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikannya) maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan. Dan barangsiapa yang ringan timbangan (kebaikannya), maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahanam.” (Al-Mukminun: 101-103)

Allah swt. juga berfirman, “Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat. Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya. Dan manusia bertanya, ‘Mengapa bumi (jadi begini)?’ Pada hari itu bumi menceritakan beritanya. Kerana sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang demikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, nescaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, nescaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (Az-Zalzalah: 1-8)

Allah swt. berfirman, “Hari Kiamat. Apakah hari Kiamat itu? Tahukah kalian apakah hari Kiamat itu?” (Al-Qari’ah: 1-3) Dalam surat lain Allah berfirman, “Bermegah-megahan telah melalaikan kalian. Sampai kalian masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kalian akan mengetahui (akibat perbuatan kalian itu). Dan janganlah begitu, kelak kalian akan mengetahui.” (At-Takatsur: 1-4) Wahai Akhi, ayat-ayat mi menjelaskan hari akhirat dengan pen-jelasan gamblang yang bisa melunakkan hati yang keras.

2.Pengaturan Ibadah

Anda juga membaca firman Allah swt. mengenai ibadah. “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat.” (Al-Baqarah: 43) “…diwajib-kan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian.” (Al-Baqarah: 183) “…mengerjakan haji adalah kewa-jiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.” (Ali-Imran: 97) Maka aku katakan kepada mereka, “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun.” (Nuh: 10) Dan banyak lagi ayat-ayat lain mengenai ibadah.

3. Pengaturan Akhlak

Mengenai pengaturan akhlak, wahai Akhi, Anda biasa membaca firman Allah swt. “Dan demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)-nya. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya.” (Asy-Syams: 7-8) “…Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada dalam diri mereka sendiri.” (Ar-Ra’d:11) “Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran. (Yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian. Dan orang-orang yang sabar kerana mencari ridha Tuhannya, mendirikan solat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik). (Yaitu) syurga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang shalih dari bapa-bapanya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu. (Sambil mengucapkan), ‘Salamun ‘alaikum bima shabartum (keselamatan atasmu berkat kesabaranmu),’ maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (Ar-Ra’d: 19-24) Wahai Akhi, Anda mendapati bahwa akhlak-akhlak mulia bertebaran dalam kitab Allah swt. dan bahwa ancaman bagi akhlak-akhlak tercela sangatlah keras. “Dan orang-orang yang memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahanam).”(Ar-Ra’d: 25)

Inilah peraturan-peraturan tersebut, Ikhwan sekalian, sebenarnya, peraturan-peraturan itu lebih tinggi daripada yang dikenal oleh manusia, kerana di dalamnya terkandung semua yang dikehendaki manusia untuk mengatur urusan masyarakat. Ketika mengupas sekelompok ayat, maka Anda mendapati makna-makna ini jelas dan gamblang. “Seperempat Juz Khamr” yang diawali dengan “Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi” (Al-Baqarah: 219), mengandung lebih dari dua puluh lima hukum praktis: tentang khamr, judi, anak-anak yatim, pernikahan laki-laki dan wanita-wanita musyrik, haid, sumpah, ila’, talak, rujuk, khuluk, nafkah, dan hukum-hukum lainnya yang banyak sekali Anda dapatkan dalam seperempat juz saja. Hal ini kerana surat Al-Baqarah datang untuk mengatur masyarakat Islam di Madinah.

Ikhwan tercinta, hendaklah Anda semua menjalin hubungan dengan kitab Allah. Bermunajatlah kepada Tuhan dengan kitab Allah. Hendaklah masing-masing dari kita memperhatikan prinsip-prinsip dasar yang telah saya sebutkan ini, kerana itu akan memberikan manfaat yang banyak kepada Anda, wahai Akhi. Insya Allah Anda akan mendapatkan manfaat darinya.

Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada Sayidina Muhammad dan kepada segenap keluarga dan sahabatnya.

RASULULLAH BERSAHUR

(Gambar hiasan)


Rasulullah s.a.w amat menganjurkan umatnya agar bersahur kerana terdapat keberkatan pada waktu itu. Sabda baginda s.a.w: "Bersahurlah kamu semua kerana sesungguhnya pada waktu makan sahur itu terdapat keberkatan." - Hadis riwayat al-Bukhari no: 1923. Maksud kerberkatan di sini ialah wujudnya ganjaran serta pahala yang besar di dalam ibadah sahur tersebut. Menurut al-Hafiz Ibn Hajar al-'Asqalani r.h: "Keberkatan sahur itu diperolehi melalui beberapa segi, iaitu mengikuti sunnah, menyelisihi ahli kitab, menambah kekuatan dan semangat untuk beribadah, menghindari tabiat buruk yang timbul akibat lapar, menjadi sebab untuk bersedekah kepada orang yang meminta saat itu, menjadi sebab untuk berzikir dan berdoa pada waktu yang mustajab dan memberi kesempatan untuk berniat bagi mereka yang belum sempat berniat puasa sebelum tidur." – Rujuk Fathul Baari, Jil. 11, ms. 120. Antara hikmah disyariatkan bersahur adalah untuk membezakan antara ibadah puasa orang Islam dengan ibadah puasa orang Yahudi dan Kristian (ahli kitab). Sabda Rasulullah s.a.w: "Pemisah (yang membezakan) antara puasa kita dan puasaahli kitab ialah makan sahur." - Hadis riwayat al-Tirmizi. no: 643 Ibadah sahur adalah ibadah yang begitu agung sehinggakan Allah melimpahkan rahmat dan malaikat-Nya memohon keampunan bagi orang-orang yang makan sahur.Oleh itu, Nabi s.a.w amat menitik beratkan umatnya untuk bersahur walaupun dengan hanya meminum seteguk air. Sabda baginda s.a.w : "Makan sahur ada keberkatan. Oleh itu, janganlah kamu meninggalkannya meskipun salah seorang antara kamu hanya meminum seteguk air. Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya berselawat ke atas orang-orang yang makan sahur." - Hadis riwayat Ahmad. no: 10664. Sebenarnya, kita dibenarkan bersahur sehingga fajar terbit, iaitu sehingga azan solat Subuh dilaungkan. Sabda Rasulullah s.a.w: "Kamu semua boleh makan dan minum sehingga Ibn Ummi Maktum melaungkan azan kerana sesungguhnya dia tidak akan melaungkan azan (melainkan) hingga fajar sodiq benar-benar telah terbit." - Hadis riwayat al-Bukhari, no: 1919. Hadis ini secara tidak langsung membantah pendapat sesetengah pihak yang tidak membenarkan makan dan minum apabila telah masuk waktu imsak. Apatah lagi Allah sendiri telah menegaskan bahawa dibenarkan makan dan minum sehingga terbit fajar, iaitu apabila azan Subuh dilaungkan. Firman Allah S.W.T: "Makanlah serta minumlah sehingga nyata kepada kamu benang putih (cahaya siang) dari benang hitam kegelapan malam), iaitu waktu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sehingga waktu malam (maghrib)." - Surah al-Baqarah: 187 Adalah disunnahkan juga untuk dilewatkan sahur sehingga hampir terbit fajar. Sahal bin Sa’ad r.a berkata: "Aku makan sahur bersama keluargaku, kemudian akupun tergesa-gesa untuk mendapatkan sujud bersama Rasulullah s.a.w ." - Hadis riwayat al-Bukhari, no: 1920. Qadi Iyadh r.h berkata: "Tujuan Sahal terburu-buru makan sahur adalah kerana waktunya sangat dekat dengan terbitnya fajar." - Dinukil dari Fathul Baari, jil. 11, ms. 114. Waktu yang terbaik untuk makan sahur adalah lebih kurang sama dengan kadar waktu seseorang membaca 50 ayat al-Quran iaitu kira-kira 10 hingga 20 minit sebelum azan solat subuh dikumandangkan. Menurut Anas r.a, Zaid bin Thabit r.a berkata: "Kami makan sahur bersama Nabi s.a.w , kemudian baginda berdiri untuk solat. Aku berkata: Berapa lama antara azan dan sahur?” Beliau menjawab: “Kira-kira (membaca) lima puluh ayat." - Hadis riwayat al-Bukhari no: 1921. Hadis ini telah digunakan oleh mereka yang berpendapat bahawa waktu imsak itu adalah sepuluh minit sebelum terbit fajar. Apabila masuk waktu imsak maka seseorang tidak lagi diperbolehkan makan dan minum. Namun tafsiran yang benar terhadap hadis tersebut adalah Rasulullah s.a.w langsung mendirikan solat subuh setelah baginda makan sahur. Kadar membaca 50 ayat al-Quran antara azan subuh dan sahur bukan waktu imsak seperti yang disangka oleh mereka, tetapi ia adalah kadar waktu Nabi s.a.w memulakan dan mengakhirkan sahur baginda. Antara hikmah mengakhirkan sahur adalah: 1. Sekiranya seseorang bangun awal untuk sahur, tentu sekali setelah selesai bersahur dia akan kembali ke tempat tidur. Hal ini memungkinkan seseorang itu meninggalkan solat Subuh. 2. Mengakhirkan sahur juga boleh menambahkan kekuatan bagi orang yang berpuasa. Sekiranya seseorang bersahur terlalu awal maka ia akan menyebabkan seseorang itu cepat merasa lapar, dahaga dan keletihan pada siang harinya.

KEISTIMEWAAN RAMADHAN ALMUBARAK




Kehadiran bulan ramadan merupakan satu rahmat daripada ALLAH. Ia merupakan bulan di mana ALLAH melimpahkan pelbagai ganjaran pahala kepada hamba-hamba-NYA. Oleh itu, tidak hairanlah sekiranya golongan yang benar-benar beriman dan bertakwa sentiasa menantikan kehadiran bulan Ramadan ini seraya menyambut kedatangannya dengan penuh kegembiraan dan menanggung perasaan yang amat sedih apabila berakhirnya bulan yang penuh berkat ini. Bulan Ramadan telah dimuliakan oleh ALLAH dengan pelbagai keistimewaan berbanding bulan-bulan ALLAH yang lain. Antara keistimewaan yang terdapat pada bulan Ramadan ialah:


1. Disyariatkan Ibadah Puasa

Bulan Ramadan merupakan bulan yang penuh dengan keberkatan yang mana pada bulan ini disyariatkan ibadah yang amat mulia di sisi ALLAH, iaitu puasa. Sabda Rasulullah s.a.w:

"Telah tiba kepada kamu bulan Ramadan, iaitu bulan yang penuh keberkatan. ALLAH telah mewajibkan ke atas kamu agar berpuasa pada bulan itu." ­- Hadis riwayat Imam Ahmad di dalam Musnadnya , hadis no: 9133.

2. Bulan Diturunkan Al-Quran

Kalamullah al-Quran telah diturunkan pada bulan ini. Seluruh umat Islam beriman bahawa al-Quran merupakan kitab yang menjadi petunjuk bagi sekalian hamba ALLAH untuk membezakan di antara kebenaran dan kebatilan. Firman ALLAH S.W.T:

"(Kamu diwajibkan berpuasa) pada bulan Ramadan yang mana diturunkan al-Quran pada bulan itu. (Al-Quran itu) menjadi petunjuk bagi sekalian manusia dan juga membawa keterangan yang menjelaskan petunjuk dan perbezaan antara yang benar dengan yang salah." - Surah al-Baqarah: 185.


3. Pintu Syurga Terbuka Luas

Pada bulan Ramadan yang penuh berkat ini juga dibuka seluas-luasnya pintu syurga bagi mereka yang beriman dan taat kepada perintah ALLAH. Bahkan, di bulan yang mulia ini jugalah ALLAH melimpahkan pelbagai ganjaran pahala kepada hamba-NYA yang menjadi penyebab memudahkan mereka masuk ke syurga. Sabda Rasulullah s.a.w :

"Apabila datang bulan Ramadan, pintu-pintu syurga akan dibuka." - Hadis riwayat al-Bukhari dalam Sahihnya, hadis no: 1898.


4. Pintu Rahmat (Belas Kasihan Terhadap Hamba-NYA) Terbuka Luas

Pada bulan Ramadan pintu-pintu Rahmat dibuka. ALLAH meluaskan rahmat-NYA agar menaungi seluruh hamba-hamba-NYA yang tekun beribadah dan taat kepada-NYA dengan memberi ganjaran pahala yang berlipat kali ganda. Sabda Rasulullah s.a.w :

"Apabila tiba bulan Ramadan maka dibuka pintu-pintu rahmat." ­- Hadis riwayat Muslim di dalam Sahihnya, hadis no: 1079.


5. Pintu Langit Terbuka Luas

ALLAH membuka pintu langit seluas-luasnya pada bulan Ramadan yang mulia ini untuk menurunkan limpahan rahmat-NYA kepada sekalian hamba-hamba-NYA serta segala amalan-amalan berbentuk ketaatan kepada-NYA akan naik secara terus kepada-NYA. Sabda Rasulullah s.a.w :

"Apabila masuk bulan Ramadan, pintu-pintu langit dibuka." - Hadis riwayat al-Bukhari dalam Sahihnya, hadis no: 1899.


6. Pintu-Pintu Neraka Tertutup Rapat

Pintu-pintu neraka pula ditutup serapat-rapatnya pada bulan Ramadan. Ia menunjukkan bahawa pada bulan Ramadan yang mulia ini hamba-hamba ALLAH yang tekun beribadah dan menurut segala perintah-NYA terlindung daripada dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan terlarang yang boleh menjadi penyebab untuk mereka dicampakkan ke dalam api neraka. Sabda Rasulullah s.a.w:

"Apabila masuk bulan Ramadan, pintu-pintu langit dibuka dan pintu-pintu neraka jahanam ditutup." - Hadis riwayat al-Bukhari dalam Sahihnya, hadis no: 1899.


7. Syaitan dan Jin Dirantai

Pada bulan Ramadan syaitan dan jin dirantai untuk menghindari mereka dari mengganggu atau menghasut orang-orang yang beriman. Ada juga ulama mentafsirkan maksud syaitan dibelenggu ialah syaitan tidak dapat merosakkan ibadah manusia pada bulan Ramadan kerana ketekunan manusia melakukan ibadah puasa serta ibadah-ibadah lain. Ini kerana, ibadah puasa itu dapat mengawal nafsu mereka dari terdorong melakukan perkara mungkar.

Sabda Rasulullah s.a.w:

"Apabila tibanya malam pertama bulan Ramadan dibelenggu syaitan-syaitan dan jin yang derhaka." - Hadis riwayat al-Tirmizi di dalam Sunan al-Tirmizi, Kitab al-Shaum, hadis no: 618.

Namun, persoalan yang timbul di sini bahawa sekiranya syaitan dan jin dibelenggu pada bulan Ramadan mengapa manusia masih melakukan kemungkaran pada bulan ini? Menurut al-Hafiz Ibn Hajar al-'Asqalani, Imam al-Qurthubi r.h telah berkata:

"Apabila semua syaitan terbelenggu tidak bermakna langsung tidak akan berlaku kejahatan dan kemaksiatan. Ini kerana, punca berlakunya kemaksiatan mungkin berpunca daripada faktor selain (hasutan) syaitan seperti diri manusia itu yang sememangnya berperangai buruk, sentiasa melakukan perbuatan mungkar serta manusia yang nafsunya masih terdorong mengikut hasutan syaitan." - Rujuk Fath al-Baari Syarh Sahih al-Bukhari, Tahqiq oleh Syeikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, edisi terjemahan oleh Amiruddin, Pustaka Azzam, Jakarta (1997), jil. 11, ms. 43.

Mungkin ada yang akan tertanya-tanya tentang kebenaran fakta kewujudan syaitan mahupun jin dari jenis manusia. Sebenarnya ALLAH sendiri telah memerintahkan kita agar berwaspada dan memohon perlindungan kepada-NYA dari hasutan kelompok seperti ini.

Firman ALLAH S.W.T:

"Katakanlah (wahai Muhammad): AKU berlindung kepada (ALLAH) Pemelihara sekalian manusia, yang Menguasai sekalian manusia, TUHAN yang berhak disembah oleh sekalian manusia, dari kejahatan pembisik yang timbul tenggelam, yang melemparkan bisikan dan hasutannya ke dalam hati manusia, (iaitu pembisik) dari kalangan jin dan manusia." – Surah al-Nas: 1-6.

Oleh itu, tidak hairanlah sekiranya maksiat dan kemungkaran masih wujud pada bulan Ramadan yang mulia ini. Malah, pada bulan ini kita sebenarnya berkesempatan untuk berkenalan dengan spesis syaitan atau jin dari kalangan kaum manusia. Ya! kita dapat mengenali spesies ini melalui sikap mereka yang enggan mentaati perintah ALLAH. Semoga kita semua terhindar dari tergolong dalam kelompok yang hina ini.


8. Pada Bulan Ini Terdapat Lailatul Qadar

Pada bulan ini juga terdapat satu malam yang lebih mulia berbanding 1000 bulan, iaitu lailatulqadar.

Firman ALLAH S.W.T:

"Sesungguhnya KAMI telah menurunkan (al-Quran) itu pada malam al-Qadar. Apakah cara yang membolehkan engkau mengetahui kebesaran lailatulqadar itu? Lailatulqadar ialah malam yang paling baik berbanding 1000 bulan. Pada malam itu, para malaikat dan Jibril turun dengan izin TUHAN mereka membawa segala perkara (yang ditakdirkan berlakunya pada tahun berikutnya). Sejahteralah malam (yang berkat) itu hingga terbit fajar." – Surah al-Qadr: 1-5.

Oleh itu, sesiapa yang beribadah pada bulan Ramadan dan menepati malam lailatulqadar, ganjaran pahala amalannya itu melebihi ibadah yang dilakukannya selama 1000 bulan.


Apakah itu Lailatulqadar?

Tentang makna al-Qadr, sebahagian ulama berpendapat ia bermaksud pengagungan. Dari sini dapat kita fahami bahawa lailatulqadar bermaksud malam yang memiliki keagungan kerana diturunkan al-Quran pada malam tersebut, turunnya para malaikat, melimpahnya rahmat dan keampunan ALLAH serta ALLAH akan menganugerahkan keagungan (kemuliaan) kepada mereka yang beribadah pada malam itu. Selain itu, apa sahaja yang ditakdirkan untuk kita pada tahun berikutnya ditetapkan oleh ALLAH pada malam itu.

Al-Qadr juga bermaksud penetapan. Oleh itu, lailatulqadar juga bermaksud malam penetapan segala urusan yang bakal berlaku pada tahun berikutnya. Ini jelas bertentangan dengan tanggapan kebanyakan umat Islam di Malaysia yang beranggapan bahawa malam Nisfu Sya’ban merupakan malam ALLAH menetapkan apa yang ditakdirkan untuk kita pada tahun berikutnya. Disebabkan oleh kekeliruan ini, mereka telah menciptakan pelbagai ibadah yang khusus seperti membaca surah Yasin sebanyak tiga kali diselang-selikan dengan doa-doa yang tertentu agar tahun yang mendatang bakal lebih baik dari tahun itu. Ternyata amal ibadah itu termasuk bid’ah paling mungkar kerana tidak ada contoh daripada Rasulullah s.a.w dan wajib ditinggalkan. Rasulullah s.a.w telah mencela amalan bid’ah melalui sabdanya:

"Sesungguhnya sebaik-baik ucapan adalah Kitabullah (al-Quran) dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad (sunnah) serta seburuk-buruk perkara adalah sesuatu yang diada-adakan dalam agama dan setiap yang diada-adakan termasuk kategori bid’ah dan semua bid'ah itu menyesatkan." - Hadis riwayat Muslim dalam Sahihnya, hadis no: 867.

Keistimewaan malam yang penuh berkat ini diperjelaskan lagi oleh ALLAH melalui firman-NYA:

"Sesungguhnya KAMI telah menurunkan al-Quran itu pada malam yang penuh berkat. (KAMI berbuat demikian) kerana sesungguhnya KAMI sentiasa memberi peringatan dan amaran (agar hamba-hamba Kami tidak ditimpa azab). (KAMI menurunkan al-Quran) pada malam yang berkat itu, di samping menjelaskan (kepada malaikat) semua perkara yang mengandungi hikmah serta takdir yang akan berlaku." – Surah al-Dukhaan: 3-4.


Bilakah Berlakunya Lalitaulqadar?

Sabda Rasulullah s.a.w:

"Carilah lailatulqadar pada malam-malam yang ganjil daripada sepuluh malam terakhir pada bulan Ramadan." - Hadis riwayat al-Bukhari di dalam Sahihnya, hadis no: 2017.

Sabda Rasulullah s.a.w :

"Carilah (lailatulqadar) pada sepuluh malam terakhir. Jika seseorang kamu lemah atau tidak mampu, janganlah dia kalah (putus asa) mencarinya pada baki tujuh malam terakhir." - Hadis riwayat Muslim di dalam Sahihnya, hadis no: 1165.

Kombinasi dari kedua-dua hadis di atas dapatlah kita simpulkan bahawa kita sepatutnya menggandakan ibadah pada malam yang ganjil bermula sepuluh malam terakhir pada bulan Ramadan terutamanya pada malam ke 23, 25, 27 dan 29. Ini kerana, pada sepuluh malam terkahir inilah Rasulullah s.a.w mempergiatkan ibadahnya.

Aisyah r.a berkata:

"Rasulullah s.a.w bersungguh-sungguh melakukan ibadah pada sepuluh hari terakhir yang tidak pernah dilakukannya pada waktu lain." - Hadis riwayat Muslim di dalam Sahihnya, hadis no: 1174.

Ibadah yang amat dianjurkan oleh Rasulullah s.a.w ketika berada di bulan Ramadan, antaranya mempergiatkan ibadah qiamullail (solat malam), memperbanyakkan doa, berzikir, membaca al-Quran dan amal soleh yang lain. Doa yang amat dianjurkan dibaca pada malam lailatulqadar selepas membaca tasyahhud adalah sebagaimana hadis yang telah diriwayatkan oleh Ali bin Abu Talib r.a:

"Sesungguhnya Rasulullah s.a.w membaca pada solat witirnya (selepas tahiyat):

"Ya ALLAH! Sesungguhnya AKU berlindung dengan keredhaan-MU daripada segala kemurkaan-MU. AKU juga berlindung dengan kemaafan-MU daripada segala balasan yang bakal ditimpakan. AKU juga berlindung dengan Zat-MU yang tidak terhitung segala nimat dan belas kasihan yang telah ENGKAU berikan, kami hanya mampu berusaha memuji-MU seperti mana pujian yang layak bagi Zat-MU." – Hadis sahih riwayat al-Tirmizi, al-Nasaai, Abu Daud, Ahmad dan selainnya.

Khamis, 28 Julai 2011

RAMADHAN~AL MUBARAK




Ramadhan.....kedatanganmu dinantikan
Jembatanku......... amalan dipastikan
Bulan hangat bara juga dikatakan
Jiwa raga kita sucikan
~~~~~


Ramadhan.....rupanya kau juga dinantikan
Oleh tumbuhan yang hidup melata
Haiwan darat dan juga lautan
Ole-ole dari tuhan



Ramadhan kau datang lagi......Masih adakah harapan lagi.....
Untuk aku mengikis lagi.......Untuk cari jalan kembali.....
~~~~~